Pemimpin Microsoft, Satya Nadella, menyebut lokasi data center di masa depan akan di dasar laut. Alasannya karena lebih efisien, lebih cepat dipasang, dan memiliki kecepatan lebih tinggi.
Konsep data center di dasar laut memang terdengar asing. Saat ini, semua data center dibangun di daratan dengan luas yang terus meningkat seiring kebutuhan akan teknologi digital.
Namun melalui Project Natick, Microsoft berhasil “menenggelamkan” salah satu data center-nya di sebuah teluk di Skotlandia. Data center tersebut dibungkus kontainer anti-air dengan sumber listrik berbasis angin. Data center ini terdiri dari 12 rak dan 864 server, dan bisa beroperasi sampai lima tahun.
Dari pengalaman tersebut, Microsoft mendapati beberapa kelebihan data center yang berada di dasar laut. Salah satunya adalah kecepatan implementasi. “Untuk membangun seluruh data center hanya membutuhkan waktu 90 hari” ungkap Satya.
Data center laut ini juga mudah diekspansi. Ketika kebutuhan bertambah, Microsoft cukup menanamkan kontainer berisi data center lagi. Hal ini juga menghindarkan Microsoft dari resiko kelebihan kapasitas; satu hal yang harus dihitung betul ketika membangun data center di daratan.
Laut sebenarnya juga memudahkan akses ke lebih banyak pengguna. “Lima puluh persen penduduk di dunia hidup dengan jarak 200km dari laut, sehingga jika kita membangun data center di laut, kita akan menciptakan infrastruktur yang memiliki low-latency” ungkap Satya di acara Microsoft Future Decoded yang berlangsung di London.
Hal ini menjadi penting bagi Microsoft yang berambisi membangun data center di berbagai penjuru dunia. Saat ini sendiri, Microsoft memiliki 42 region data center, dan berencana menambah 12 region lagi.
Jadi, bukan tidak mungkin di masa depan, Microsoft membangun data center-nya di lepas pantai Ancol.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR