Regi menyebut, tujuan Hara adalah menunjang keputusan berdasarkan data dan informasi yang memiliki daya guna bagi masyarakat luas.
Untuk itulah pihaknya membangun platform ini dengan mengumpulkan tenaga ahli yang berasal dari pemerintah, instansi keuangan, perusahaan data analytics, akademisi, pebisnis, penjual besar, dan organisasi non-profit yang tergabung dalam ekosistem Hara.
Di platform Hara ini, petani berfungsi sebagai penyuplai data. Data yang dimasukkan ada lima kategori, yaitu data umum terkait identitas petani, data geo-tagging (terkait luas dan lokasi lahan), produk yang ditanam, cuaca dan karakteristik tanah, serta data terkait harga dan transaksi.
Setiap memasukkan data, petani akan mendapatkan imbalan berupa Hara Loyalty Poins.
Data yang dimasukkan petani ini akan dikonfirmasi kebenarannya oleh tim data qualifier. Mereka akan memastikan data yang dimasukkan benar dan konsisten.
Atas pekerjaan ini, mereka mendapatkan Hara Token. Hara Loyalty Poins dan token ini nantinya bisa ditukarkan di kios yang bekerja sama dengan Hara, baik dalam bentuk pulsa telekomunikasi atau kebutuhan rumah tangga.
Dengan kata lain, pengguna mendapatkan manfaat langsung dari aktivitas mereka di platform Hara.
Data yang masuk ke platform Hara ini kemudian dapat diakses oleh data buyer.
Pembeli data ini bisa perusahaan yang ingin mendapat gambaran besar industri pertanian di Indonesia, atau pihak asuransi dan perbankan yang ingin melakukan proses KYC (Know Your Customer) terhadap petani.
Baca Juga : Nuerafarm: Memerangi Hama Tanaman dengan Artificial Intelligence
Bisa Dikembangkan
Saat ini, Hara mengaku mendapat sambutan bagus dari petani. “Terhitung September kemarin, kami telah mengumpulkan sekitar 8.700 petani Indonesia, 343 kader pertanian, 7.320 lahan poligon di masing-masing 214 desa” ungkap Regi.