Demi melindungi para usernya dari penyakit hati, iri, dan dengki, laman media sosial Facebook bakal menghapus hitungan pada tombol suka atau likes.
Kedengkian ini didasari para pengguna yang membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain berdasarkan jumlah tomblo likes.
Alasan lainnya, Facebook menginginkan penggunanya berhenti menghapus konten yang mereka unggah lantaran tidak memiliki cukup banyak jumlah suka atau kurang dibagikan.
Sebelumnya, Facebook telah melakukan uji coba dengan menghilangkan fitur ‘suka’ pada instagram di tujuh negara.
Tujuh negara yang telah diuji coba antara lain Kanada, Irlandia, Italia, Jepang, Brazil, Australia, dan Selandia Baru sepanjang April hingga Juli 2019.
Beberapa waktu lalu, Instagram mulai menguji coba fitur untuk menyembunyikan jumlah like (suka) yang muncul dalam sebuah postingan. Fitur yang sama nampaknya juga bakal hadir di Facebook.
Jane Manchung Wong yang seringkali mengoprek aplikasi untuk menemukan fitur baru, mengungkapnya pertama kali.
Wong menemukan fitur ini di Facebook versi Android. Ia juga yang pertama kali menemukan Instagram akan menyembunyikan like pada April lalu, sebelum diuji coba secara bertahap oleh Instagram pada Juli.
Seperti di Instagram, jumlah like hanya akan bisa dilihat oleh kreator atau pemilik akun. Sementara pengikutnya hanya akan melihat like atau reaksi berupa emoji tanpa tersemat jumlah total angka yang didapatkan.
Facebook pun mengonfirmasi soal jumlah Like yang disembunyikan itu. Namun saat ini fitur tersebut belum bergulir ke pengguna Facebook, melainkan baru masih dalam uji coba seperti dikutip Tech Crunch.
Facebook tidak memberikan detail kapan fitur itu akan resmi dirilis. Mereka juga enggan mengungkap motivasi pasti mengapa harus menyembunyikan jumlah like.
Berkaca dari Instagram, alasan penyembunyian jumlah like adalah untuk mengurangi dampak gangguan mental, di mana sebagian orang merasa cemas apabila jumlah like di postingannya hanya sedikit.
Bisa jadi alasan yang sama juga digunakan Facebook. Beberapa kreator Instagram yang memanfaatkan jumlah like untuk kepentingan bisnis, sempat khawatir fitur ini bisa menurunkan engagement.
Setelah melakukan uji coba di beberapa negara, Facebook enggan membeberkan hasil dari uji coba penyembunyian like di Instagram.
Apabila fitur ini diaplikasikan ke Facebook, bisa jadi dampak positif yang dihasilkan lebih besar ketimbang dampak negatifnya.
Bagai Racun
Sementara itu survei Royal Society for Public Health pada pekan lalu juga mengungkap bahwa tombol like dianggap sebagai fitur paling "beracun" dalam media sosial oleh pengguna di Inggris.
Hasil riset 'The Royal Society for Public Health' di Britania Raya menunjukkan adanya kelemahan dalam aplikasi Instagram yang berubah menjadi destruktif untuk kesehatan mental para penggunanya.
Pilihan like di Instagram telah menjadi perangkat validasi diri oleh para pengguna untuk diterima secara sosial (social approval) melalui konten yang mereka unggah.
Tombol like Instagram menjadi sesuatu yang sangat kuat sampai mendapatkan jumlah like sebanyak-banyaknya menjadi tolak ukur harga diri seseorang.
Sebaliknya, orang-orang yang mendapatkan sedikit like dapat merasa depresi dan menurunkan tingkat kepercayaan diri.
Fenomena yang terjadi ini menjadi perhatian sendiri untuk Instagram agar dapat memperbaiki pengalaman pengguna dengan aplikasi tersebut.