Find Us On Social Media :

Duh! 25 Persen Lapangan Pekerjaan di AS Terancam Digantikan Robot

By Adam Rizal, Kamis, 31 Januari 2019 | 15:00 WIB

Robot sedang bekerja di restoran Spyce

Cepat atau lambat, robot akan sedikit demi sedikit menggantikan peran manusia dalam pekerjaan. Apalagi tenaga robot jauh lebih murah dan pengembangan robot yang melibat teknologi kecerdasan buatan (AI) sangat masif.

Studi Brookings Institute melaporkan ada sekitar 25 persen lapangan pekerjaan di Amerika Serikat yang terancam digantikan robot.

Beberapa lapangan pekerjaan yang terancam digantikan robot adalah pekerjaan terkait transportasi, persiapan makanan, dan administrator di kantor.

Robot-robot dapat melakukan tugas terkait pengumpulan data, pemprosesan, dan pekerjaan fisik. Robot dan AI juga akan memberikan dampak yang lebih besar pada pekerja yang kurang berpendidikan.

"Generasi muda, pekerja yang kurang berpendidikan, dan grup minoritas tampaknya akan menghadapi tantangan lebih besar dari otomatisasi dalam waktu beberapa tahun ke depan," tulis studi tersebut seperti dikutip Tech Crunch.

"Pekerja muda dan para pekerja keturunan Amerika Latin akan menjadi pihak yang paling terancam," lanjutnya.

Tentunya dampak kehadiran otomatisasi robot akan memiliki pengaruh yang berbeda di negara bagian yang berbeda. Teknologi itu juga akan memengaruhi segmen populasi dengan cara yang berbeda.

Pemerintah lokal dan industri bisa membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan mengedukasi dan membantu para pekerja mengasah kemampuan para pekerja.

Hanya 10 Persen

Fast Retailing Co, induk perusahaan dari produk fashion Uniqlo, kian serius memanfaatkan sistem robotik. Hal ini tercermin dari gudang mereka di kawasan Ariake, Tokyo, yang kini nyaris semuanya menggunakan sistem robot.

Seperti diungkapkan Japan News, sistem robotik tersebut memiliki kemampuan mendistribusikan barang yang datang maupun yang akan dikirim.

Contohnya ketika truk distribusi mengantarkan barang ke gudang, robot tersebut bisa membaca electronic tag yang tercantum di produk, menyimpannya di rak yang ditentukan, serta mencatat jumlah stok.

Sementara ketika harus mengirim barang, sistem robotik ini mampu menempatkan barang ke ban berjalan sambil menempelkan label yang sesuai. Karena semuanya dilakukan oleh robot, gudang tersebut kini hanya memerlukan 10% tenaga manusia jika dibandingkan cara sebelumnya.

Gudang di Ariake, Tokyo ini adalah awal dari rencana besar Fast Retailing Co. untuk mengimplementasikan sistem robotik di proses bisnisnya. Baru-baru ini mereka menjalin kemitraan dengan Daifuku, penyedia solusi robotik asal Jepang.

Dengan nilai kerjasama mencapai 100 billion yen (atau sekitar Rp.13,5 triliun), Fast Retailing berharap menggunakan sistem robotik di seluruh gudangnya, baik di Jepang maupun seluruh dunia.

Implementasi sistem robotik dan otomatisasi ini belakangan ini memang semakin marak di industri manufaktur. Pasalnya, manfaat yang diperoleh sangat besar.

Selain mengurangi biaya produksi, sistem robotik juga memberikan peningkatan produktivitas dan kualitas pekerjaan. Seperti contoh di atas, robot di gudang Uniqlo bisa bekerja tanpa henti selama 24 jam.

Selain itu, aspek pendukung sistem robotik juga semakin mendukung. Seperti diungkapkan McKinsey, harga teknologi robot semakin murah, kemampuannya kian beragam, dan talenta untuk merancang sistem juga semakin banyak. Padahal di sisi lain, biaya tenaga kerja semakin tinggi.

Jadi boleh dibilang, kini pertanyaannya bukan bagaimana manusia bersaing dengan robot di dunia pekerjaan.

Robot pasti menang. Pertanyaan lebih penting adalah bagaimana membentuk lingkungan kerja ketika robot dan manusia saling bekerjasama.