Find Us On Social Media :

Paul Soegianto: Engineer Airbus yang Kini Menjadi “Driver” Blue Bird

By Wisnu Nugroho, Jumat, 14 Agustus 2020 | 09:42 WIB

Paul Soegianto (Chief Strategy Officer Blue Bird)

Secara nasional, salah satu jaringan supermarket juga sudah menggunakan layanan Blue Bird untuk pengiriman belanjaan pelanggannya. Beberapa perusahaan luxury goods kini juga mengandalkan taksi Blue Bird untuk mengantarkan produknya ke konsumen. “Jadi staf toko secara khusus membawa barang ke konsumen menggunakan taksi Blue Bird,” tambah Paul. 

Untuk mendukung sistem logistik ini, Paul dan tim mempersiapkan sistem selama empat bulan. Untuk melakukan pemesanan, mitra bisnis cukup memesan menggunakan layanan berbasis web. Pesanan ini terhubung langsung ke sistem dispatch Blue Bird, yang kemudian menginstruksikan armada taksi untuk mengambil barang. 

Yang menarik, satu armada taksi bisa melakukan penghantaran beberapa barang sekaligus (multi drop). Di sistem tersebut juga ada teknologi Artificial Intelligence (AI) yang akan mengkalkulasi rute paling efisien. “Karena sehari itu paling sedikit ada 300 titik antar, dan melibatkan 15-20 taksi. Jadi AI ini mengatur rute yang paling efisien,” cerita Paul.

Membangun Platform

“Ke depan, layanan taksi itu bukan soal harga, namun lebih ke availability dan service yang diberikan,” Paul Soegianto (Chief Transformation Officer Blue Bird)

Meski mencoba memperluas jenis layanan, layanan taksi tetap menjadi bisnis utama Blue Bird. Karena itu, inovasi pun terus dilakukan Paul dan tim untuk meningkatkan pelayanan taksi ini. 

Salah satunya adalah menggunakan tablet sebagai perangkat all-in-one bagi pengemudi, termasuk menggantikan seluruh sistem di dalam taksi Blue Bird. “Jadi tidak ada lagi sistem dispatcher dan argo, semua diganti dengan tablet ini,” ungkap Paul. Implementasi telah dilakukan sejak akhir 2019, Dalam kini semua armada taksi Blue Bird telah menggunakan sistem baru ini.

Meski ada investasi yang harus dikeluarkan, Paul melihat sistem ini menghasilkan dampak bisnis yang signifikan. Contohnya adalah turunnya persentase drop call operator ke pengemudi. “Dulu kami bisa kehilangan koneksi 36%, saat ini kurang dari 4%,” cerita Paul. Peningkatan juga didapat dari sisi akurasi posisi taksi. Jika dulu tingkat kesalahan mencapai 10-15%, saat ini kurang dari 5%.

Implementasi tablet ini juga membuka potensi baru bagi bisnis Blue Bird ke depan. Contohnya dari sisi data, yang terkumpul dari ribuan armada taksi Blue Bird yang menjelajah kota-kota di Indonesia setiap harinya. Yang kini sedang dipersiapkan adalah Blue Bird Pintar, yang berfungsi menyelaraskan demand dan supply dari taksi Blue Bird. “Karena ke depan, layanan taksi itu bukan soal harga, namun lebih ke availability dan service yang diberikan,” kata Paul. 

Berbekal data tersebut, Paul yakin Blue Bird akan memiliki pondasi bisnis yang kuat. "Karena yang kita buat saat ini adalah membangun platform untuk mengembangkan bisnis yang lain" tambah Paul.