Find Us On Social Media :

WhatsApp Bagikan Metadata ke Facebook, Perlukah Anda Khawatir?

By Cakrawala, Kamis, 14 Januari 2021 | 17:00 WIB

Ilustrasi WhatsApp

Adapun metadata adalah informasi tambahan tentang foto tersebut seperti informasi kamera yang dipakai, rasio zoom, ukuran foto, lokasi di mana foto tersebut diambil (GPS), kompresi, dan waktu pengambilan foto (lihat Gambar 2). Anda dapat mengunggah berkas ke www.metadata2go.com untuk mengetahui metadata dokumen yang ingin anda ketahui.

Lalu metadata apa yang dikumpulkan oleh WhatsApp atas penggunanya dan apakah Anda perlu khawatir jika metadata WhatsApp digunakan untuk menampilkan iklan di grup Facebook?

Selain informasi dasar perangkat dan sejenisnya, metadata yang dikumpulkan oleh WhatsApp juga mencakup informasi dasar pengguna, misalnya siapa yang Anda kenal, siapa yang Anda kirim pesan, kapan Anda mengirim pesan, seberapa sering Anda berkomunikasi dengan seseorang atau grup, siapa yang pernah menghubungi Anda, bagaimana reaksi Anda jika dihubungi orang tidak dikenal, Anda ada di grup apa saja, dengan siapa saja Anda berada di dalam suatu group, dan apa peranan Anda dalam suatu grup.

Dari informasi metadata perangkat, WhatsApp bisa mengolah dan mengarahkan iklan dan memberikan kepada perusahaan yang terkait, seperti jenis smartphone baru yang sedang diluncurkan dan mungkin Anda minati maupun ISP atau penyedia layanan seluler saingan yang ingin memperluas pasar dan mencari pelanggan baru.

Dari informasi metadata pengguna, WhatsApp dapat mengetahui pola komunikasi Anda tanpa perlu mengetahui isi komunikasi Anda. WhatsApp dapat mengetahui siapa saja yang sering anda kontak, kapan, dan seberapa intens. Ambil contoh, jika Anda memiliki PIL atau WIL dan Anda sering berkomunikasi melalui WhatsApp, sekalipun isi komunikasi terenkripsi, tetapi metadata dalam jangka panjang akan menunjukkan tingkat hubungan komunikasi seseorang. Karena pola komunikasi dengan keluarga, teman, teman dekat, serta “teman dekat” memiliki pola tersendiri yang tidak bisa dihindari dan akan terdeteksi dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi jika memiliki metadata dalam jangka panjang.

WhatsApp juga dapat mengetahui profil diri Anda dari grup yang Anda ikuti, apa minat Anda, siapa teman Anda. Apakah Anda senang memasak atau hobi otomotif, apakah anda senang dengan politik dan ke mana afiliasi politik Anda. Kasus Cambridge Analytica yang “mengantarkan” Donald Trump ke kursi kekuasaan sangat mungkin terjadi lagi dengan pemanfaatan metadata ini. Jadi, di tangan orang yang mengerti cara mengelola data dan metadata, memang data dan metadata menjadi komoditas yang paling berharga di muka bumi ini.

Gambar 2, Metadata foto adalah informasi tambahan tentang foto itu sendiri.

Antisipasi Eksploitasi Metadata

Lalu apa yang harus Anda lakukan? Apakah harus uninstall WhatsApp dan berpindah ke messaging lain seperti Telegram atau Signal?

Supaya lebih adil, sebenarnya apa yang dilakukan grup Facebook tidak berbeda dengan perusahaan internet lain. Sebagai contoh YouTube, Anda bisa memilih untuk tidak mendapatkan iklan dan membayar uang berlangganan. Namun, tetap saja metadata Anda diolah oleh YouTube dan digunakan untuk kepentingannya; salah satunya adalah untuk menampilkan rekomendasi video lain ketika Anda menonton suatu video. Jadi dalam kasus ini, sudah bayar pun, tetap metadatanya diolah.

Menurut hemat penulis, pada prinsipnya perusahaan internet yang mana saja akan melakukan pola yang sama. Siapapun yang memiliki akses ke pasar dan memiliki pangsa pasar terbesar cenderung akan melakukan aksi monopolistik, kecuali ada pihak yang lebih berkuasa mengontrol. Ambil contoh PLN, jika tidak diregulasi oleh pemerintah dan mereka menaikkan harga tiga kali lipat, sekalipun konsumen marah, konsumen tidak dapat hidup tanpa listrik dan tetap membayar. Masalah ini bisa dicegah bila ada pemerintah yang menjaga dengan regulasi atau ada persaingan — ada perusahaan lain yang juga menjual listrik sehingga tindakan monopolistik bisa ditekan.

Prinsip kerja perusahaan internet sangat simpel, ciptakan produk baru, disrupsi pasar gemuk yang ada. Kemudian, kalahkan kompetitor dengan berbagai macam cara, seperti menjual produk di bawah modal, adu kuat bakar uang sampai semua kompetitor menyerah. Setelah dirinya menjadi penguasa tunggal dan meraksasa, ia dapat memiliki kekuatan monopolistik dan mendikte pasar gemuk sendirian.

Karena itu kunci menghadapi masalah ini adalah peran pemerintah yang kuat melindungi konsumen dan konsumen secara sadar berusaha mencegah pasar menjadi monopolistik.