Find Us On Social Media :

Sukses Maksimalkan Bisnis Lewat AI, Ini Bocoran Para Pemainnya

By Fathia Yasmine, Kamis, 15 Oktober 2020 | 13:37 WIB

Ilustrasi sensasi penggunaan AI bagi konsumen

Penggunaan Artificial Intellegence (AI) saat ini menjadi kunci sukses para perusahaan terkemuka, mulai dari e-commerce hingga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), mulai menjajal teknologi ini.

Laman Forbes (30/03/2020) menyebut penerapan AI memang bisa digunakan dalam banyak hal, mulai dari kegiatan marketing, riset dan pengembangan, IT operations, hingga di bidang human resources. Masifnya pemanfaatan teknologi ini pun secara perlahan mengubah kehidupan manusia.

Contoh pemanfaatan AI dapat ditemui dalam kegiatan sederhana di keseharian seperti berbelanja online.  Teknologi ini ada dibalik cerdasnya fitur rekomendasi produk, kolom pencarian, dan virtual chat di situs-situs e-commerce.  

Memanfaatkan teknologi ini konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk sesuai kebutuhannya dan di sisi lain e-commerce dapat memberikan layanan yang memberi kepuasan lebih.

Baca Juga: iPhone Terbaru Diluncurkan, Pengguna Diminta Waspadai Phishing

Dua hal tersebut juga yang membuat perusahaan e-commerce Lazada dan gateway pembayaran LinkAja mengembangkan penerapan teknologi ini lebih lanjut dalam proses bisnisnya. 

Melalui webinar Infokomputer  bertajuk Tech Gathering: Accelerating Your Artificial Intelligence Initiatives Confirmation pada Kamis, (08/10/2020), kedua perusahaan tersebut menuturkan bagaimana pengalaman mereka mengembangkan AI.

Pada kesempatan tersebut, Head of Artificial Intelligence Lazada Indonesia Felix Yuwono, menyebut pengembangan AI di perusahaanya bertujuan untuk mempermudah Lazada dalam melayani konsumen.

Pengembangan ini pun tercetus akibat tingginya pembelanjaan selama masa pandemi. Selain itu, Lazada juga memprediksi bahwa belanja online akan semakin dipilih di masa depan.  Lazada tidak  mungkin mengandalkan tenaga customer services untuk melayani konsumen yang jumlahnya terus bertumbuh.

Baca Juga: MSI Luncurkan PC AiO seri Pro 24X dengan Harga Mulai Dari Rp13 juta

“Dari C level pasti tidak mungkin mau berinvestasi sebanyak itu untuk pelayanan pelanggan. Kalau gitu, bagaimana perusahaan bisa untung,” ujar Felix.

Melalui autonomation AI berupa ChatBot, Lazada membuat AI yang mampu menjawab pola pertanyaan serupa dari para konsumen, mulai dari informasi yang berkaitan dengan status pemesanan hingga pengembalian produk. 

“Melalui AI, kami membuat sebuah fitur yang bisa menjawab pertanyaan berulang dari para konsumen,” lanjut Felix.

Memiliki tingkat interaksi dan keberhasilan diatas 80 persen, Felix menyebut beberapa hal penting yang perlu diperhatikan perusahaan, jika ingin mencoba mengimplementasi ChatBot berbasis AI hingga sukses.

Baca Juga: Riot Games Umumkan Kompetisi Esports Valorant untuk Perguruan Tinggi

“Untuk membuat ChatBot yang sukses dan bagus, ada empat hal yang perlu diperhatikan. User interface, AI, system integration, dan intuitive conversation,” kata Felix.

Lewat integrasi keempatnya, Felix mengingatkan bahwa jangan sampai layanan AI memiliki tampilan yang membingungkan dan tidak up to date terhadap fitur maupun kendala yang mungkin terjadi. Tak lupa, ia mengingatkan untuk terus mengukur hasil implementasi, agar perbaikan dapat terus berjalan.

“Jangan sampai buat sesuatu yang justru malah menimbulkan pertanyaan baru. Jangan lupa ukur terus hasil yang didapat, ini penting sekali,” ujar Felix.

Senada dengan Felix, Head of IT Big Data and Analytic Group LinkAja Rifan Kurnia, mengungkap cara LinkAja berhasil mengimplementasi AI kurang dari enam bulan.

