Find Us On Social Media :

Mengapa Pemerintah AS "Takut" dengan Huawei? Inilah Lima Alasannya

By Adam Rizal, Selasa, 28 Mei 2019 | 11:45 WIB

A staff member is seen inside a Huawei retail store in Shanghai, China May 8, 2019. Picture taken May 8, 2019. REUTERS/Stringer ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN CHINA.

Kekhawatiran pemerintah mengakses data perusahaan, antara lain didasarkan pada praktik yang berlaku di AS sendiri.

Mantan kontraktor Badan Keamanan AS, NSA, Edward Snowden, mengungkapkan bahwa badan-badan intelijen AS meretas data milik perusahaan teknologi termasuk Google dan Yahoo.

Di luar kepentingan keamanan, tentunya ada keuntungan bisnis jika banyak negara memboikot peralatan 5G dari Huawei.

2. Halalkan Segala Cara

Pemerintah AS melihat Huawei menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan, termasuk mencuri hak intelektual perusahaan lain.

Salah satu contoh kasus adalah ketika pegawai Huawei dituduh mencuri robot jari dari perusahaan telekomunikasi T-Mobile. Robot jari sendiri adalah robot yang bertugas mengetukkan jari ke layar telepon genggam. Kala itu, Huawei dan T-Mobile memang memiliki kerjasama khusus. 

Pegawai Huawei tersebut disinyalir mengambil robot jari tersebut saat ia meninggalkan laboratorium desain T-Mobile. Pegawai Huawei mengklaim,  robot itu "tak sengaja jatuh ke dalam tasnya". Perusahaan Jerman tersebut tidak menerima alasan itu dan membawa kasusnya ke pengadilan.

Komunikasi email mengisyarakatkan pegawai itu "tak bertindak sendiri dan besar kemungkinan diperintah oleh eksekutif senior di Cina". Ini menjadi salah satu alasan penangkapan direktur keuangan Huawei, Meng Wanzhou, di Kanada atas permintaan AS tahun lalu.

3. Kerjasama dengan Iran

Pemerintah AS menuduh Huawei secara diam-diam menjual teknologinya ke Iran, padahal Iran saat ini dijatuhi embargo karena program nuklir. Tuduhan ini juga yang menjadi alasan AS menangkap Meng Wanzhou. 

Meng diduga menjadi bagian dari upaya Iran menghindari sanksi AS, melalui perusahaan bernama Skycom. Ia didakwa berbohong kepada bank-bank dan pemerintah AS tentang kerja sama dengan Iran.

4. Kasus layar telepon antipecah