Pandemi Covid-19 telah mendorong banyak sektor usaha untuk mempercepat transformasi digital. Selain untuk menopang berbagai tantangan bisnis, teknologi digital juga memperlancar skema bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang diterapkan banyak perusahaan.
Kemajuan teknologi digital memungkinkan perusahaan untuk melakukan data management dalam jumlah yang besar secara mudah dan efisien melalui sistem cloud.
Meski demikian, perlu disadari oleh seluruh entitas perusahaan bahwa transformasi digital mesti diiringi dengan kesiapan mengatasi serangan siber (cyberattack).
Celah serangan siber dapat timbul karena batas antara lingkup personal karyawan dan data perusahaan semakin transparan. Misalnya saja, laptop yang digunakan karyawan untuk bekerja bisa jadi juga digunakan untuk mengakses beragam keperluan personal.
Baca Juga: Tantangan dan Solusi Bisnis Perusahaan Hadapi Pandemi Corona
Selain itu, perusahaan juga sulit memastikan data yang dikirim dan dikelola sudah melalui jaringan yang aman dan terlindungi.
Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, sebanyak 88.414.296 serangan siber telah terjadi sejak 1 Januari-12 April 2020.
Perangkat yang menjadi target serangan siber pun tidak hanya komputer perusahaan saja, tetapi mampu menembus hingga ponsel pribadi.
Menurut laporan berjudul The Turning Tide (2020) yang disusun oleh Trend Micro, diprediksikan pelaku serangan siber pada 2021 banyak menargetkan perangkat antarmuka pemrograman aplikasi (API) yang rentan.
Baca Juga: Empat Keuntungan yang Bisa Diraih Perusahaan ketika Adopsi Cloud
API menghubungkan seluruh layanan dan perangkat lunak, termasuk Internet of Things (IoT). Pelaku serangan siber dapat menggunakan perangkat lunak tersebut sebagai perantara untuk masuk ke dalam jaringan sebuah perusahaan.
Strategi keamanan dengan zero trust