Di kalangan perusahaan teknologi seperti startup, tren saling membajak SDM kerap terjadi pada saat ini.
Merasa resah melihat akan kondisi tersebut, Roland Ishak bersama rekannya Riza Fahmi mendirikan startup bernama Hacktiv8 pada 2016 lalu.
Berbasis di Jakarta, Hacktiv8 merupakan sekolah di bidang IT berbentuk bootcamp yang menawarkan solusi program pembelajaran intensif untuk membuat seorang pemula menjadi pengembang aplikasi web yang siap pakai, hanya dalam 12 minggu.
Dalam program tersebut, peserta bisa mempelajari berbagai pilihan bahasa pemrograman seperti JavaScript, Node.js, Vue.js, Python, dan bahasa pemrograman React buatan Facebook’s React lewat ratusan latihan praktik.
“Fokus terhadap kualitas membuat hanya sebagian kecil dari 8.000 peserta bootcamp yang berhasil mengikuti program Hacktiv8 hingga selesai. Program insentif tersebut mendorong peserta untuk menghabiskan 10-12 jam setiap hari, 5-6 hari setiap minggu, selama 12- 18 minggu untuk berlatih,” ujar Ronald Ishak, CEO Hacktiv8.
Ketika peserta berhasil lulus dari program yang diikutinya, Ronald mengklaim bahwa setiap lulusan Hacktiv8 biasanya mendapatkan lebih dari satu tawaran bekerja dengan rata-rata gaji Rp11 juta, hanya 2-3 minggu setelah menyelesaikan program.
“Adapun, lulusan terbaik hanya butuh beberapa hari untuk mendapatkan pekerjaan. Standar lulusan program Hacktiv8 juga diakui secara internasional melalui CIRR (Counsel on Integrity in Results Reporting), sebuah lembaga internasional yang mengaudit lulusan sekolah pemrograman. Hacktiv8 merupakan coding bootcamp pertama di Asia yang tergabung di dalamnya,” terang Ronald.
Lebih lanjut, saat ini Hacktiv8 sudah memiliki lebih 250 perusahaan mitra (Hiring Partner) yang siap merekrut para alumninya.
Hiring Partner juga berpartisipasi dalam merancang kurikulum untuk memastikan materi yang dipelajari di Hacktiv8 tetap up to date dan relevan.
Beberapa perusahaan mitra Hacktiv8 adalah perusahaan teknologi berstatus unikorn seperti Tokopedia, Gojek, dan Bukalapak.
Mitra lainnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan seperti Midtrans, Payfazz, Xendit, dan KoinWorks.
Di samping itu, juga ada beberapa perusahaan besar yang memberikan beasiswa seperti CIMB Niaga, Hana Bank, dan Siloam.
Baca Juga: Modal Rakyat: Majukan UMKM dengan Mempermudah Akses Pembiayaan
(Kiri ke kanan) Riza Fahmi and Ronald Ishak, Co-founders Hacktiv8.
Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A
Baru-baru ini, Hacktiv8 resmi mengumumkan bahwa telah menerima pendanaan Pra-Seri A senilai US$3 juta.
Pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dan didukung oleh Sovereign's Capital, SMDV, Skystar Capital, Convergence Ventures, RMKB Ventures, Prasetia, dan Everhaus.
Dengan pendanaan segar ini, Hacktiv8 berencana menggunakannya untuk membangun lebih banyak kelas dan mulai menawarkan program Income Share Agreement (ISA).
“Program ISA memungkinkan siswa membayar biaya pendidikan mereka lewat perjanjian bagi hasil atas penghasilan yang akan mereka dapat setelah lulus dan bekerja. Besaran bagi hasil dapat disesuaikan dengan pendapatan alumni di perusahaan perekrut,” kata Ronald Ishak, CEO Hacktiv8.
Nantinya, setiap siswa yang terdaftar di ISA mulai membayar setelah pendapatan mereka telah melebihi jumlah tertentu, sedangkan mereka yang berhasil meraih pendapatan lebih tinggi tidak akan membayar lebih dari batasan tertentu.
“Jika lulusan kami mendapat gaji yang kompetitif, kami akan mendapat pengembalian investasi yang bagus,” tutur Ronald.
Lebih lanjut, menanggapi soal pendanaan ini, Willson Cuaca selaku Managing Partner East Ventures mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah engineer yang rendah, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Menurutnya, kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah populasi yang besar, melainkan juga karena Indonesia hanya memiliki sedikit lulusan program studi STEM (science, technology, engineering, and math).
"Untuk mengisi kebutuhan talenta yang tinggi dari ekonomi digital Indonesia, bootcamp pengembang seperti Hacktiv8 adalah solusi yang tercepat. Hacktiv8 menyelesaikan permasalahan tersebut dan bekerja bersama pelaku industri untuk penempatan kerja," ujar Willson.
"Setiap gelombang lulusan Hacktiv8 diperebutkan oleh startup digital dan segera mendapatkan pekerjaan. Kami berharap agar Hacktiv8 bisa menjadi jalan keluar dari permasalahan ini dalam jangka panjang, dan kami beruntung bisa turut mengambil bagian,” tambah Willson.
Baca Juga: Qoala: Andalkan Teknologi untuk Permudah Proses Klaim Asuransi