“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.”
Petikan tulisan itu lahir dari sebuah kamar kecil, ruang di mana penulisnya tengah dipingit. Sang empunya kata-kata itu, Raden Ajeng Kartini, menunjukkan bahwa saat ia dibatasi ruang geraknya, pikirannya tetap mampu mengembara dan membuahkan karya yang tak lekang zaman.
Kartini lahir dan besar di Jepara. Jejak-jejaknya masih banyak ditemukan di wilayah yang terletak di “punuk” Pulau Jawa ini.
Salah satunya adalah ruang pingit Kartini, yang menjadi bagian dari rumah dinas bupati, dan kini difungsikan juga sebagai museum.
Ada pula museum Kartini di sebelah utara alun-alun Jepara yang memamerkan benda-benda peninggalan pahlawan emansipasi perempuan ini.
Namun, bukan itu saja yang dapat disambangi di Jepara. Kekayaan alam kabupaten seluas 1.004 km2 ini sangat lengkap, mulai dari pegunungan hingga laut.
Salah satu destinasi wisata bahari yang populer di dunia internasional, yaitu Kepulauan Karimunjawa, berada di wilayah Kabupaten Jepara.
Dengan kapal cepat, hanya dalam sekitar 2 jam dari Pelabuhan Kartini, pasir putih serta panorama bawah laut yang memesona dapat dinikmati.
Soal potensi pariwisatanya, Bupati Jepara, Dian Kristiandi, mengatakan, “Yang memiliki pulau terbanyak di Jawa Tengah itu ya Jepara. Dulu yang dikenal 27 pulau, sekarang ada tambahan 3 pulau lagi jadi 30 pulau.”
Belum lagi wisata budaya khas yang dimiliki kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Kudus, Pati, dan Demak ini. Salah satunya adalah Lomban Syawalan yang digelar sepekan setelah Idul Fitri, yang digelar di tengah laut.
Di acara ini, kepala kerbau dilarung sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Esa. Ada juga atraksi perang obor dari pelepah kelapa di Desa Tegal Sambi yang dilaksanakan pada Senin Pahing di bulan Dzulhijjah.
Angkat Industri Kerajinan dan Kuliner
Selain pariwisatanya, Kabupaten Jepara sejak lama dikenal dengan produk furniture dan ukiran kayunya, bahkan hingga ke luar negeri. Untuk industri furniture ukir sendiri, Jepara memiliki hampir 6.000 unit usaha dengan nilai investasi Rp2 triliun.
Nilai yang fantastis ini belum termasuk industri furniture minimalis, kerajinan kayu, serta ukir gebyok, yang menambah keragaman produk olahan kayu dari wilayah ini.
Tangan-tangan terampil masyarakatnya menjadi keunggulan kabupaten ini, terbukti dari banyaknya industri pengolahan di Jepara.
Kerajinan perhiasan monel, tenun ikat troso, kerajinan gerabah, kerajinan kuningan, hingga mainan anak-anak, hanya beberapa dari industri pengolahan yang bisa disebut, yang sebagian juga memenuhi pasar ekspor.
Sentra-sentra industri ini tak hanya mendatangkan pendapatan dari penjualan produk, tetapi juga dapat menjadi destinasi wisata Jepara.
Ilustrasi Industri Tenun di Kabupaten Jepara
Misalnya saja Desa Troso yang terkenal karena tenun ikatnya. Di desa ini, selain dapat mencari tenun ikat dengan harga terjangkau, para wisatawan juga bisa melihat proses penenunan mulai dari pemintalan, hingga pewarna
Jepara yang terletak di pesisir juga memiliki potensi besar di bidang kuliner. Berbagai olahan hasil laut bisa menjadi santapan lezat yang mendokong sektor pariwisata.
Salah satunya Pindang Serani, sup ikan khas Jepara yang memiliki perpaduan rasa asam dan gurih yang segar. Keberadaan Pindang Serani ini begitu melegenda hingga salah satu UMKM di sana memadukannya dengan roti agar bisa dijadikan buah tangan para wisatawan.
Potensi Jepara yang besar ini akan terus dikembangkan lagi. Salah satunya lewat program smart city yang digagas oleh Kementrian Infromasi dan Teknologi.
Melalui program ini, diharapkan potensi besar Jepara bisa menjadi salah satu aspek pendorong kemajuan Jepara.
(Penulis: Rahma Yulianti)
Baca Juga: Kabupaten Ngada: Panorama Gugus Pulau yang Spektakuler di Watu Mitong
Baca Juga: Manggarai Timur: Benahi Kawasan Wisata Agar Lebih Nyaman Dikunjungi