Find Us On Social Media :

Melirik Perkembangan Tren Cloud Kitchen di Tanah Air Saat Ini

By Cakrawala,Rafki Fachrizal, Rabu, 8 Januari 2020 | 11:15 WIB

Ilustrasi Cloud Kitchen

Di artikel sebelumnya (klik di sini), InfoKomputer telah membahas mengenai apa itu cloud kitchen dan keuntungannya bagi pemilik bisnis kuliner yang mengadopsi konsep ini.

Terkait dengan cloud kitchen, di Indonesia layanan tersebut kini tengah gencar-gencarnya dikembangkan oleh dua perusahaan teknologi berstatus decacorn, yakni Grab (melalui GrabFood) dan Gojek (melalui GoFood).

Dari sisi Grab, perusahaan ini telah menghadirkan layanan cloud kitchen melalui proyek pilot bernama GrabKitchen yang dimulai pada September 2018 lalu.

Berselang enam bulan kemudian atau tepatnya pada April 2019, layanan GrabKitchen resmi meluncur di Indonesia.

Sementara Gojek, mengaku bahwa layanan cloud kitchen-nya sudah berjalan aktif sejak beberapa waktu lalu.

Terkait dengan layanan cloud kitchen ini, Marsela Renata selaku Senior Marketing Manager, GoFood mengatakan bahwa layanan cloud kitchen dihadirkan sebagai inovasi yang bertujuan memberikan solusi baik bagi konsumen dalam hal memesan kuliner terfavorit, dan juga bagi para mitra merchant GoFood agar bisa mengembangkan bisnisnya.

“Untuk konsumen, mereka bisa menjadi semakin cepat saat ingin memesan kuliner dari restoran-restoran favorit mereka karena lokasinya yang menjadi dekat. Sedangkan untuk merchant, tentunya mereka jadi bisa semakin meningkatkan skala bisnisnya,” ujar Marsela.

Bagi mitra merchant sendiri, peningkatan skala bisnis yang dimaksud Marsela yakni cloud kitchen dapat membantu mitra merchant untuk memperluas ekspansi bisnis mereka lantaran ketika bergabung ke layanan ini tidak dipungut biaya sama sekali, seperti biaya sewa tempat misalnya.

“Jadi merchant terpilih bisa langsung datang ke lokasi (cloud kitchen) dan masak untuk melayani setiap orderan konsumennya. Bahkan, alat-alat operasional seperti kulkas, kompor dan lainnya, itu semua dari kami yang sediakan. Dan semua itu tanpa dikenakan biaya,” terang Marsela.

Senada dengan GoFood, GrabFood juga mengakui bahwa layanan cloud kitchen yang ditawarkannya mampu memberikan manfaat yang sama untuk para konsumen dan juga mitra merchant-nya.

“GrabKitchen merupakan inovasi solusi kami dalam menjembatani kesenjangan permintaan pelanggan akan kuliner favorit, sembari menyediakan peluang-peluang bisnis baru untuk para mitra merchant kami dan mendorong mereka untuk tumbuh dengan pesat,” ucap Ichmeralda Rachman, Head of Marketing GrabFood and New Businesses, Grab Indonesia.

Selain GrabFood dan GoFood, cloud kitchen yang saat ini sudah ada di Indonesia adalah Pesendulu.com.

Dikembangkan oleh CRP Group, Pesendulu.com yang saat ini masih hadir dalam bentuk website (situs) hanya menawarkan kuliner yang dijual oleh restoran yang dimiliki perusahaan tersebut saja.

Beberapa restoran itu seperti Warunk Upnormal, Bakso Boedjangan, Upnormal Coffee Roasters, Sambal Khas Karmila, Fish Wow Chicken, dan lainnya.

Untuk memesan kuliner di Pesendulu.com, konsumen harus melakukan pre-order terlebih dahulu.

Nantinya, setiap pesanan kuliner akan bisa dikirimkan minimal setelah tiga hari pemesanan dilakukan.

Selain fitur pemesanan kuliner, Pesendulu.com juga menyediakan fitur reservasi. Dengan fitur ini, konsumen bisa untuk melakukan pemesanan tempat/meja di berbagai restoran milik CRP Group di seluruh Indonesia.

Yang terbarunya, Pesendulu.com juga menghadirkan fitur sedekah yang memungkinkan konsumen untuk melakukan sedekah berupa kuliner yang dijual oleh restoran-restoran CRP Group ke panti asuhan yang terdaftar di situsnya.

Pemilihan Berdasarkan Data

Dalam menentukan titik lokasi keberadaan cloud kitchen dan merchant yang akan bergabung, GrabFood dan GoFood mengaku sama-sama mengandalkan data internal yang mereka miliki untuk menentukan kedua hal tersebut.

