Salah perusahaan ternama di industri teknologi Grab selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pengguna ataupun mitra driver.
Grab pun memiliki tim integritas yang beranggotakan 300 karyawan untuk menangani masalah keamanan para pengguna dan mitra.
Tim itu terdiri dari data scientist, engineer, product manager, hingga desainer.
Head of Technology, Integrity Group, Transport, and Patents Office Grab, Wui Ngiap Foo mengatakan tugas dari tim ini adalah mengembangkan integritas, kepercayaan, dan solusi keamanan bagi pengguna.
"Tim ini tersebar di lima kantor yang ada di Singapura, Jakarta, Kuala Lumpur, Bangalore, dan Seattle. Misi kami adalah, kami tidak akan berhenti hingga pengguna benar-benar aman," kata Wui dalam pemaparannya kepada media melalui platform Zoom, Selasa (18/11/2020).
Grab berpatokan pada standar keselamatan milik otoritas transportasi darat di Singapura yaitu angka kecelakaan tidak boleh melebihi 0,02 persen per 100.000 Km jarak tempuh pengemudi.
"Saat ini Grab 2,3 kali lebih aman saat dipakai bepergian dibandingkan angkutan lainnya," ucapnya.
Ia mengakui, isu keamanan adalah hal yang sangat menantang mengingat jenis serangan terus berkembang. Untuk itu Grab menghadirkan inovasi keamanan bagi pengguna, mitra, hingga merchant.
Berikut adalah sejumlah teknologi yang diterapkan Grab untuk mengamankan keselamatan para pengggunanya.
1. Selfie untuk Driver
Selfie untuk driver ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan para penumpang. "Ini untuk memastikan kami memiliki keamanan yang cukup sebelum memulai interaksi dengan penumpang, dimulai dari selfie untuk verifikasi," kata Wui.
Selfie untuk pengemudi pun bukan hanya saat pertama kali login, tetapi aplikasi kadang juga akan meminta driver untuk selfie di waktu random. Menurut Wui, hal ini dilakukan karena pihaknya tidak ingin ada mitra login lalu memberikan perangkat ke orang lain.
Selain itu, untuk memastikan orang tidak memfoto sebuah foto selfie, Grab menggunakan Life Fitness track, sehingga Grab meminta driver untuk berfoto dengan sedikit gerakan. Tujuannya untuk memastikan bahwa orang yang difoto adalah benar pengemudi. Hasil foto kemudian dicocokkan dengan lisensi mengemudi si mitra pengemudi yang sebelumnya sudah diberikan saat mendaftar jadi mitra.
2. Selfie untuk Penumpang
Wui mengatakan, Grab juga berupaya menjaga keamanan mitra pengemudi dari penumpang-penumpang yang mungkin membahayakan. Ia memberi contoh, misalnya penumpang mabuk. Wui mengatakan, fitur ini sudah diluncurkan di Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Agar privasi pengguna tetap terjaga, Wui menegaskan bahwa hasil foto selfie ini tidak dibagikan ke siapapun, termasuk si pengemudi. Selain itu, selfie wajah pengguna ini hanya disimpan selama 90 hari. Lewat dari itu, ketika pengguna selama 90 hari berturut-turut tidak login, informasi akan dihapus.
Wui mengatakan, dalam menghadirkan fitur ini, Grab juga bekerja sama dengan pemerintah negara pasar guna memastikan bahwa pengambilan selfie pengguna hanya untuk keperluan keamanan semata, bukan bentuk pengumpulan data.
3. Selfie dengan Masker
Di masa pandemi seperti sekarang, Grab sadar metode verifikasi selfie untuk driver bisa membuat repot driver. Pasalnya mereka harus membuka masker untuk selfie dan memasangnya kembali.
"Berbekal layer AI tambahan di teknologi selfie Grab, akurasi pengenalan selfie untuk pengguna yang pakai masker bisa meningkat 99,5 persen," tutur Wui.
Hal ini, menurutnya, dilakukan dengan meningkatkan penggunaan sinar inframerah di kamera untuk memindai wajah.
Berdasarkan cahaya yang memantul ke wajah pengguna, bisa terlihat bagian hidung, retina, dan wajah sehingga algoritma bisa mengenali kontur wajah. Teknologi ini juga diklaim mampu membedakan wajah sungguhan dengan foto.
Ke depannya, untuk meningkatkan keamanan di masa pandemi, Grab juga akan menghadirkan gesture-less verification. "Dengan demikian, akan menghadirkan pengalaman keamanan tanpa sentuhan tetapi tetap nyaman mendeteksi pengguna," kata Wui.
Selain itu, nantinya Grab juga akan menerapkan ada filter di dalam chat. Hal ini dilakukan demi kenyamanan saat chat antara penumpang dengan mitra pengemudi.
Berbasis teknologi natural languange processes, Grab bisa mengenali adanya teks yang dianggap tidak pantas, misalnya seksual ataupun phishing.
4. Monitor Perjalanan
Grab rupanya juga melakukan monitoring terhadap perjalanan yang tengah ditempuh mitra pengemudi dan penumpang. Adapun sumber monitoringnya mulai dari pembacaan GPS, kondisi lalu lintas, map intelligence, telematics, dan tentunya status perjalanan.
"Dari berbagai sinyal ini, Grab mendeteksi tiap kendaraan berhenti karena hal yang tak wajar. Misalnya kalau sedang macet, wajar kendaraan berhenti, namun kalau jalanan lancar kendaraannya berhenti, ini bisa jadi sinyal apakah penumpang baik-baik saja?" kata Wui.
Dalam kondisi seperti itu, pengguna akan mendapatkan notifikasi yang menanyakan kondisi mereka, apakah mereka dalam kondisi baik-baik saja. Ke depannya, Grab bahkan akan menghadirkan fitur deteksi kecelakaan.
5. Proteksi Informasi Pribadi Pengguna/Driver
Wui mengatakan, aplikasi Grab dapat mendeteksi apakah mitra driver melakukan screenshot data pengguna, mulai dari nama ataupun tujuan. Selanjutnya, jika yang discreenshot dianggap merupakan data pribadi, akan ada notifikasi agar driver tidak membagikan screenshot berisi data pribadi tersebut.
Untuk melindungi informasi pribadi, Grab juga menyembunyikan detail perjalanan setelah sebuah perjalanan selesai dilakukan. Dengan begitu, driver tak bisa mengakses kembali alamat tujuan atau asal si pengguna.
Ketiga terkait dengan data pribadi, Grab menawarkan opsi VOIP (voice over internet protocol) dan menyamatkan nomor telepon pengguna. Dengan begitu, tiap ada panggilan, nomor telepon yang ditampilkan bukanlah nomor asli penumpang melainkan nomor lain yang sudah disamarkan.
6. Analisa Keamanan Mengemudi
Terakhir, kata Wui, Grab mengembangkan solusi telematics untuk memastikan keamanan perjalanan. "Kami mengirimkan laporan keamanan mengemudi pada pengemudi disertai dengan skornya. Hal ini berkorelasi langsung dengan feedback dari penumpang, apa penumpang merasa aman dalam perjalanan atau bagaimana," kata Wui.
Menurut Wui, pengemudi dengan jejak mengemudi tidak aman akan terekam dan diminta untuk melakukan training, atau bisa saja dihapus dari platform.