Find Us On Social Media :

Sebarkan Berita Bohong dan Kebencian, WeChat Diblokir China

By Adam Rizal, Rabu, 27 Mei 2020 | 10:30 WIB

Ilustrasi WeChat, salah satu aplikasi video call yang baik untuk koneksi internet yang lambat.

China telah menutup media sosial populer di negara itu WeChat karena dianggap selama ini menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian dan memicu terjadinya perang kata-kata dengan Amerika Serikat.

Penutupan WeChat dilakukan saat Cyberspace Administration of China memulai kampanye baru untuk membersihkan informasi yang salah dan teori konspirasi di internet Cina.

South China Morning Post pada 26 Mei 2020 melaporkan penutupan WeChat terjadi di saat hubungan Cina dan Amerika Serikat berada di titik terendah dalam beberapa bulan terakhir dipicu masalah wabah virus corona dan keputusan Beijing untuk memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong.

Kelompok nasionalis dan pengusaha oportunis disebut telah mengaitkan hubungan bilateral yang buruk itu dengan mengeksploitasi media sosial untuk menyebarkan kebohongan dan menebarkan pesan anti-Amerika.

Selain WeChat, Cina juga menutup forum cendikiawan Zhidao Xuegong yang memiliki jutaan pengikuti di WeChat sebelum ditutup pada hari Minggu lalu, 24 Mei 2020. Ada sekitar 30 akun media sosial menggunakan WeChat.

"Amerika Serikat telah mengelola jasad COVID-19 menjadi hamburger," ini kalimat terbaru yang diunggah Zhidao Xuegong di WeChat.

Pemerintah Cina menutup WeChat dan Zhidao Xuegong untuk menenangkan kelompok anti-Amerika karena dapat menciptakan banyak dampak.

Blokir Corona

Aplikasi berkirim pesan WeChat disebut telah melakukan sensor terhadap kata kunci seputar Corona. Ada sekitar 500 kombinasi kata kunci terkait Corona yang disensor antara 1 Januari sampai 15 Februari 2020, atau ketika China memasuki masa puncak wabah Corona.

Hal ini dikemukakan Citizen Lab, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di University of Toronto.Tim peneliti menemukan, kedua platform mulai memasukkan istilah-istilah yang terkait dengan virus pada minggu terakhir Desember 2019, ketika para pejabat kesehatan China pertama kali melaporkan ada virus tidak dikenal menyebar melalui rumah sakit di negara itu. Selain WeChat, YY (aplikasi streaming game mirip Twitch) juga melakukan langkah yang sama.

Langkah penyensoran ini sepertinya ditujukan untuk meredam kepanikan dan penyebaran berita hoaks di platform tersebut. Namun di sisi lain, langkah ini juga berakibat negatif. Sensor yang dilakukan WeChat, ditambah dengan penangkapan oleh penegak hukum China, berdampak besar pada kemampuan profesional medis untuk berbagi informasi tentang wabah di hari-hari awal epidemi.

Cegah Kepanikan

Keterkaitan WeChat dengan wabah Corona sudah terjadi pada akhir Desember, ketika sekelompok dokter di Wuhan menggunakan WeChat untuk berbagi informasi tentang virus mirip SARS yang banyak menginfeksi penduduk Kota Wuhan.

Segera setelah itu, polisi di Wuhan menangkap delapan dokter dan menuduh mereka "menyebarkan desas-desus." Padahal seperti terbukti saat ini, virus Corona baru ini memang mirip SARS dan memiliki kemampuan menyebar dengan cepat ke berbagai pelosok dunia. Salah satu dokter yang ditahan, yaitu dokter mata Dr. Li Wenliang, tertular virus tersebut saat merawat pasien dan meninggal pada Februari lalu.

WeChat kemudian juga menjadi media menyalurkan kemarahan penduduk China. “Saya belum pernah melihat kemarahan dan kesedihan kolektif seperti itu pada lingkungan WeChat saya,” jurnalis Viola Zhou mentweet pada saat itu.Untuk mencegah penyebaran informasi yang tak terkendali, China langsung mengaktifkan aturan hukum yang mendasari penyensoran di berbagai platform media. Menurut Pemerintah China, langkah ini dilakukan untuk mencegah kepanikan massal. Akibat berlakunya aturan tersebut, ada sekitar 40 orang telah diselidiki karena penyebaran rumor online serupa di seluruh negeri.

Tencent, pemilik WeChat, membela diri atas langkah sensor yang dilakukan di platformnya. Juru bicara Tencent mengatakan, aplikasi tersebut mengambil tindakan terhadap informasi palsu dengan menandai konten sebagai salah, mencatat posting, atau memblokir akun yang mempublikasikan informasi hoaks untuk sementara atau secara permanen.

"Kami telah meluncurkan berbagai alat dan fitur pada platform untuk membantu pengguna tetap aman dan melindungi diri terhadap epidemi Coronavirus yang sedang berlangsung," bunyi pernyataan itu, dilansir laman Buzzfeednews, Rabu (4/3/2020).

Mekanisme penyensoran WeChat sendiri dilakukan di sisi server. Jika seseorang mengirim pesan yang berisi kata kunci yang masuk daftar hitam, pesan tersebut tidak akan muncul. Tim peneliti  mengkonfirmasi penyensoran ini dengan menggunakan tiga akun berbeda. Satu akun terdaftar sebagai nomor telepon China, sementara dua berupa nomor telepn Kanada. Di tiga akun tersebut, pesan berisi kata kunci yang dilarang tidak pernah bisa dikirim. 

Antara 1 Januari dan 15 Februari, para peneliti Citizen Lab menemukan 516 kombinasi kata kunci daftar hitam yang diblokir di WeChat.

Insiden ini seperti mengingatkan susahnya mengelola konten di era saling terhubung seperti saat ini. Jika tidak diblokir, konten hoaks mudah menyebar. Namun jika diblokir, informasi penting tidak bisa didistribusikan dengan cepat.