Find Us On Social Media :

Solusi TI untuk Berantas Korupsi: Penerapan Knowledge Management

By Liana Threestayanti, Senin, 15 Maret 2021 | 19:30 WIB

Ilustrasi korupsi

Tantangan berikutnya adalah media. Kemudahan untuk berbagi informasi juga penting. Jangan sampai kemauan untuk berbagi justru terhambat media berbagi yang tidak mumpuni. 

Media berbagi saat ini tidak lagi terbatas pada bentuk tulisan, tapi telah berkembang begitu pesat ke media berbentuk audio dan video. Saat ini, setiap orang dapat dengan mudah merekam “materi” ke dalam video, melakukan modifikasi secukupnya, lalu mengunggahnya ke situs berbagi video seperti YouTube. Tren seperti itu harus menjadi perhatian setiap organisasi karena para pemilik informasi di dalam organisasi sangat mungkin mengharapkan kemudahan yang sama pada media internal organisasi.

Setelah akuisisi informasi, tantangan berikutnya adalah proses temu kembali informasi. Setinggi apa pun nilai sebuah informasi, kalau informasi itu sulit atau tidak dapat ditemukan, nilainya tidak akan pernah terwujud. Hal itu menegaskan bahwa media internal yang digunakan untuk berbagi juga perlu didukung fitur pencarian yang mumpuni. Contohnya adalah indexing. Indexing memiliki peran penting karena pencarian informasi menjadi lebih andal bila berbasis indeks. Hal itu berarti organisasi perlu berupaya lebih untuk menyediakan sistem yang dapat membuat indeks dari setiap informasi yang ada tersedia di dalam media internalnya, baik untuk informasi berbentuk tulisan, gambar, audio, maupun video.

Pemutakhiran informasi juga tidak boleh dilupakan. Untuk proses ini, strategi dan tantangannya tidak jauh berbeda dengan proses akuisisi informasi. Bagian yang sangat penting untuk diwujudkan adalah mekanisme untuk melakukan identifikasi informasi yang dibutuhkan dan mengumpulkan tambahan informasi yang relevan. Dengan mekanisme yang tepat, validitas informasi yang tersedia dalam media internal organisasi akan lebih terjamin. Teknologi lagi-lagi memiliki peran penting untuk membentuk proses pemutakhiran data yang andal dan mudah digunakan.

Tentukan Prioritas

Di balik itu semua, inti pemanfaatan knowledge management dalam konteks menekan korupsi adalah untuk memaksimalkan transparansi informasi. Informasi yang dimiliki setiap individu dalam organisasi perlu dialihkan ke pemilik sebenarnya, yaitu organisasi itu sendiri, sehingga dapat diakses oleh individu lain yang relevan di dalam organisasi terkait. Paparan di atas hanyalah gambaran singkat hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan transparansi informasi itu.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah prioritas. Korupsi yang dilakukan lewat penyalahgunaan informasi tentu saja dilakukan dengan informasi-informasi yang bernilai tinggi. Nilai informasi itu harus menjadi salah satu metrik prioritas knowledge management. Semakin tinggi nilai sebuah informasi, semakin didahulukan pengelolaannya. Prioritas ini mungkin sulit ditentukan di awal, khususnya bila knowledge management belum hidup dalam sebuah organisasi. Untuk meminimalkan kesulitan tersebut, organisasi dapat menerapkan proses yang iterative dan incremental agar prioritas informasi yang ditentukan menjadi lebih tepat sasaran.

Knowledge management yang terarah seperti yang dijelaskan di atas akan mewujudkan transparansi informasi yang optimal dalam sebuah organisasi. Akan tetapi, transparansi yang optimal itu saja tidak akan cukup untuk menekan korupsi. Upaya yang komprehensif tetap dibutuhkan untuk memberantas korupsi. Knowledge management yang tepat guna merupakan bagian penting dari upaya itu.