Find Us On Social Media :

Solusi TI untuk Berantas Korupsi: Penerapan Knowledge Management

By Liana Threestayanti, Senin, 15 Maret 2021 | 19:30 WIB

Ilustrasi korupsi

Penulis: Amir Syafrudin (Praktisi Agile)

Email: amir.syafrudin@gmail.com

Seperti kita ketahui, informasi merupakan aset yang sangat berharga. Dengan informasi yang tepat, seseorang dapat memiliki peran yang strategis dalam sebuah organisasi. Bila kepemilikan itu dipadukan dengan “kebutuhan” untuk meningkatkan kondisi ekonomi pribadi atau kelompok, korupsi menjadi alternatif yang menarik. 

Setiap organisasi perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat agar tidak ada individu tertentu yang memanfaatkan informasi di dalam organisasi untuk kepentingannya atau kepentingan kelompoknya sendiri. Contohnya tidak sulit untuk kita bayangkan. Seorang anggota tim riset di sebuah lembaga pemerintah dapat menjual informasi terkait riset itu kepada pihak ketiga untuk mendulang keuntungan bagi dirinya. Seorang anggota tim audit di sebuah lembaga audit dapat memanfaatkan informasi yang ia miliki untuk membuat celah dan meraih keuntungan dari celah tersebut. Seorang anggota tim yang bertanggung jawab menyusun kerangka acuan kerja (KAK) dapat menggunakan informasi terkait ruang lingkup di dalam KAK itu untuk “mengarahkan” pengadaan agar menguntungkan dirinya.

Tidak dapat dibantah bahwa kepemilikan informasi memberi kesempatan bagi para pemiliknya untuk melakukan korupsi.

Terapakan Knowledge Management untuk Transparansi

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko itu adalah dengan memaksimalkan transparansi. Tujuannya adalah agar informasi tertentu dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan, bukan hanya orang-orang tertentu. Dengan akses yang lebih luas, risiko penyalahgunaan informasi dapat ditekan.

Transparansi dalam informasi dapat diperoleh dengan penerapan knowledge management yang solid di dalam organisasi. Walaupun knowledge management terkesan terlalu megah, salah satu esensinya memang transparansi informasi. Knowledge management memungkinkan setiap informasi, atau lebih tepatnya pengetahuan, yang dimiliki setiap individu di dalam sebuah organisasi menjadi informasi yang dimiliki organisasi. Harapannya adalah dengan meminimalkan informasi yang hanya dimiliki individu tertentu, peluang untuk menyalahgunakan informasi secara sejuga dapat diminimalkan.

Tantangan Penerapan Knowledge Management

Tantangannya adalah, seperti tantangan knowledge management pada umumnya, adalah bagaimana membuat proses akuisisi informasi tersebut berjalan lancar. Stimulus adalah strategi paling optimal sehingga akuisisi informasi dapat dilakukan secara sukarela oleh pemiliknya. Dalam kondisi seperti itu, informasi yang diberikan kemungkinan besar akan lebih utuh. 

Alternatifnya adalah lewat paksaan atau ancaman seperti membuat pengungkapan informasi menjadi target kerja atau membuat keengganan berbagi informasi berisiko terkena hukuman disiplin bagi pemilik informasi. Kondisi yang terbentuk lewat paksaan atau ancaman tentu saja tidak akan seoptimal lewat stimulus karena rasa enggan untuk berbagi informasi akan terus ada tanpa adanya keinginan yang bersifat sukarela. 

Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memikirkan strategi yang tepat agar para individu pemilik informasi itu mau berbagi. Organisasi itu harus menentukan kombinasi yang seimbang antara strategi yang lunak dan keras. Apa pun kombinasinya, kunci keberhasilannya adalah meyakinkan para individu pemilik informasi bahwa membuka informasi yang dimilikinya akan lebih menguntungkan daripada menyimpannya untuk diri sendiri.