Peristiwa ini memicu dirinya untuk harus memiliki tim yang kuat, memiliki wawasan teknologi yang berorientasi masa depan, dan mampu mendukung service delivery. Menurutnya, inovasi atau kemajuan apapun yang diterapkan tidak akan ada gunanya tanpa disertai kemampuan men-deliver layanan ke pengguna akhir.
“Karena pada akhirnya, yang penting adalah nasabahnya suka atau tidak, happy atau tidak. Terserah harddisk nggak mounting atau server crash, tapi bisa tidak service hidup dalam sepuluh menit ke depan? Atau kalau (sistem) mati ya sudah, tapi bisa tidak service tetap jalan?” kata Setiasmo.
Ada satu pelajaran yang dipetik Setiasmo dari pengalamannya di divisi ini, “Kalau kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu, kita ‘dosa’. Minimal kita tahu apa yang kita tidak tahu,” ujarnya. Artinya, masih bisa diterima jika kita tahu ada masalah tapi kita tidak tahu di mana letak masalahnya. “Itu masih lebih mending daripada bertanya ‘memang ada problem ya? Nah yang seperti itu ‘dosa’,” kata Setiasmo seraya tertawa.
Dan dari pengalaman itu pula, IT Transaction Management melakukan sejumlah inovasi untuk terus meningkatkan service delivery kepada pengguna bisnis di lingkungan BTPN maupun kepada nasabah.
Mimpi Besar Membangun Kompetensi
Di posisinya saat ini, Setiasmo Samami memiliki beberapa mimpi besar yang ingin diwujudkan. “Mimpi besar ini tentu masih berkisar pada advancement ke depannya. Jadi pada dasarnya untuk meneruskan perjalanan digital, kita harus konsisten, paling tidak, pada tiga hal,” ucapnya.
Pertama, ia mempunyai mimpi bahwa timnya membangun dan menguasai kompetensi masa depan, seperti cloud engineering dan next-gen infrastructure engineering.
Setiasmo menyadari, saat ini perusahaan harus menghadapi kelangkaan talenta digital di tengah talent war. “Kita tidak mungkin merekrut orang, lalu minta orang itu pensiun sama kita. Sudah tidak jamannya lagi seperti itu,” ucap Setiasmo mencoba bersikap realistis.
Kesadaran yang perlu dibangun adalah berupaya memenuhi kebutuhan talenta digital perusahaan tapi tidak perlu sampai “termehek-mehek” ketika ada staf atau karyawan yang diambil perusahaan lain.
“Engine untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi itu yang menjadi mimpi besar saya. Bagaimana kita mencukupi (kebutuhan talenta) itu dan kita sustain,” ujarnya.
Setiasmo Samami juga bemimpi tentang migrasi ke cloud. “Teknologi masa depan itu ada di cloud. Yang kita kejar di cloud adalah kemajuan teknologinya,” jelasnya. Namun tentu tidak semua workload bisa dipindahkan ke cloud. BTPN harus memilih dan untuk memilih, lagi-lagi, dibutuhkan kompetensi untuk melakukannya.
Bagaimana memenangkan kompetisi di ranah digital menjadi mimpi Setiasmo Samami yang berikutnya, karena saat ini substitusi atau kompetitor Jenius sudah bermunculan. “Mimpi besar saya yang terakhir untuk memenangkan ini adalah bagaimana saya dan tim di belakang bisa membuat produk-produk digital BTPN yang dijual ke nasabah dapat diterima, tersedia, dan memuaskan nasabah. Dan the end game-nya itu ada di light-on team,” pungkas Setiasmo Samami.