Find Us On Social Media :

Takut Terkena Virus Corona, Taksi Online Tolak Bawa Penumpang Asia

By Adam Rizal, Rabu, 5 Februari 2020 | 17:30 WIB

Mandatory Credit: Photo by WILL OLIVER/EPA-EFE/REX/Shutterstock (9070353b)An Uber app on a mobile te

Beberapa masyarakat Amerika Serikat (AS) keturunan Asia mendapatkan perilaku diskriminasi dari taksi online Uber & Lyft akibat munculnya wabah virus corona.

Seorang pegawai Microsoft di Seattle, Eric Han mengaku dirinya mendapatkan diskriminasi dari supir Uber. Kejadian itu bermula saat Han masuk ke mobil taksi dan tiba-tiba terbatuk batuk. Dalam kondisi itu Sopir taksi online bertanya apakah Han berasal dari Cina?

Han kemudian mengatakan ia tidak berasal dari China. Pengemudi Uber tersebut mengatakan batuknya tersebut 'mungkin' menandakan bahwa Han terjangkit virus corona.

"Aku tidak terinfeksi [virus corona]. Saya dari AS," kata Han seperti dikutip CNBC.

Han kemudian mengatakan pengemudi tersebut menjawab, "apa pun yang Anda katakan." Han mengatakan dia tidak melaporkan perilaku pengemudi ke Uber terhadap dirinya, karena tidak mau ambil pusing.

"Aku bukan orang yang mudah tersinggung jadi aku tidak marah, hanya tertawa kecil seperti 'wow, ini benar-benar terjadi'," ujar Han.

Beberapa minggu sebelumnya, Han berkata bahwa dia diminta oleh sekelompok orang asing di pusat kota Seattle untuk 'kembali ke tanah airnya'. Diskriminasi tak hanya dialami oleh Han, seorang warga AS keturunan China, Lilian Wang bercerita bahwa pengemudi Lyft menolak untuk membuka pintu mobil di Bandara San Fransisco.

Wang mengatakan pengemudi baru memperbolehkan dirinya masuk setelah seorang rekan kerja Kaukasia, Produser Video CNBC, Katie Schoolov muncul.

Setelah duduk, Wang langsung ditanya apakah ia dan rekannya baru kembali dari China. Schoolov kemudian menjawab bahwa mereka baru saja kembali dari Meksiko.

"Oke, jadi bukan China," jawab sopir tersebut.

Pengemudi kemudian mengatakan bahwa dirinya diberitahu untuk berhati-hati, dan menolak permintaan naik dari orang-orang dengan nama yang 'berbau' China.

Tak berapa kemudian, Schoolov pun melayangkan keluhan ke perusahaan Lyft. Setelah mendaftarkan keluhan, Schoolov menerima telepon dari perwakilan Lyft yang memberitahukan bahwa pengemudi yang dilaporkan telah dipecat.

Tak hanya di Amerika Serikat, seorang penumpang Uber di London, Myeonghoon Han juga mengalami tindakan diskriminasi. Saat pengemudi tiba di lokasi penjemputan, pengemudi langsung melambaikan tangan yang menunjukkan bahwa ia tak mau Han masuk ke mobilnya.

Han dan teman-temannya yang berasal dari Korea kemudian mengaku bahwa mereka bukanlah orang China. Han mengatakan sikap pengemudi kemudian berubah drastis, pengemudi kemudian mau mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

Salah satu anggota grup Facebook dengan anggota lebih dari 12 ribu pengemudi Lyft dan Uber mencatat bahwa setidaknya 5 postingan per hari yang membahas soal virus. Anggota grup yang berbagi tangkapan layar dengan CNBC, mengatakan bahwa banyak pengemudi yang tidak ingin mengambil penumpang keturunan Asia.

CNBC kemudian menemukan lusinan cuitan di Twitter yang membahas bahwa mereka tidak ingin satu mobil dengan orang yang memiliki perawakan orang Asia.

Tanggapan Lyft dan Uber

Juru bicara Lyft, Dana Davis mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setiap tuduhan diskriminasi diperlakukan dengan sangat serius.

Davis menambahkan bahwa Lyft memantau pemberitaan tentang wabah global virus corona secara cermat, dan mengikuti petunjuk dari para pakar kesehatan masyarakat internasional dan domestik.

"Prioritas kami adalah untuk menjaga pengendara, pengemudi dan karyawan kami aman, dengan gangguan sesedikit mungkin. Kami akan terus mengevaluasi situasi saat terungkap, dan mendasarkan kebijakan dan rekomendasi kami pada panduan resmi," ujar Davis.

Di sisi lain, Uber merujuk pada pedoman yang harus diikuti oleh pengemudi. Pedoman meminta pengemudi untuk mendorong interaksi positif dengan penumpang. (jnp/mik)