Find Us On Social Media :

Bhimo Wikan Hantoro, Mengawal Transformasi Bisnis Satu Abad

By Liana Threestayanti, Rabu, 12 Agustus 2020 | 17:00 WIB

Bhimo Wikan Hantoro, Kepala Divisi Innovation Squad, Transformation Office, PT Pegadaian (Perseroan)

 

Di saat banyak anak muda Indonesia berambisi membangun startup, lulusan TU Delft dengan segudang pengalaman berkarier di luar negeri ini lebih memilih untuk menjadi pegawai BUMN. Siapa nyana kalau tugasnya sangat menantang: melakukan inovasi untuk bisnis yang usianya sudah ratusan tahun.

Alasan Bhimo Wikan Hantoro sederhana, ingin berkontribusi pada negeri. Keinginannya untuk pulang ke Indonesia timbul saat ia sedang mengerjakan sebuah proyek platform big data canggih untuk perusahaan telekomunikasi terbesar di sebuah negara di Timur Tengah. 

At some point, saat itu saya mikir, kok saya bersumbangsih seperti ini di luar negeri, kenapa nggak di “rumah” saya sendiri?” cerita Bhimo dalam sebuah wawancara virtual dengan InfoKomputer.

Sempat bekontribusi di Telin, bapak satu putra ini pun akhirnya melabuhkan karier di PT Pegadaian (Perseroan) sebagai Kepala Divisi Innovation Squad, Transformation Office, sejak dua tahun silam. Ada tiga alasan yang membuat Bhimo tertarik bergabung dengan BUMN yang usianya telah menginjak 119 tahun itu. Pertama, Bhimo melihat industri keuangan Indonesia, di mana PT Pegadaian berkecimpung, sedang berkembang pesat.

“Kedua, dikawinkan juga dengan ambisi Pegadaian untuk mengadopsi digital technology. Jadi, ini dua hal yang lagi hot saat ini. Dan saya juga melihat teman-teman Pegadaian yang eager untuk berkembang terus,” papar lulusan Teknik Elektro ITB ini. Bhimo meyakini bahwa tiga hal tersebut, ditambah dukungan leadership yang kuat, adalah “bahan-bahan” yang cukup untuk meraih kesuksesan dalam sebuah transformasi digital.

Tiga Pilar Transformasi

Memimpin Divisi Innovation Squad, Bhimo Wikan Hantoro di “mesin penggerak” transformasi digital PT Pegadaian. Divisi Innovation sendiri merupakan bagian dari Direktorat Transformation Office, sebuah direktorat yang khusus dibuat Pegadaian untuk fokus mengurusi transformasi digital.

Di sini, Bhimo dan timnya bertugas mendorong transformasi melaui tiga pilar. “Yaitu produk-produk digital baru; business process baru, berupa improvement dari yang (business process) existing dengan produk yang lama; dan  business model baru melalui engagement kami dengan ekosistem digital,” jelas Bhimo. 

Dalam waktu hampir dua tahun ini, empat belas squad yang anggotanya datang dari Divisi Inovasi, IT, dan berbagai divisi lainnya di Pegadaian itu, telah menghadirkan berbagai inovasi. Misalnya, inovasi digital partnership dengan beberapa unicorn untuk membuka segmen pasar baru bagi beberapa produk unggulan Pegadaian seperti Tabungan Emas, Pinjaman Mikro, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, dengan menggandeng e-commerce, Pegadaian berhasil meningkatkan jumlah nasabah dari produk Tabungan Emas secara signifikan. “Dalam waktu setahun terjadi penambahan customer mencapai 1,3 juta,” ujar Bhimo bersemangat. 

Untuk produk yang benar-benar baru, Pegadaian, melalui usaha gabungan dari seluruh divisi terkait, telah menghadirkan digital lending. “Setelah mendapat izin dari OJK, awal tahun ini, Pegadaian meluncurkan invoice financing, yang direct dan indirect, di mana untuk yang indirect kami bekerja sama dengan Investree selaku super lender. Kami juga akan launching untuk yang direct yang mana kami bekerja sama dengan BUMN lainnya untuk pembiayaan UMKM,” papar pria yang pernah berkarier sebagai konsultan di Belanda ini. 

