Desjardins Group (Desjardins) adalah nama penting di industri keuangan Kanada. Mereka memiliki tujuh juta nasabah individu dan bisnis, serta nilai aset keseluruhan mencapai US$272 juta. Oleh Bloomberg, perusahaan yang didirikan pada tahun 1900 oleh Alphonse Desjardins ini diganjar anugerah sebagai salah satu bank terkuat di dunia (The World’s Strongest Banks) di tahun 2015.
Desjardins juga menawarkan aneka layanan kepada para nasabahnya, seperti tabungan, pinjaman, kartu kredit, asuransi, jasa broker, dan payroll management. Walhasil, institusi yang berkantor pusat di Levis, Quebec, Kanada ini harus mengoperasikan sejumlah besar custom application untuk mendukung aktivitas bisnisnya tersebut.
“Kami memiliki ratusan, bahkan ribuan aplikasi non mission critical, dengan cerita atau latar belakang yang berbeda. Ada yang dikembangkan oleh sektor bisnis, ada pula yang dikembangkan oleh bagian TI (Teknologi Informasi),” kata Chadi Habib, Chief Technology Officer, Desjardins Group, seperti dikutip dari laman web featuredcustomers.com.
Banyak dari aplikasi-aplikasi tersebut dikembangkan untuk mendukung kinerja satu departemen tertentu atau digunakan oleh satu departemen untuk melayani departemen lainnya.
Banyak Aplikasi, Biaya Tinggi
Seperti yang kerap terjadi pada organisasi-organisasi berskala besar, jumlah aplikasi bertambah secara organik tanpa perencanaan menyeluruh dan sentral. Akibatnya, jumlah aplikasi yang berjalan di atas platform legacy, seperti Lotus Notes dan Microsoft Access, bisa mencapai lebih dari 3.500 aplikasi.
Makin banyak jumlah aplikasi, makin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya, untuk memastikan aplikasi-aplikasi tersebut berfungsi dengan baik, Desjardins harus mengeluarkan beberapa juta dolar setiap tahunnya. Selain itu, perusahaan juga harus memelihara ratusan server yang menjalankan aplikasi-aplikasi tersebut.
Persoalan mulai timbul ketika support untuk platform pengembangan aplikasi yang digunakan selama ini berakhir. Untuk memperpanjang dukungan (support), perusahaan harus membayar kepada vendor penyedia platform tersebut. Mengingat banyaknya aplikasi yang berjalan di atas platform tersebut, Desjardins hanya mempunyai dua pilihan, membayar biaya support atau mengganti platform.
Desjardins Group pun memutuskan untuk mengambil pilihan kedua, yaitu bermigrasi ke platform aplikasi yang lebih modern. “Kami pun mencari cara-cara yang efektif biaya untuk mengkonversi dan memodernisasi aplikasi-aplikasi ini secara agile,” jelas Chadi Habib.
Pilih Cloud
Melakukan modernisasi platform aplikasi dipandang akan mendorong perusahaan melakukan konsolidasi ribuan aplikasi berkategori non mission critical dengan cepat. Dengan konsolidasi tersebut, nantinya Desjardins akan mengoperasikan beberapa ratus aplikasi saja yang dapat dibagi-pakai (shared application) oleh segenap lini dalam perusahaan.
Desjardins juga memilih platform yang berjalan di cloud, terutama dalam rangka mengurangi biaya pemeliharaan yang terbilang tinggi jika masih mengandalkan platform on-premises.
“Kami membutuhkan platform pengembangan aplikasi cepat (rapid application development) sehingga kami dapat mengkonsolidasikan dan memigrasikan aplikasi-aplikasi kami dengan cepat" ujar Jean-Pierre Thibert, RADev Center & Shared Services Director, Desjardins Group.
"Kami juga menginginkan platform tersebut berjalan di cloud, sehingga kami dapat menghilangkan biaya tinggi dalam pemeliharaan perangkat keras dan platform,” tambah Thibert.
Dari Ribuan ke Ratusan Aplikasi
Now Platform dari ServiceNow dipilih Desjardins Group untuk melakukan transformasi di area pengembangan aplikasi. Platform ini digunakan, antara lain, untuk menentukan komisi, mencatat (log) jarak tempuh kendaraan petugas penjualan, dan mencatat donasi sosial untuk Desjardins Foundation.
Migrasi aplikasi Desjardins Group dilakukan secara bertahap. Di tahap awal, tiga puluh aplikasi legacy non mission critical berhasil dimigrasikan ke platform ServiceNow. Sembilan bulan kemudian, Desjardins memindahkan 50 aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi lainnya dimigrasikan di tahun berikutnya (2017).
Ketika semua aplikasi telah dimigrasikan, Desjardins berhasil memangkas jumlah aplikasi yang semula mencapai ribuan aplikasi dan database terdistribusi, dan menggantikannya dengan beberapa ratus aplikasi saja, yang lebih sederhana dan tersentralisasi.
Migrasi ke platform aplikasi yang lebih modern juga memampukan tim pengembang aplikasi Desjardins Group melakukan pengembangan aplikasi tiga kali lebih cepat daripada pengembangan di platform sebelumnya.
Dan bukan hanya mempercepat pengembangan aplikasi, platform baru ini juga membantu proses onboarding yang lebih cepat untuk seorang developer baru, yaitu kurang dari sepuluh hari. “Dan mereka tetap bisa menggunakan keahlian web development yang sudah mereka miliki, misalnya JavaScript,” imbuh Jean-Pierre Thibert, seperti dikutip dari laman web ServiceNow.
Platfom baru ini juga memudahkan tim TI berinteraksi dengan para stakeholder dari divisi bisnis. “Setiap kali usai satu sprint, kami melakukan validaasi terhadap versi baru aplikasi dengan end user. Dan perubahan pada aplikasi berdasarkan feedback [dari end user] benar-benar sangat simpel, yang mana artinya kami dapat memperoleh produk yang tepat dengan lebih cepat,” jelas Jean-Pierre Thibert.
Manfaat lain yang diperoleh Desjardins Group dari platform baru ini adalah pemangkasan biaya pemeliharaan perangkat keras dan platform karena proses development berjalan di cloud. Selain itu, data-data yang semula terpisah-pisah (silo), kini datang dengan struktur datang yang sama sehingga data dan dokumen dengan mudah dibagi-pakai di antara para end user di semua bagian dalam perusahaan.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR