Kabupaten Luwu Timur terkenal dengan wisata alam dan potensi pertanian yang menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakatnya.
Maka tidak heran, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sangat serius membenahi segala infrastruktur penunjang kedua potensi tersebut agar mampu memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hanya saja, infrastruktur dan aksesibilitas masih menjadi kendala cukup besar di Kabupaten yang memiliki luas wilayah 6.944,98 km2 tersebut.
Padahal salah satu penopang terwujudnya konsep Smart City adalah bagaimana pemanfaatan Teknologi informasi mampu dimanfaatkan oleh jajaran pemerintah dan masyarakat secara umum.
Sedangkan, untuk pengoperasian Teknologi Informasi tentu membutuhkan dukungan dari infrastruktur fisik, seperti transportasi untuk aksesibiltas, pasokan listrik dan infrastruktur digital.
khusus untuk transportasi, Bupati Luwu Timur, Ir. H. Muh. Thorig Husler mengatakan bahwa Pemkab telah memasukkan pembangunan bandara yang dekat dengan Kecamatan Malili dalam program kerja prioritasnya untuk memudahkan akses masuk ke Ibukota Luwu Timur ini.
Pasalnya, hingga saat ini untuk mencapai malili hanya bisa ditempuh melalui jalan darat dari Kota Makassar dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam.
Sedangkan, jalur terdekat melalui bandara Sorowako yang juga harus menempuh jalan darat lagi ke Malili sekitar 2 jam perjalanan.
Beberapa lokasi seperti Desa Bahari, Kecamatan Wotu, Desa Maliwowo, Kecamatan Angkona, dan Desa Pasi-pasi, Kecamatan Malili telah dilakukan survey dan berada pada tahap studi kelayakan yang dilakukan oleh dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah (Baperlitbangda) Luwu Timur bersama dengan konsultan dari Universitas Gajah Mada.
Ia sangat berharap dengan adanya bandar udara ini akan mampu mendatangkan turis atau wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain bandar udara, Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk sekitar 294.383 jiwa ini juga baru saja meresmikan pelabuhan laut.
Namun Bupati mengakui sangat berharap dari adanya badar udara di Ibukota Kabupaten Luwu Timur.
"Daerah ini masih belum terbuka secara umum. Bandara yang ada hanya milik swasta, ini yang sulit," tegasnya.
Luwu Timur sendiri memiliki beragam potensi wisata seperti : Danau Matano, Danau Towuti, Air Terjun Mata Buntu, Wisata Perburuan, Pantai Batu Menggaro, Air terjun Atu'E, Pemandian Alam Mantadulu, Pantai Sare Bissue, Wisata Sejarah Makam Puang Sanro, Air Terjun Salu Anoang, Gua Kelelawar, Pantai Lemo dan Pulau Bulu' Poloe atau Malili Wisata Bahari.
Kawasan wisata ini tersebar di 11 Kecamatan yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Cukup bervariasi dan membutuhkan banyak pembenahan serta peningkatan infrastruktur.
Tidak kalah dengan pariwisata, sektor pertanian dan perkebunan pun dipilih sebagai salah satu program prioritas untuk kesejahteraan masyarakat melihat memang mayoritas jenis pekerjaan di Kabupaten ini adalah petani dan pekebun.
Memiliki luas areal persawahan sekitar 26.487 Ha dengan produksi gabah sebesar 307.264 Ton yang memiliki produktifitas rata-rata 71,61 Kwintal, maka tidak heran jika Bupati sangat ingin para warganya melek akan teknologi. Sehingga dapat melebarkan jangkauan distribusi dan pemasaran produk mereka.
"Tanaman rempah kita juga sangat tinggi. Seperti Lada contohnya. Tahun 2016 itu jumlah produksi Lada Kabupaten Luwu Timur mencapai 4000 Ton/tahun. Luas areal perkebunan lada itu kurang lebih 5.400 Ha dengan jumlah petani lada sebanyak 4.500 KK," ungkapnya lagi.
Peningkatan Literasi Digital
Menjalankan konsep Smart City tentu harus melibatkan partisipasi dari masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang teknologi informasi.
Sayangnya, infrastruktur fisik dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang minim serta pengetahuan masyarakat akan teknologi informasi masih sangat kurang di Kabupaten Luwu Timur.
Di sela pelaksaan Bimbingan Teknis (Bimtek) tahap 3 Kabupaten Luwu Timur di Makassar, Kepala Dinas Komunikasi Informasi Kabupaten Luwu Timur, Andy Murphy, S.Sos, MH mengakui memang masih banyak kendala dan tantangan besar untuk mewujudkan konsep Smart City di Kabupaten Luwu Timur.
Selain infrastruktur, ia juga mengakui bahwa komitmen dari setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) haruslah kuat karena program ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu, literasi digital dan teknologi informasi juga masih harus ditingkatkan baik untuk masyarakat maupun OPD-nya sendiri.
"Namun bukan tidak mungkin. Kita juga kan sudah bekerjasama dengan beberapa Kota dan Kabupaten yang penggunaan teknologi informasinya sudah berjalan bagus, seperti Tanggerang misalnya," tuturnya.
Hingga saat ini, Kabupaten Luwu Timur telah menggunakan 21 aplikasi dalam penyelenggaraann pemerintahannya. Seperti contohnya Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Sistem Informasi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Manajemen Kepegawaian, Sistem Informasi Kepegawaian, Sistem Informasi Aset dan Barang Daerah, Sistem Informasi Keuangan (E-Budgeting), Sistem Informasi Pengadaan, Sistem Informasi Pembangunan, Sistem Informasi Kearsipan dan Sistem Informasi Kebencanaan.
Sedangkan yang sedang dikembangkan bekerjasama dengan Kabupaten Tanggerang ada 29 aplikasi seperti aplikasi SIMPATI RS (Sistem Informasi Tempat Tidur Rumah Sakit), aplikasi e-Office berbasis android, aplikasi Bank Sampah, aplikasi Portal Perijinan Online dan aplikasi Portal Pariwisata.
Hary Febriansyah, Direktur Center of Knowledge for Business Competitiveness, School of Business and Management Intitut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi pendamping bagi Kabupaten Luwu Timur pada program Gerakan Menuju 100 Smart City dari Kementrian Komunikasi dan Informasi mengatakan bahwa komitmen Kabupaten Luwu Timur sangat kuat. Namun komitmen saja tidak cukup.
"Banyak yang memang harus dikejar, tapi bukan tidak mungkin Luwu Timur bisa menjadi Kabupaten maju berbasis Teknologi Informasi," tutupnya.
Penulis : Danny Kosasih
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR