Penulis: Zakir Ahmed, Senior Vice President & GM Kofax di Asia Pasifik & Jepang.
Bicara soal keamanan data, organisasi layanan kesehatan ibarat dihadapkan pada buah simalakama. Demi pelayanan yang berkualitas bagi pasien, dibutuhkan akses cepat terhadap informasi yang tepat.
Namun di sisi lain, hukum mewajibkan organisasi untuk melindungi data sensitif yang tercantum dalam rekam medis elektronik (Electronic Medical Records/EMR).
Beragam perangkat digunakan untuk mengumpulkan dan mengirim data pasien, antara lain: komputer, perangkat seluler, pompa infus dan mesin sinar-X.
Dewasa ini, semua perangkat tersebut terhubung dengan internet, jaringan rumah sakit dan teknologi medis lainnya, sekalipun hanya sedikit yang dilengkapi protokol keamanan. Kondisi ini semakin diperumit oleh lingkungan rumah sakit yang terbuka bagi masyarakat umum.
Perangkat-perangkat berisi data sensitif yang terkoneksi tersebut dibiarkan tanpa pengawasan dan membahayakan keamanan seluruh jaringan. Akibatnya, ancaman cyber dan keamanan data pun meningkat.
Untuk melindungi diri dari pelanggaran data, organisasi layanan kesehatan memerlukan strategi keamanan yang menyeluruh.
Strategi terbaik adalah pendekatan sistematis yang menguji kerentanan seluruh perangkat terkoneksi untuk menemukan ancaman keamanan dan mengurutkannya berdasarkan tingkat prioritas untuk diatasi dengan segera.
Pembaruan perangkat lunak serta perbaikan (patch) secara berkala juga tidak kalah penting; begitu pula dengan penggantian peralatan yang sudah ketinggalan zaman dengan perangkat baru yang dilengkapi sistem keamanan bawaan.
Perangkat multifungsi seperti pencetak dan perangkat pencitraan sering kali terlewat dari proses peninjauan keamanan karena tidak dianggap sebagai ancaman.
Namun kenyataannya, data yang ditangani kedua perangkat ini jauh lebih banyak ketimbang yang selama ini kita sadari.
Baca Juga: i3 Tawarkan Solusi Avvan untuk Mengelola Lingkungan Multi Cloud