Inovasi di area proses bisnis dilakukan dengan merevolusi proses gadai. Dari gadai konvensional yang mengharuskan nasabah datang ke outlet dan membawa barangnya untuk ditaksir, kini Pegadaian memperkenalkan Gadai Online. Sesuai namanya, proses gadai berlangsung secara online, melalui aplikasi Pegadaian Digital yang juga melibatkan pemanfaatan teknologi, seperti video call, QR code, dan transaksi online.

Tantangan Talenta

Seperti yang dialami kebanyakan organisasi masa kini, Bhimo melihat tantangan terbesar yang dihadapinya saat ini adalah kompetisi untuk menjaring talenta. Ia menceritakan bahwa sejak transformasi digital dimulai tahun 2018, Pegadaian sudah berusaha menjaring talenta-talenta baru dengan metode external hire namun terkendala oleh persaingan dengan startup dan perusahaan asing.

“Kami mulai dengan lima orang dan saat ini sudah berkembang. Tetapi memang perkembangannya tidak secepat yang kami inginkan,” jelas Bhimo.

Di antara kendala yang ia hadapi dalam merekrut talenta-talenta baru adalah stigma bahwa bekerja di BUMN kurang bebas. Sementara kendala lain adalah sudut pandang finansial. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak talenta muda masa kini bermimpi menjadi bagian dari perusahaan startup, di antaranya karena alasan tawaran finansial yang lebih menarik.

“Tentu saja di sini kami sudah berusaha menyetarakan tapi tentu kami belum bisa melawan ‘muscle-nya’ teman-teman di venture capital,” imbuh Bhimo.   

Untuk mengatasi tantangan ini, Pegadaian mencoba berinvestasi pada talenta fresh graduate dengan membuka program pengembangan untuk manajemen maupun teknologi informasi. “Kami (datang) ke kampus-kampus, seperti ITB, ITS, UI, UGM, dan lain-lain untuk hiring fresh graduate. Di sini kami mencoba ‘bermain’ long term,” Bhimo menjelaskan. 

Tantangan lain datang dari budaya pelanggan Pegadaian sendiri. Pelanggan Pegadaian rupanya sudah terbiasa dengan model bisnis konvensional yang sudah mereka jalani selama hampir 120 tahun. Tak sedikit pelanggan yang masih enggan beralih ke cara-cara gadai baru maupun produk-produk baru Pegadaian. 

Namun Bhimo yakin hal itu karena pelanggan belum benar-benar merasakan value-nya. “Itulah mengapa kita coba misalnya mengubah cara komunikasi dengan nasabah, misalnya dengan menggunakan media sosial dan kami juga memanfaatkan customer demografi yang baru,” ujar pria yang gemar bermain musik ini. 

Keterlibatan dan Leadership

Sebagai mesin pengerak transformasi, Divisi Innovation tentu tak bisa berhenti berinovasi. Bagaimana Bhimo dan timnya dapat terus mendorong inovasi demi mewujudkan cita-cita PT Pegadaian untuk menjadi the most valuable financial company di Indonesia, menjadi agen inklusi keuangan utama pilihan masyarakat, dan menjadi perusahaan finansial berbasis digital?

“Ketika ada satu divisi yang bernama Inovasi atau New Business development, bukan berarti inovasi itu akan terpusat di divisi itu saja. Justru yang paling bagus adalah ketika inovasi itu terjadi secara terdesentralisasi. Salah satu cara kita mengakselerasi itu adalah dengan mengadakan ajang Innovation Award bagi seluruh karyawan yang di-drive oleh divisi Budaya Kerja,” cerita Bhimo.

Bhimo juga melihat pentingnya keterlibatan (involvement) sejak awal ketika melakukan inovasi maupun dalam transformasi secara keseluruhan. “Sehingga ownership dari inovasi tersebut adalah seluruh bagian perusahaan, bukan hanya Divisi Inovasi, Produk, atau IT,” imbuhnya.

Hal penting lainnya yang dapat mendorong kesuksesan inovasi dan transformasi adalah leadership. Bhimo Wikan Hantoro berulangkali menekankan pentingnya leadership yang kuat dan berkomitmen untuk menggerakan inovasi oleh seluruh bagian dalam perusahaan untuk bertransformasi. Menurut Bhimo, leadership dan kolaborasi yang selama ini didapatkan baik dari jajaran direksi, seluruh divisi kantor pusat, maupun wilayah yang ada di Pegadaian telah menjadi faktor kunci kesuksesan transformasi serta inisiatif-inisiatif digital PT Pegadaian (Persero) baik yang telah dilaksanakan maupun yang akan datang.