“Pemilihan lokasi cloud kitchen itu selalu berdasarkan data-data kami yang menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara supply and demand (pasokan dan permintaan) di lokasi tertentu. Ambil contoh, misalnya supply dari merchant ayam geprek di daerah Blok M yang ternyata masih sedikit. Kemudian dari sisi demand ternyata kami melihat di daerah Blok M ini banyak konsumen yang suka pesan dari ayam geprek yang jaraknya 10 kilometer," papar Marsela.

"Solusinya, kita bicara ke merchant-merchant ayam geprek tersebut, ‘Pak/bu ayo buka cabangnya di Blok M, supaya skala bisnisnya jadi lebih besar.’ Jadi yang tadinya merchant cuma punya satu lokasi di Jakarta Barat saja misalnya, sekarang punya kesempatan untuk buka di Jakarta Selatan juga,” tambah Marsela.

Terkait dengan lokasi, tercatat GoFood sudah memiliki 10 lokasi cloud kitchen yang seluruhnya masih berada di wilayah Jabodetabek dan salah satunya berada di daerah Blok M.

Untuk jumlah merchant-nya, Marsela tidak menyebut jumlah pastinya, tetapi beberapa merchant-nya merupakan UMKM.

Tidak jauh berbeda dengan GoFood, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa dalam melakukan pemilihan lokasi dan merchant yang bergabung ke GrabKitchen, GrabFood juga mengacu pada analisis data internal mereka.

“Dengan menggabungkan wawasan dari riset konsumen, data kuliner yang paling sering dicari di GrabFood, serta pergerakan konsumen dan order kuliner pada jam-jam makan, menjadi acuan kami dalam menghadirkan GrabKitchen,” cetus Ichmeralda.

Saat ini, Ichmeralda mengatakan bahwa GrabKitchen sudah memiliki 30 lokasi yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan Medan.

Sementara, untuk jumlah merchant, sudah cukup banyak nama merchant yang terpilih untuk masuk GrabKitchen yang di antaranya Ayam Asix, Dons Burger, HAUS!, Makaroni Ngehe, Fish Streat, Bakso Aci Juara, Ayam Geprek Coobek, dan Ayam Geprek Bu Deasy.

Alami Peningkatan Bisnis

Dari deretan merchant yang telah bergabung dengan layanan cloud kitchen di Indonesia, sebagian besar dari mereka mengakui bahwa mengalami peningkatan bisnis ketika masuk ke dalam ekosistem layanan tersebut.

Ambil contoh mitra merchant Nasi Goreng Maut Seafood yang sudah bergabung dengan GrabKitchen sejak beberapa waktu lalu.

Tyana Ilham selaku pemilik merchant ini menjelaskan bahwa alasan utamanya bergabung ke GrabKitchen adalah ingin memperluas bisnisnya melalui pembukaan cabang di lokasi lain.

“Saya punya keinginan untuk buka cabang di mana-mana begitu kan. Cuma, saya memikirkan mahalnya biaya sewa tempat. Terus lokasinya di mana yang tepat. GrabKitchen itu memiliki solusi di mana dia memilihkan tempat-tempat yang strategis tanpa kita harus membayar sewanya,” imbuh Tyana.

Selain biaya sewa tempat, Tyana juga beranggapan bahwa solusi cloud kitchen membuat dirinya untuk tidak perlu repot memikirkan peralatan operasional.“Jadi kami hanya fokus pada jualan dan kualitas saja,” ucap Tyana.

Sejauh ini, selama bergabung dengan cloud kitchen dari GrabFood, bisnis Tyana pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Bisnis saya sekarang berkembang sampai tiga kali lipat dalam waktu kurang dari enam bulan. Dengan semakin banyak cabang, berarti saya juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru,” terang Tyana.

Jika diperhatikan, cloud kitchen memang mampu memberikan ragam keuntungan bagi pemilik merchant yang tergabung di dalamnya.

Namun, bagaimana jika suatu saat mitra merchant mengalami penurunan dari segi transaksi misalnya?

Menjawab hal tersebut, dari pandangan GoFood sendiri, Marsela menjelaskan bahwa jika suatu saat salah satu merchant-nya mengalami hal seperti itu, pihaknya tidak serta merta akan langsung mengeluarkannya dari cloud kitchen.

“Kami selalu memastikan kalau merchant yang masuk ke dalam cloud kitchen itu memang merchant yang diminati oleh konsumen. Oleh karena itu, jika ada penurunan biasanya kita akan melakukan edukasi atau kita melakukan inovasi bersama dengan merchant-nya. ‘Apalagi nih yang bisa kita lakukan? Pembuatan produk baru lagikah? Apakah dari sisi pemasarankah? Apakah dari sisi supaya konsumen lebih tahu lagi tentang lokasi-lokasi ini (cloud kitchen).’ Kira-kira seperti itu,” pungkas Marsela.