Selain infrastruktur, ia juga mengakui bahwa komitmen dari setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) haruslah kuat karena program ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu, literasi digital dan teknologi informasi juga masih harus ditingkatkan baik untuk masyarakat maupun OPD-nya sendiri.
"Namun bukan tidak mungkin. Kita juga kan sudah bekerjasama dengan beberapa Kota dan Kabupaten yang penggunaan teknologi informasinya sudah berjalan bagus, seperti Tanggerang misalnya," tuturnya.
Hingga saat ini, Kabupaten Luwu Timur telah menggunakan 21 aplikasi dalam penyelenggaraann pemerintahannya. Seperti contohnya Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Sistem Informasi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Manajemen Kepegawaian, Sistem Informasi Kepegawaian, Sistem Informasi Aset dan Barang Daerah, Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Sistem Informasi Pengadaan, Sistem Informasi Pembangunan, Sistem Informasi Kearsipan dan Sistem Informasi Kebencanaan.
Sedangkan yang sedang dikembangkan bekerjasama dengan Kabupaten Tanggerang ada 29 aplikasi seperti aplikasi SIMPATI RS (Sistem Informasi Tempat Tidur Rumah Sakit), aplikasi e-Office berbasis android, aplikasi Bank Sampah, aplikasi Portal Perijinan Online dan aplikasi Portal Pariwisata.
Hary Febriansyah, Direktur Center of Knowledge for Business Competitiveness, School of Business and Management Intitut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi pendamping bagi Kabupaten Luwu Timur pada program Gerakan Menuju 100 Smart City dari Kementrian Komunikasi dan Informasi mengatakan bahwa komitmen Kabupaten Luwu Timur sangat kuat. Namun komitmen saja tidak cukup.
"Banyak yang memang harus dikejar, tapi bukan tidak mungkin Luwu Timur bisa menjadi Kabupaten maju berbasis Teknologi Informasi," tutupnya.
Penulis : Danny Kosasih
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR