Find Us On Social Media :

Hara: Bantu Angkat Harkat Petani dengan Teknologi Blockchain

By Indah PM, Minggu, 31 Maret 2019 | 18:22 WIB

Hara: Bantu Angkat Harkat Petani dengan Teknologi Blockchain

Salah satu permasalahan di dunia pertanian adalah kurangnya data dan informasi terkait aktivitas pertanian.

Padahal informasi ini penting untuk memahami karakteristik pertanian di Indonesia, termasuk menyusun strategi ke depan.

“Jadi kami melihat, bagaimana mungkin kami bergerak di bidang pengolahan data pertanian, mencoba mencari solusinya, namun datanya saja tidak akurat,” ujar Regi Wahyu.

Regi sendiri adalah pendiri dan CEO Hara Token, perusahaan yang menyediakan platform pertukaran data (data exchange) di sektor pangan dan pertanian.

Platform ini menghubungkan semua pihak terkait di sektor pertanian, mulai dari penyedia data (data provider), penilai data (data qualifier), sampai pembeli data (data buyer).

Baca Juga : Carsome, Startup yang Tawarkan Cara Mudah dalam Menjual Mobil Bekas

Manfaatkan Blockchain

Semua data tersebut disimpan di sistem blockchain yang dilengkapi cryptocurrency bernama Hara Token.

Hara Token ini akan diposisikan sebagai intensif bagi pihak yang ingin berkontribusi kepada platform ini.

Di bulan September 2018 ini, Hara telah melakukan ICO (Initial Coin Offering) sebagai ajang pengumpulan modal untuk pengembangan Hara ke depan.

Model bisnis Hara sendiri didapatkan dari interaksi yang terjadi di platform pertukaran data (data-exchange).

Harga memperoleh sedikit bagian dari transaksi yang digunakan untuk pengembangan dan perluasan bagi ekosistem Hara.

Regi menyebut, tujuan Hara adalah menunjang keputusan berdasarkan data dan informasi yang memiliki daya guna bagi masyarakat luas.

Untuk itulah pihaknya membangun platform ini dengan mengumpulkan tenaga ahli yang berasal dari pemerintah, instansi keuangan, perusahaan data analytics, akademisi, pebisnis, penjual besar, dan organisasi non-profit yang tergabung dalam ekosistem Hara.

Di platform Hara ini, petani berfungsi sebagai penyuplai data. Data yang dimasukkan ada lima kategori, yaitu data umum terkait identitas petani, data geo-tagging (terkait luas dan lokasi lahan), produk yang ditanam, cuaca dan karakteristik tanah, serta data terkait harga dan transaksi.

Setiap memasukkan data, petani akan mendapatkan imbalan berupa Hara Loyalty Poins.

Data yang dimasukkan petani ini akan dikonfirmasi kebenarannya oleh tim data qualifier. Mereka akan memastikan data yang dimasukkan benar dan konsisten.

Atas pekerjaan ini, mereka mendapatkan Hara Token. Hara Loyalty Poins dan token ini nantinya bisa ditukarkan di kios yang bekerja sama dengan Hara, baik dalam bentuk pulsa telekomunikasi atau kebutuhan rumah tangga.

Dengan kata lain, pengguna mendapatkan manfaat langsung dari aktivitas mereka di platform Hara.

Data yang masuk ke platform Hara ini kemudian dapat diakses oleh data buyer.

Pembeli data ini bisa perusahaan yang ingin mendapat gambaran besar industri pertanian di Indonesia, atau pihak asuransi dan perbankan yang ingin melakukan proses KYC (Know Your Customer) terhadap petani.

Baca Juga : Nuerafarm: Memerangi Hama Tanaman dengan Artificial Intelligence

Bisa Dikembangkan

Saat ini, Hara mengaku mendapat sambutan bagus dari petani. “Terhitung September kemarin, kami telah mengumpulkan sekitar 8.700 petani Indonesia, 343 kader pertanian, 7.320 lahan poligon di masing-masing 214 desa” ungkap Regi.

Hara juga berhasil membuka akses keuangan ke pihak petani. “Kami pun berhasil mencairkan dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebanyak Rp573 juta dengan repayment rate (total pengembalian kredit) mencapai 100%” tambah Regi.

Bagi Regi, ini adalah awal menjanjikan dari Hara. Ia pun menargetkan, pada tahun 2020 nanti, 2 juta petani Indonesia terhubung dan terbantu oleh data berdasarkan kebutuhan mereka, terutama finansial dan asuransi gagal panen.

Ke depan, Regi berharap Hara mampu mewujudkan kesejahteraan perekonomian pada sektor pertanian, khususnya petani, serta membawa dampak sosial bagi masyarakat di Indonesia bahkan dunia.

“Kami juga menargetkan ekspansi ke negara dengan kondisi sosial ekonomi serupa dengan Indonesia. Saat ini, kami telah memulai negosiasi dengan berbagai mitra potensial di Thailand, Vietnam, Bangladesh, Kenya, Uganda, Meksiko, dan Peru,” pungkas Regi yang juga pendiri Dattabot ini.

Untuk jangka panjangnya Regi mengungkapkan, pihaknya juga tengah mempertimbangkan replikasi solusi ini di sektor kesehatan, transportasi, pendidikan, dan rekreasi secara bertahap.

“Solusi Hara dapat direplikasi untuk beragam solusi di berbagai sektor berdampak sosial di dunia. Kami menyadari pentingnya data dapat mendorong setiap sektor untuk berkembang pesat, baik dalam segi bisnis maupun peningkatan kualitas tenaga kerja,” pungkas Regi.