Find Us On Social Media :

Sebarkan Berita Bohong dan Kebencian, WeChat Diblokir China

By Adam Rizal, Rabu, 27 Mei 2020 | 10:30 WIB

Ilustrasi WeChat, salah satu aplikasi video call yang baik untuk koneksi internet yang lambat.

Keterkaitan WeChat dengan wabah Corona sudah terjadi pada akhir Desember, ketika sekelompok dokter di Wuhan menggunakan WeChat untuk berbagi informasi tentang virus mirip SARS yang banyak menginfeksi penduduk Kota Wuhan.

Segera setelah itu, polisi di Wuhan menangkap delapan dokter dan menuduh mereka "menyebarkan desas-desus." Padahal seperti terbukti saat ini, virus Corona baru ini memang mirip SARS dan memiliki kemampuan menyebar dengan cepat ke berbagai pelosok dunia. Salah satu dokter yang ditahan, yaitu dokter mata Dr. Li Wenliang, tertular virus tersebut saat merawat pasien dan meninggal pada Februari lalu.

WeChat kemudian juga menjadi media menyalurkan kemarahan penduduk China. “Saya belum pernah melihat kemarahan dan kesedihan kolektif seperti itu pada lingkungan WeChat saya,” jurnalis Viola Zhou mentweet pada saat itu.Untuk mencegah penyebaran informasi yang tak terkendali, China langsung mengaktifkan aturan hukum yang mendasari penyensoran di berbagai platform media. Menurut Pemerintah China, langkah ini dilakukan untuk mencegah kepanikan massal. Akibat berlakunya aturan tersebut, ada sekitar 40 orang telah diselidiki karena penyebaran rumor online serupa di seluruh negeri.

Tencent, pemilik WeChat, membela diri atas langkah sensor yang dilakukan di platformnya. Juru bicara Tencent mengatakan, aplikasi tersebut mengambil tindakan terhadap informasi palsu dengan menandai konten sebagai salah, mencatat posting, atau memblokir akun yang mempublikasikan informasi hoaks untuk sementara atau secara permanen.

"Kami telah meluncurkan berbagai alat dan fitur pada platform untuk membantu pengguna tetap aman dan melindungi diri terhadap epidemi Coronavirus yang sedang berlangsung," bunyi pernyataan itu, dilansir laman Buzzfeednews, Rabu (4/3/2020).

Mekanisme penyensoran WeChat sendiri dilakukan di sisi server. Jika seseorang mengirim pesan yang berisi kata kunci yang masuk daftar hitam, pesan tersebut tidak akan muncul. Tim peneliti  mengkonfirmasi penyensoran ini dengan menggunakan tiga akun berbeda. Satu akun terdaftar sebagai nomor telepon China, sementara dua berupa nomor telepn Kanada. Di tiga akun tersebut, pesan berisi kata kunci yang dilarang tidak pernah bisa dikirim. 

Antara 1 Januari dan 15 Februari, para peneliti Citizen Lab menemukan 516 kombinasi kata kunci daftar hitam yang diblokir di WeChat.

Insiden ini seperti mengingatkan susahnya mengelola konten di era saling terhubung seperti saat ini. Jika tidak diblokir, konten hoaks mudah menyebar. Namun jika diblokir, informasi penting tidak bisa didistribusikan dengan cepat.