Beberapa masyarakat Amerika Serikat (AS) keturunan Asia mendapatkan perilaku diskriminasi dari taksi online Uber & Lyft akibat munculnya wabah virus corona.
Seorang pegawai Microsoft di Seattle, Eric Han mengaku dirinya mendapatkan diskriminasi dari supir Uber. Kejadian itu bermula saat Han masuk ke mobil taksi dan tiba-tiba terbatuk batuk. Dalam kondisi itu Sopir taksi online bertanya apakah Han berasal dari Cina?
Han kemudian mengatakan ia tidak berasal dari China. Pengemudi Uber tersebut mengatakan batuknya tersebut 'mungkin' menandakan bahwa Han terjangkit virus corona.
"Aku tidak terinfeksi [virus corona]. Saya dari AS," kata Han seperti dikutip CNBC.
Han kemudian mengatakan pengemudi tersebut menjawab, "apa pun yang Anda katakan." Han mengatakan dia tidak melaporkan perilaku pengemudi ke Uber terhadap dirinya, karena tidak mau ambil pusing.
"Aku bukan orang yang mudah tersinggung jadi aku tidak marah, hanya tertawa kecil seperti 'wow, ini benar-benar terjadi'," ujar Han.
Beberapa minggu sebelumnya, Han berkata bahwa dia diminta oleh sekelompok orang asing di pusat kota Seattle untuk 'kembali ke tanah airnya'. Diskriminasi tak hanya dialami oleh Han, seorang warga AS keturunan China, Lilian Wang bercerita bahwa pengemudi Lyft menolak untuk membuka pintu mobil di Bandara San Fransisco.
Wang mengatakan pengemudi baru memperbolehkan dirinya masuk setelah seorang rekan kerja Kaukasia, Produser Video CNBC, Katie Schoolov muncul.
Setelah duduk, Wang langsung ditanya apakah ia dan rekannya baru kembali dari China. Schoolov kemudian menjawab bahwa mereka baru saja kembali dari Meksiko.
"Oke, jadi bukan China," jawab sopir tersebut.
Pengemudi kemudian mengatakan bahwa dirinya diberitahu untuk berhati-hati, dan menolak permintaan naik dari orang-orang dengan nama yang 'berbau' China.
Tak berapa kemudian, Schoolov pun melayangkan keluhan ke perusahaan Lyft. Setelah mendaftarkan keluhan, Schoolov menerima telepon dari perwakilan Lyft yang memberitahukan bahwa pengemudi yang dilaporkan telah dipecat.