Find Us On Social Media :

Kursus Online: Cara Praktis Bagi yang Ingin Mengasah Keterampilan

By Liana Threestayanti,Rafki Fachrizal, Jumat, 24 Januari 2020 | 18:30 WIB

Kursus daring menawarkan fleksibilitas bagi siapapun yang ingin meningkatkan kecakapan, termasuk karyawan perusahaan. Di sisi lain, pasarnya pun diprediksi akan membesar sampai lima tahun ke depan.

Digitalisasi telah mendisrupsi banyak hal, termasuk mengubah cara belajar. Seperti kehadiran kursus daring massal (Massive Open Online Course) sejak beberapa tahun lalu misalnya. Terbukti, cara tersebut mampu menjawab kebutuhan belajar masyarakat di era digital.

Massive Open Online Course atau MOOC adalah platform yang memungkinkan user mengikuti berbagai macam kursus daring tanpa dibatasi kehadiran fisik. MOOC sendiri merupakan kursus yang menawarkan opsi registrasi terbuka dengan silabus yang lengkap serta dua pilihan kursus yakni gratis dan berbayar.

MOOC, selanjutnya kami sebut sebagai kursus daring, menyediakan berbagai jenis kursus. Kursus tersebut mencakup topik akademik maupun keterampilan untuk pengembangan profesi. Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok, kursus daring semacam ini bahkan telah mengeluarkan sertifikat profesi untuk gelar Diploma, Sarjana, dan Magister.

Pasar Membesar

Saat ini, ada banyak sekali platform dan penyedia kursus daring. Salah satunya adalah Coursera, penyedia kursus daring asal Amerika dan salah satu yang terpopuler di dunia. Di Inggris ada platform bernama FutureLearn. Sementara di Tiongkok terdapat XuetangX.

Laporan dari EdSurge pada tahun 2018 menyebutkan bahwa jumlah pengguna kursus daring terbanyak ada di platform Coursera, disusul oleh XuetangX dan FutureLearn. Sampai dengan pertengahan tahun 2018, Coursera telah memiliki 30 juta pengguna.

Pada waktu yang sama, jumlah pengguna XuetangX sebanyak 9,3 juta dan FutureLearn 7,1 juta. Selain ketiga nama tersebut, masih ada platform MOOC lainnya seperti Udemy, edX, iCourse163, Udacity, dan berbagai platform yang dikembangkan oleh masing-masing negara.

Laporan bertajuk “Massive Open Online Course Market by Componen, by Course, and by User Type Global Industry Perspective, Comprehensive Analysis, and Forecast, 2018-2025” dari Zion Research memprediksi nilai pasar MOOC akan mencapai sekitar US$25,33 miliar di tahun 2025, dari yang hanya senilai US$3,61 miliar pada tahun 2018.

Asia Pasifik Tumbuh Tercepat

Menurut laporan yang sama, Asia Pasifik diprediksi akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan kursus daring tercepat, berkat kehadiran banyak universitas dan akademi di kawasan ini. China dan India merupakan kontributor utama terhadap pertumbuhan pasar kursus daring di Asia Pasifik.

China memiliki lebih dari 460 akademi dan universitas serta telah memiliki lebih dari 3,200 kursus daring dengan lebih dari 55 juta pengguna. Sekitar 70% dari aneka kursus itu ditawarkan oleh universitas-universitas ternama di China, seperti Tsinghua University, Peking University, dan Wuhan University.

Kontribusi India pun harus diperhitungkan. Pertumbuhan pesat itu antara lain berkat inisiatif-inisiatif yang diluncurkan pemerintah India, di antaranya adalah SWAYAM, platform berbasis MOOC yang menyediakan kelas-kelas digital di daerah-daerah terpencil melalui konektivitas satelit dan internet.

Institusi pendidikan seperti Indian Institutes of Technology, Jawaharlal Nehru University, dan Indian Institutes of Management telah bergabung dalam SWAYAM dan akan menyediakan 2000 kursus daring untuk dikonsumsi masyarakat India.

Kursus Daring di Indonesia

Untuk di Indonesia sendiri, saat ini telah banyak nama-nama kursus daring yang popular digunakan masyarakat seperti IndonesiaX, KelasKita, dan Sekolah Pintar. Namun demikian, tidak sedikit pula masyarakat yang juga turut menggunakan kursus daring dari luar negeri, seperti Udemy misalnya.

Giri N. Suhardi selaku Head of Indonesia Market, Udemy Indonesia mengatakan bahwa Udemy terus mengalami pertumbuhan pengguna yang signifikan untuk pasarnya di Indonesia. “Selain semakin banyaknya konten kursus yang tersedia, pertumbuhan pengguna kami juga meningkat. Saat ini sudah ada 280 ribu pengguna di Indonesia. Kalau pengguna global, sudah mencapai 40 juta pengguna,” kata Giri.

Pertumbuhan pengguna ini sebenarnya juga didukung berkat peluncuran beberapa fitur Udemy yang dilokalkan sejak Maret 2019 lalu. Contoh fitur yang dilokalkan seperti adanya konten kursus berbahasa Indonesia dan pilihan metode pembayaran dengan mata uang Indonesia.

“Jadi kalau selama ini pengguna Udemy dari Indonesia kebanyakan dari mereka membeli konten-konten dalam bahasa Inggris, kini kami hadirkan fitur lokalisasi seperti konten-konten dalam bahasa Indonesia yang dapat mempermudah mereka. Saat ini, konten yang berbahasa Indonesia sudah di atas 250 konten dan kami juga sudah memiliki lebih dari 50 instruktur lokal,” papar Giri.

