Industri startup, khususnya yang bergerak di sektor financial technology atau fintech masih jauh dari ancaman risiko sistemis.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengatakan, hal itu membuat investasi terhadap perusahaan startup mesti dibuka lebar.
"Kalau kita liat segede apa pun kita punya unicorn mencapai Rp 10-30 triliun, mereka masih sangat-sangat jauh dari peranan yang namanya sistemis. Masih sangat jauh dari risiko ancaman sistemis," kata Thomas saat menghadiri The NextIcorn International Convention di Kuta, Bali.
Ia pun menyebut regulasi terhadap perusahaan startup tidak perlu dibuat terlalu ketat. Sebab, perusahaan startup tak punya pengaruh besar ke sistem perekonomian layaknya perusahaan perbankan yang diatur ketat.
"Kalau misalnya bank yang kolaps kan seluruh sistem bisa kena rush, segede apapun misalnya unicorn kita ada yang tutup kan seluruh ekonomi tidak berdampak yang domino," ujar Thomas.
Ia menambahkan, Pemerintah masih mempunyai prioritas untuk menyehatkan perusahaan-perusahaan konvensional yang disebutnya belum sehat. Namun, Thomas menegaskan bahwa arus perubahan yang ditandai kemunculan perusahaan-perusahaan startup tetap harus dipersiapkan.
"Menurut saya sih gelombang itu akan datang di mana banyak konsumen kita akan go global misalnya menggunakan jasa keuangan dari mana saja, hari itu akan tiba," ujar Thomas.
Akhir pekan ini, Kemenkominfo menggelar The Nexticorn Intenational Convention di Kuta, Bali, guna mempertemukan startup lokal dengan para calon investor.
Terdapat 88 perusahaan modal ventura dan 70 startup lokal terpilih yang mengikuti kegiatan tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Industri Startup Fintech Disebut Masih Jauh dari Risiko Krisis",
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR