Find Us On Social Media :

Contoh Pemanfaatan Artificial Intelligence di Industri Media & Hiburan

By Liana Threestayanti, Minggu, 19 September 2021 | 16:30 WIB

Ilustrasi contoh pemanfaatan AI di industri media dan hiburan.

Industri media dan hiburan saat ini harus menghadapi pasar yang semakin kompetitif namun penuh ketidakpastian. Tantangan ini tak pelak mendorong perusahaan-perusahaan di bidang ini untuk menekan biaya operasional, tapi secara bersamaan mereka harus meningkatkan pemasukan melalui konten-konten yang akan mereka sajikan. 

Di sinilah peran kecerdasan buatan dibutuhkan, terutama dalam memahami dan menyikapi kompleksitas dan perubahan cepat pada perilaku konsumsi konten oleh audiens. Perusahaan teknologi sekaligus kompetitor perusahaan media dan entertainment konvensional saat ini, seperti  Google, Amazon, dan Netflix, telah menerapkan model-model bisnis berbasis data. Dengan data science dan AI, mereka dapat memahami dan menciptakan nilai bagi pelanggan dengan menghadirkan konten yang disukai dan relevan dengan kebutuhan pelanggan. 

Beruntung, industri media dan hiburan sudah memiliki modal besar untuk menumbuhkan bisnisnya.  Laporan tentang AI dan masa depan dunia hiburan, “A New Day in The World of Content”, yang disusun oleh IBM Institute for Business Value menemukan adanya beragam data digital eksternal yang terkumpul dari aktivitas konsumsi media oleh audiens, seperti data teks yang dihasilkan pelanggan, data medsos, data pasar, gambar dan video. Di sisi internal sendiri, bisnis media dan hiburan selalu berkutat dengan data jumlah pelanggan, rating, dan sebagainya.

Berdasarkan data PwC, pendapatan industri Media and Entertainment secara global diharapkan mencapai angka US$2,2 triliun di tahun 2023. Menurut Global Entertainment & Media Outlook 2021-2025 yang diterbitkan PwC, pertumbuhan sebesar 6,5 persen di 2021 masih sesuai prediksi, dan diperkirakan mencapai 6,7 persen di 2022. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan tinggi terhadap konten dan iklan digital. 

Baca juga: Apa Itu Teknologi Artificial Intelligence?

Contoh Penerapan AI di Industri Media dan Hiburan

Ada empat area di mana penerapan Artificial Intelligence dapat dilakukan secara luas.

#1 Pengalaman dan Personalisasi Pelanggan

Personalisasi pengalaman pelanggan menjadi semakin kompleks sehingga dibutuhkan peran teknologi seperti AI untuk menciptakan layanan yang lebih personal untuk ratusan juta, bahkan miliaran, pelanggan. 

Contoh pemanfaatan AI di sini adalah merekomendasikan konten yang disesuaikan dengan selera pelanggan, bahkan dengan memerhatikan bandwidth dan kecepatan internet si pelanggan. Salah satu pemain di industri ini yang telah sukses menerapkan cara ini adalah Netflix.

Memiliki 209 juta pengguna yang merupakan paid membership di seluruh dunia sampai dengan kuartal 2 2021 dan 2,2 juta menit konten yang tersedia, platform Netflix sukses berkat kekuatan sistem rekomendasinya.

Netflix juga memiliki tool Dynamic Optimizer berbasis machine learning untuk memastikan penggunanya menikmati pengalaman streaming yang berkualitas tinggi. Tool ini dikembangkan Netflix bersama Nantes University, Perancis, dan University of Southern California, AS.

Baca juga: Contoh Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence di Industri FMCG

Baca juga: Contoh Pemanfaatan Artificial Intelligence untuk Surveillance

#2 Media dan Iklan

Contoh pemanfaatan Artificial Intelligence lainnya di industri ini adalah pada aspek marketing atau trading yang mencakup iklan, desain, dan promosi film. Proses marketing dapat diselenggarakan dengan lebih cepat dengan bantuan predictive analytics dan AI. Software marketing yang didukung AI juga  dapat membantu, misalnya membuat strategi promosi dan solusi untuk pelanggan dengan lebih efektif dan efisien. 

Sebuah tool desain grafis berbasis AI misalnya dapat menciptakan desain visual ratusan kali lebih cepat daripada manusia, misalnya membuat 8000 banner dalam hitungan detik. 

Contoh lain pemanfaatan AI pada aspek marketing ini diperlihatkan oleh IBM dan 20th Century Fox dalam pembuatan trailer film ber-genre horror thriller, Morgan. Memanfaatkan Watson API dan teknik machine learning, sistem IBM Research menganalisis ratusan trailer film dengan genre horror thriller. Selanjutnya sistem AI “menonton” film Morgan dan memberikan saran 10 momen terbaik bagi sebuah trailer film horor. AI membutuhkan hanya 24 jam untuk membuat sebuah trailer berdurasi  enam menit. Jika dikerjakan oleh manusia, tugas seperti ini diselesaikan dalam waktu sekitar satu minggu. 

#3 Pemanfaatan VR dan AR yang Lebih Luas

Virtual reality (VR) diproyeksikan sebagai salah satu segmen di industri media dan hiburan yang tumbuh dengan cepat meski basis penggunanya masih terbilang kecil. PwC Global Entertainment & Media Outlook 2021-2025 mencatat adanya peningkatan pendapatan dari media/hiburan berbasis VR ini sebesar 31,7 persen sehingga mencapai angka US$1,8 miliar pada 2020. Pada tahun 2025, dengan compound annual growth rate yang stabil di persentase 30%+, pendapatan dari VR ini diperkirakan akan mencapai US$6,9 miliar.

Peran AI di bidang ini adalah membuat konten AR/VR yang lebih interaktif. AI memungkinkan pembuat konten hiburan menciptakan adegan-adegan memukau melalui perangkat AR/VR. 

#4 Optimalisasi Pencarian

Pencarian cepat akan bermanfaat di industri media dan hiburan. Contoh pemanfaatan AI di area ini diperlihatkan oleh startup yang fokus pada teknologi computer vision, ClarifAI, dan Vintage Cloud. Keduanya menerapkan di platform digitalisasi film. Peran AI adalah mempercepat proses kategorisasi dan klasifikasi konten menggunakan API computer vision ClarifAI. Pencarian objek dalam sebuah film pun bisa dilakukan dengan cepat berkat AI.

Memprediksi Cerita dan Remote TV

Perusahaan-perusahaan besar di bidang media dan hiburan sudah memulai perjalanan dengan AI. Nama Walt Disney Company, Comcast, dan Viacom ada di jajaran perusahaan yang sudah menuai manfaat dari peran AI.

Walt Disney Company bahkan mendirikan divisi khusus untuk mengeksplorasi potensi teknologi-teknologi terkini, yaitu Disney Research. Divisi ini awalnya difokuskan untuk mengembangkan teknologi untuk membangun interaksi antara karakter (dalam film) dengan manusia. Namun kini Disney Research memperluas area fokusnya pada machine learning dan data analytics, visual computing, robotika dan interaksi antara manusia dan komputer. 

Beberapa proyek yang sudah digarap, misalnya quality prediction untuk short story narrative. Para ilmuwan melatih AI untuk bisa mengenali pola dan karakter cerita pendek, lalu memilih cerita yang bakal disukai pembaca. Data untuk melatih algoritme AI tersebut berupa 28.000 jawaban dari situs web tanya jawab Quora dan para ilmuwan mencari pola yang mempengaruhi struktur cerita. 

Kemudian tim Disney Research membangun tiga neural network untuk mengevaluasi bagian-bagian dari cerita, menguji apakah bagian-bagian tersebut dapat digabung, dan menganalisis keseluruhan cerita. Menurut para ilmuwan di sana, algoritme yang mereka bangun belum dapat digunakan untuk memilih pemenang kompetisi menulis cerita tapi dapat dimanfaatkan sebagai panduan untuk melakukan penelitian sebelum menulis. 

Disney Research juga memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas film dan pengalaman penonton. Dalam kolaborasi dengan Pixar Animation dan University of California, Santa Barbara, tim Disney Research melatih model deep learning untuk menyajikan film yang noise-free.

Pemain lainnya di industri media dan hiburan, Comcast, mengembangkan teknologi suara yang memungkinkan pengguna berkomunikasi dengan perangkat menggunakan natural language. Teknologi ditanamkan pada remote control TV X1 Voice Remote yang bisa dioperasikan dengan perintah suara (voice command). Remote ini dapat diperintah untuk mengganti kanal, mencari program TV tertentu, menampilkan rekomendasi, memilih kanal favorit, dan mengontrol DVR.

Contoh penerapan AI lainnya adalah memprediksi masalah pelanggan sebelum terjadi. Comcast mengklaim teknologinya ini 90 persen akurat dalam memprediksi apakah teknisinya harus pergi ke rumah pelanggan untuk mengatasi masalah konektivitas. 

Contoh pemanfaatan AI lainnya datang dari konglomerasi media Viacom. Perusahaan yang bergerak di bidang media digital, film, dan program televisi ini memiliki Echo Social Graph, sebuah platform social TV sales. Sudah memasuki versi ke-3, platform ini ditawarkan kepada klien Viacom guna membantu kampanye mencapai audiens yang tepat.  

Platform ini bekerja dengan menelusuri data, seperti aktivitas sosial, tipe interaksi, penggunaan hashtag, post reach, dan jumlah pengaruh digital. Dengan mengukur dampak kampanye di media sosial, Viacom mengklaim dapat menggunakan data untuk cara-cara pemasaran lintas platform, misalnya televisi dan media sosial.