Baca Juga: Empat Fitur Samsung Galaxy Watch 3 yang Makin Bikin Kesengsem

Menurutnya, tahun lalu LinkAja mengalami kendala berupa isu skalabilitas, penerimaan informasi, hingga kendala integrasi yang disebabkan oleh banyaknya vendor yang digunakan.

“Pada saat itu, semua datanya ter-scatter, terutama dalam hal banyaknya vendor. Akhirnya kami mengawali langkah dari data engineering sebelum masuk ke AI,” kata Rifan.

Melalui data engineering, LinkAja mulai memindahkan data infrastruktur TI on-premises menuju cloud, dan memperbaiki struktur komputansinya, agar isu skalabilitas dapat teratasi terlebih dahulu.

“Kuncinya yaitu ada pada manajemen struktur workflow, menggunakan managed services juga bisa jadi solusi. Namun, jangan melupakan in-house sendiri,” lanjut Rifan.

Baca Juga: Berbasis Open Source, 'Token Cebong' di Kriptokurensi Bisa Diutak-atik

Kesuksesan LinkAja, menurutnya, disebabkan oleh development roadmap yang tersusun dengan baik sebelum mulai berpindah mengimplementasi AI. Terutama dalam hal membangun architecture design dan infrastructure set up yang matang sebagai wadah pengembangan.

“Walaupun berjalan secara paralel, architecture design ini menjadi landasan dasar, kira-kira bisa enggak ya AI ini diimplementasi di LinkAja, lalu dilanjutkan dengan infrastrukturnya,” ujar Rifan.

Saat ini, pengembangan AI LinkAja telah terintegrasi dengan berbagai layanan internal dan eksternal. Salah satunya yaitu rekognisi KTP, spoofing attempt identification, hingga ChatBot pengguna.

“Jika ingin sukses dalam pengembangan AI, ada dua yang perlu dilakukan. Pertama, build trust pada data yang dimiliki dan stakeholder. Kedua, build the right foundation antara talent dan infrastruktur (agar berkesinambungan),” tutup Rifan.

Baca Juga: Yahoo Groups Resmi akan Ditutup, Bagaimana Nasib Layanan E-mail-nya?

Improvisasi sebagai kunci

Meski menawarkan berbagai kemudahan interaksi dan olah data. Namun baik Rifan maupun Felix setuju bahwa treatment dan training pada AI diperlukan sebagai landasan.

“Untuk AI juga perlu dilatih terus agar bisa menyesuaikan dengan pola dan tren di sisi pelanggan,” kata Felix.

Hal ini turut diamini oleh Technical Director Nutanix Arief Pribadi, menurutnya implementasi AI merupakan tugas besar bagi perusahaan. Terutama pengembangan dan improvisasi AI dalam kasus sehari-hari.

Melalui treatment yang tepat, AI tak hanya berfungsi melayani kebutuhan eksternal, tetapi juga internal.

Baca Juga: SK hynix Umumkan Segera Luncurkan DRAM DDR5 Pertama di Dunia

“Fungsi-fungsi dari algoritma AI (jika terus dilatih) nantinya bisa melakukan klasifikasi pemindahan data, regresi sebab akibat, sampai reduksi dimensi untuk mengurangi variabel acak,” lanjut Arief.

Lebih jauh, Arief pun mengingatkan akan pentingnya improvisasi secara real time antara edge, private, dan public cloud untuk hasil AI yang lebih baik, terutama jika digunakan dalam pengambilan keputusan.

“Keputusan yang diambil harusnya berdasarkan hasil analisa AI terhadap data yang jumlah, sumber dan varian-nya cukup besar dan lebar. Sehingga dalam proses analisanya pasti melibatkan berbagai platform didalam perusahaan mulai dari edge (gudang, pabrik, dll), private (kantor pusat), atau di public cloud (social media analytic, geospasial mapping, dll),” ujar Arief.

Terkait improvisasi, Arief menyebut perusahaan juga bisa memanfaatkan bantuan software terintegrasi layaknya Nutanix yang kompatibel terhadap berbagai jenis hardware yang dimiliki. Terutama bagi mereka yang masih ragu akan keamanan data pribadi dan AI yang dimiliki.

Baca Juga: Dua Founder Perempuan dari Indonesia Ikuti Program Google for Startups

“Nutanix akan bantu dari sisi teknologi dan keamanan untuk perusahaan, sehingga para pemegang keputusan bisa fokus di proses dan people yang ada di dalamnya,” tutup Arief.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknologi ini dan implementasi AI, Anda juga dapat mengunjungi laman resmi Nutanix.