Find Us On Social Media :

Menuju New Normal, Inilah Tantangan dan Peluang TI Setelah Pandemi

By Fathia Yasmine, Rabu, 24 Juni 2020 | 16:04 WIB

Ilustrasi suasana kantor setelah pandemi

Pandemi Covid-19 memberikan dampak cukup besar terhadap kehidupan sekaligus perekonomian masyarakat. Imbauan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan bekerja dari rumah mengubah pengelolaan dan kinerja perusahaan.

Kegiatan bekerja dari rumah perlahan menjadi tren baru. Pun dalam fase new normal saat ini, masih ada pegawai yang bekerja di rumah dan sisanya bekerja di kantor menggunakan sistem shift.

Menghadapi ini, perusahaan terutama bidang TI harus mulai terbiasa bekerja off-site, walaupun tak bisa dipungkiri bahwa hal ini memiliki kendala tersendiri, terutama pada jaringan dan infrastruktur sistem.

Meski pandemi belum berakhir, persiapan untuk menghadapi kenormalan baru harus diterapkan sejak dini. Salah satunya yaitu sektor TI sebagai penyedia infrastruktur. Situasi ini mengharuskan para pemegang keputusan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada, mulai dari pengguna hingga keamanan data.

Baca Juga: Contoh Penerapan Blockchain untuk Cegah Fraud di Industri Pangan

Lalu, apa saja tantangan dan peluang yang mungkin terjadi pada TI setelah pandemi? Serta apa sajakah yang perlu dipersiapkan?

Kesiapan manusia

Pandemi mengubah perpektif dan pola kerja masyarakat dalam ruang lingkup yang luas. Bila pemeliharaan sistem dan infrastruktur dulu dilakukan secara on-site, kini pola kerja tersebut tidak selalu bisa diterapkan. Akibatnya, kesiapan manusia dalam menghadapi perubahan inilah yang menjadi tantangan dalam bidang TI.

IT Operations & Infrastructure, Security & Service Delivery Management Head, BTPN Setiasmo Samami, bahkan menetapkan kesiapan manusia sebagai tantangan pertama.

“Karena pada akhirnya yang akan diatur adalah orang,” kata Setiasmo.

Kesiapan manusia di antaranya mencakup pemberian edukasi bagi pengguna baru maupun mempersiapkan para tenaga IT untuk menambal dan mengubah infrastruktur di dalamnya.

Baca Juga: Tak Lagi Pakai Intel, Kini Apple Gunakan Chip Silicon Berbasis ARM

Keamanan infrastruktur

Dulu akses menuju infrastruktur TI telah disesuaikan dengan banyaknya kantor, jumlah cabang, dan pengguna. Kini kebutuhan infrastruktur semakin tinggi akibat kebutuhan akses pengguna baru yang bekerja di luar premises.

Kebutuhan inilah yang akhirnya menjadi tantangan tersendiri. Sebab, banyaknya pintu akses akan memperbesar risiko gangguan penjahat siber. Belum lagi dengan perlunya penyesuaian SOP, terutama bagi industri dengan regulasi yang ketat seperti bank.

“Dengan makin banyaknya orang-orang bekerja dari berbagai lokasi geografis dan efektivitas kontrol, pengawasan, produktivitas, harus in place,” lanjut Setiasmo.

Belum lagi dengan adanya akses jaringan internet yang belum tentu aman, maupun risiko peretasan laptop pribadi, inilah salah satu pertimbangan  yang perlu diperhatikan.

Baca Juga: Google Cloud Platform Region Resmi Hadir di Jakarta, Ini Keunggulannya

Profil risiko

Keterbatasan mobilisasi antar negara dan kegiatan tatap muka, menjadikan berbagai aktivitas maupun proses bisnis harus beralih melalui platform digital. Kondisi inilah yang menjadikan perusahaan harus mulai melakukan perubahan profil risiko organisasi, agar kegiatan bisnis dapat tetap berjalan.

Sejalan dengan hal ini, IT & Operation, PT Enseval Putera Megatrading Tbk Handi Halim, turut mengingatkan para pelaku bisnis yang melibatkan supply chain harus segera memulai transformasi digital.

“Interaksi antara pemasok dan pelanggan akan memakai digital apps, online order, online payment, dan lain-lain,” ujarnya.

Platform digital juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan koordinasi, meeting, hingga pelatihan. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi TI untuk mewadahi seluruh kebutuhan seluruh lini bisnis perusahaan.

Baca Juga: Inovasi Shopee Permudah Masyarakat Jalani Aktivitas di Era New Normal

Pemangkasan biaya

Berubahnya kegiatan operasional sudah tentu mengakibatkan penurunan pendapatan. Akibatnya, banyak dari pemegang keputusan yang melakukan pemangkasan biaya agar perusahaan tetap stabil.

Hal ini turut diperkuat oleh survei COVID-19 CFO Pulse dari PwC dan survei CFO yang digelar Gartner, setidaknya 71 persen CFO berupaya melindungi likuiditas dan arus kas perusahaan. Salah satunya dengan menghilangkan perjalanan bisnis, mengurangi kontraktor, hingga menghentikan perekrutan karyawan.

Meski TI bisa berlega hati karena anggaran transformasi digital, customer experience, dan keamanan siber kemungkinan kecil akan terpangkas menurut PwC, Subhan mengingatkan jika kemungkinan apapun bisa saja terjadi.

Memanfaatkan peluang

Tatanan kenormalan baru, diharapkan dapat menjadi angin segar bagi seluruh perusahaan TI maupun non TI. Sebab, masyarakat secara tidak langsung mulai mengadaptasi teknologi yang akan membawa peluang baru. Baik dalam bidang e-commerce, pembayaran digital, hingga layanan kesehatan.

Baca Juga: Google dan ColorOS hadirkan Android 11 Beta untuk OPPO Find X2 Series

Hanya saja, pemegang keputusan harus mampu mengambil strategi terbaik untuk mempersiapkan perusahaan setelah pandemi ini. Lalu, seperti apakah kiat-kiat pengambilan keputusan yang tepat ditengah tantangan TI setelah pandemi?

Temukan jawabannya melalui webinar CIO Forum Infokomputer dengan topik The New Normal For CIOs. Agenda yang berlangsung pada 25 Juni 2020, akan membahas peluang dan tantangan teknologi di era ini. Didukung oleh Microsoft, registrasikan diri Anda secara gratis melalui IKCIO Forum.