Ketika InfoKomputer bertanya mengenai konten kursus apa yang paling diminati masyarakat Indonesia, Giri mengungkapkan kalau pembelian konten-konten di Indonesia 60% berasal dari tema terkait dengan teknologi atau IT, seperti kursus mengenai bahasa pemrograman, data science, artificial intelligence, desain tools, dan sebagainya.

“30% lagi itu terkait bisnis, pemasaran, dan keuangan. Konten bisnis ini seperti mengenai startup dan bagaimana cara mendapatkan funding misalnya. Kemudian, 10% sisanya terkait musik, gaya hidup, fotografi, dan sebagainya,” terang Giri.

Sama seperti kursus daring lainnya, Udemy juga memberikan kesempatan bagi setiap penggunanya untuk mendapatkan sertifikat ketika menyelesaikan kursus yang telah mereka ikuti. Dengan mendapatkan sertifikat tersebut, tentunya bisa memberikan manfaat seperti menambah nilai lebih ketika nantinya pengguna kursus tersebut melamar kerja di sebuah perusahaan/organisasi.

Ilustrasi Kursus Online (Daring)

Dianggap Lebih Efisien

Beralih ke sisi pengguna, salah satu masyarakat Indonesia yang telah merasakan manfaat dari mengikuti kursus daring adalah Dwi Andika Pratama. Pria yang merupakan Founder dari Kadika Digital Agency dan turut berprofesi sebagai profesional blogger ini mengaku bahwa pertama kali dirinya menggunakan kursus daring yakni pada 2017 lalu. Sejak saat itu, ia cukup rutin mengikuti berbagai kursus daring hingga saat ini.

“Waktu itu, saya sedang mencari bagaimana caranya menjadi profesional blogger dan ternyata dapatnya di Udemy,” ucap pria yang akrab disapa Kadika tersebut.

Selain di Udemy, Dwi mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah mengikuti kursus daring dari penyedia lainnya seperti IndonesiaX dan Skillshare. Dari beragam penyedia kursus daring yang pernah dicoba, tercatat sudah ada 15 kursus daring dari berbagai tema yang diikuti Dwi hingga kini.

“Beberapa tema kursus yang saya ikuti seperti terkait blogging, productivity hacks, growth hacking, product management, Adobe Illustrator, dan Microsoft PowerPoint,” cetus Dwi.

Lebih lanjut, kursus daring pun dianggap Dwi memberikan beragam keuntungan dibandingkan kursus secara luring, terutama dalam hal efisiensi waktu dan biaya. Dari segi waktu, konten kursus daring bisa diakses kapanpun dan di manapun sehingga cocok untuk orang-orang yang tidak memiliki waktu untuk datang ke suatu tempat kursus seperti dirinya.

Sedangkan dari segi biaya, kursus daring menurutnya juga lebih murah dibandingkan kursus luring. “Dengan harga sekitar Rp150 ribuan, itu saya sudah bisa dapat pembelajaran komprehensif. Dibilang komprehensif karena di sana (kursus daring) sudah ada kurikulumnya sehingga membuat kita sebagai penggunanya itu cepat paham,” kata Dwi.

Berkaca dari pengalaman dan alasan Dwi mengikuti kursus daring, bisa disimpulkan bahwa fleksibilitas waktu dan biaya yang terjangkau merupakan dua faktor utama yang menjadikan kursus daring pilihan bagi banyak orang untuk meningkatkan keahlian mereka di tengah era digital seperti saat ini.

Dimanfaatkan oleh Perusahaan

Pertumbuhan pasar kursus daring tidak lepas dari peningkatan penggunaan internet dan adopsi teknologi-teknologi baru, seperti machine learning dan artificial intelligence. Subyek-subyek pembelajaran yang ditawarkan penyedia kursus daring pun terus bertambah sehingga terbuka peluang-peluang baru di pasar ini.

Dan di era transformasi digital ini yang mendorong perubahan cara kerja, para pekerja dituntut untuk terus menerus meningkatkan keahlian dan kemampuan agar tetap relevan dengan kebutuhan perusahaan.

Kursus daring tidak hanya dimanfaatkan secara perseorangan. Markets and Markets Analysis memprediksi bahwa sepanjang tahun 2018-2023, pengguna dari korporasi diprediksi akan mendominasi dari sisi revenue generation.

Perusahaan mengadopsi kursus daring sebagai bagian dari program pengembangan dan engagement karyawan. Biasanya, implementasi platform MOOC oleh perusahaan dilatarbelakangi berbagai alasan, seperti program pelatihan dan pengembangan, sertifikasi profesi, dan kursus profesional untuk mengembangkan kemampuan berpikir strategis karyawan, dan meningkatkan produksi serta brand value perusahaan.

Berbicara mengenai kursus daring bagi perusahaan, dijelaskan Giri bahwa Udemy melalui layanannya yang bernama “Udemy for Business” juga diakuinya telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di Tanah Air.

“Dengan layanan ini, perusahaan membayarkan karyawannya untuk belajar dan nantinya karyawan tersebut bisa mendapatkan akses ke kursus-kursus terbaik yang ada di Udemy,” ujar Giri.

Perusahaan Indonesia yang telah menggunakan layanan ini sendiri tergolong sudah cukup banyak, hanya saja Giri mengatakan bahwa kliennya saat ini lebih banyak berasal dari perusahaan yang berhubungan dengan teknologi seperti startup, konsultan teknologi, dan operator telekomunikasi.

Startup termasuk yang paling banyak menggunakan layanan kami saat ini. Karena mereka mungkin company-nya bersifat disruptif dan karyawannya mereka juga rata-rata itu milenial, jadi belajar daring itu bukan sesuatu yang baru buat mereka,” pungkas Giri.