Find Us On Social Media :

Mengapa Pemerintah AS "Takut" dengan Huawei? Inilah Lima Alasannya

By Adam Rizal, Selasa, 28 Mei 2019 | 11:45 WIB

A staff member is seen inside a Huawei retail store in Shanghai, China May 8, 2019. Picture taken May 8, 2019. REUTERS/Stringer ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN CHINA.

Sejak tahun lalu, Pemerintah AS memperlakukan Huawei dengan keras. Hal ini tercermin dari penangkapan putri pendiri Huawei sampai dimasukkannya Huawei ke dalam daftar perusahaan yang tidak boleh berhubungan bisnis dengan perusahaan asal AS.

Perlakuan Pemerintah AS ini pun menimbulkan pertanyaan: apa salah Huawei? 

Para analis meyakini, kebijakan tersebut sengaja diarahkan ke Huawei karena posisi Huawei yang kian sentral di industri teknologi. Selain memproduksi telepon genggam, Huawei juga membuat peralatan komunikasi. Diperkirakan, Huawei menguasai sekitar 40 sampai 60 persen jaringan di seluruh dunia.

Berikut lima alasan yang membuat Pemerintah AS sangat khawatir dengan Huawei.

1. Penguasa Jaringan 5G

Huawei saat ini sedang berunding dengan banyak negara untuk memasok sistem jaringan super cepat generasi kelima alias 5G. Sistem ini begitu cepat sehingga ideal untuk dipakai ke produk seperti mobil swakemudi.

Jika infrastruktur 5G menggunakan produk Huawei, para pesaing mengklaim Huawei "bisa membaca pesan yang dikirim melalui jaringan atau bahkan mematikan jaringan, yang tentu akan menyebabkan gangguan serius".

Bahkan sebelum Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif, pemerintah AS sudah mendesak sekutu mereka untuk tidak menggunakan produk Huawei.

Seruan ini terfokus ke kelompok yang biasa disebut "Lima Mata", yang terdiri atas Amerika, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Kelima negara tersebut memiliki kerja sama intelijen yang sangat erat dan berbagi informasi rahasia, sering kali secara elektronik. Washington mengancam akan berhenti berbagi informasi rahasia jika jaringan di Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru menggunakan peralatan 5G buatan Huawei.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan jika ada negara yang memakai produk jaringan 5G buatan Huawei, maka, "Kami tak akan lagi membagikan informasi."

Dalam berbagai kesempatan, Huawei menolak tuduhan melakukan mata-mata untuk pemerintah China. Namun Huawei juga mengkritik mengatakan undang-undang di Cina tidak memungkinkan perusahaan bisa menolak permintaan pemerintah mendapatkan informasi intelijen.

Kekhawatiran pemerintah mengakses data perusahaan, antara lain didasarkan pada praktik yang berlaku di AS sendiri.

Mantan kontraktor Badan Keamanan AS, NSA, Edward Snowden, mengungkapkan bahwa badan-badan intelijen AS meretas data milik perusahaan teknologi termasuk Google dan Yahoo.

Di luar kepentingan keamanan, tentunya ada keuntungan bisnis jika banyak negara memboikot peralatan 5G dari Huawei.

2. Halalkan Segala Cara

Pemerintah AS melihat Huawei menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan, termasuk mencuri hak intelektual perusahaan lain.

Salah satu contoh kasus adalah ketika pegawai Huawei dituduh mencuri robot jari dari perusahaan telekomunikasi T-Mobile. Robot jari sendiri adalah robot yang bertugas mengetukkan jari ke layar telepon genggam. Kala itu, Huawei dan T-Mobile memang memiliki kerjasama khusus. 

Pegawai Huawei tersebut disinyalir mengambil robot jari tersebut saat ia meninggalkan laboratorium desain T-Mobile. Pegawai Huawei mengklaim,  robot itu "tak sengaja jatuh ke dalam tasnya". Perusahaan Jerman tersebut tidak menerima alasan itu dan membawa kasusnya ke pengadilan.

Komunikasi email mengisyarakatkan pegawai itu "tak bertindak sendiri dan besar kemungkinan diperintah oleh eksekutif senior di Cina". Ini menjadi salah satu alasan penangkapan direktur keuangan Huawei, Meng Wanzhou, di Kanada atas permintaan AS tahun lalu.

3. Kerjasama dengan Iran

Pemerintah AS menuduh Huawei secara diam-diam menjual teknologinya ke Iran, padahal Iran saat ini dijatuhi embargo karena program nuklir. Tuduhan ini juga yang menjadi alasan AS menangkap Meng Wanzhou. 

Meng diduga menjadi bagian dari upaya Iran menghindari sanksi AS, melalui perusahaan bernama Skycom. Ia didakwa berbohong kepada bank-bank dan pemerintah AS tentang kerja sama dengan Iran.

4. Kasus layar telepon antipecah

Kasus lain yang membuat AS khawatir terkait dengan kasus "layar antipecah". Menurut Bloomberg, FBI menggelar penyelidikan terkait Huawei karena diduga melanggar regulasi perdagangan senjata internasional.

Kasus ini berawal ketika perusahaan Akhan Semiconductor melakukan pembicaraan dengan Huawei untuk memasok layar super kuat, yang dibuat dengan menempelkan lapisan permata artifisial pada layar.

Sampel layar ini dikembalikan Huawei beberapa bulan berikutnya dalam keadaan rusak parah. FBI menduga Huawei membawa sampel ini ke luar AS, sebuah praktik yang dilarang oleh regulasi internasional karena sampel ini berpotensi dimanfaatkan untuk pengujian senjata laser. Huawei, lagi-lagi, menolak tudingan FBI.

5. Kian Kuat secara Bisnis

Meski didera beberapa kasus, Huawei tetap perusahaan telekomunikasi global yang sangat penting. Bagi banyak negara, terutama di Asia dan Afrika, harga produk telekomunikasi Huawei jauh lebih murah dari perusahaan AS dan Eropa seperti Ericsson atau Nokia.

Jika Huawei terus meningkatkan dominasinya, dunia teknologi telekomunikasi akan "lepas" dari negara barat. Padahal saat ini dan di masa depan, area telekomunikasi akan menjadi faktor krusial ekonomi dan politik dunia.