Find Us On Social Media :

9 Talenta Muda Ini Berdayakan Bangsa dengan UAV Berteknologi Microsoft

By Rafki Fachrizal, Jumat, 28 Januari 2022 | 17:30 WIB

Para mahasiswa/i Universitas Indonesia (UI) yang berhasil merancang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) berteknologi Microsoft.

Unmanned Aerial Vehicle (UAV) alias pesawat tanpa awak pertama kali dikembangkan untuk tujuan militer. Namun, pesawat ini juga memberikan berbagai manfaat di luar medan perang, termasuk tetapi tidak terbatas pada tujuan komersial, ilmiah, dan rekreasi.

Dari layanan publik jarak jauh, foto dan rekaman video di udara, pengumpulan data, hingga agrikultur, UAV menjadi pilihan yang lebih aman, cepat, dan murah dibandingkan kendaraan berawak.

Dengan meningkatnya tren UAV, pasar UAV global diproyeksikan tumbuh lebih dari 8% (Compound Annual Growth Rate) hingga 2026.

Berikut adalah kisah bagaimana sembilan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang mulai memberdayakan Indonesia dalam industri UAV, di sela-sela kelas daring mereka.

Mereka adalah Luthfi Aldianta, Adam Ilham Maulana, Anindya Samiya Artanti, Daniel Martua Matthew Simatupang, Muhammad Luqman Sugiyono, Muhammad Rizky Millennianno, Pramudita Bintang Al Hakam, Raditya Aryaputra, dan Shang Welly Chin – mahasiswa Fakultas Teknik (FT) serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI yang menghabiskan beberapa bulan di 2021 untuk merancang sebuah UAV.

Dengan nama tim Autonomous Unmanned Aerial Vehicle Universitas Indonesia (AUAV UI), kesembilan mahasiswa tersebut merancang UAV dengan teknologi Microsoft untuk melaksanakan dua fungsi: melakukan pemetaan area dan penurunan muatan, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data bagi berbagai industri.

Bersama-sama, mereka memiliki visi yang sama untuk mengembangkan industri robotik Indonesia dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Oleh karena itu, ketika kompetisi UAV Teknofest Internasional diadakan, mereka menantang diri mereka sendiri untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Teknofest adalah salah satu kompetisi UAV terbesar di dunia, sekaligus festival penerbangan, kedirgantaraan, dan teknologi pertama serta satu-satunya di Turki.

“Kami berasal dari latar belakang yang berbeda. Beberapa dari kami belajar teknik mesin, industri, dan elektro, sementara yang lainnya belajar matematika dan fisika. Tapi kami memiliki ketertarikan yang sama di industri robotik, terutama penerbangan. Dengan komunitas robotik yang dibentuk alumni UI beberapa tahun lalu, kami merasa ini adalah tempat yang tepat bagi kami untuk mengembangkan keterampilan kami di bidang yang kami minati. Selain itu, industri UAV masih memiliki ruang pengembangan dan potensi yang besar. Bidang ini memberikan peluang yang luas bagi kami untuk menghadirkan terobosan-terobosan teknologi baru yang dapat membantu masyarakat Indonesia secara luas,” ujar kapten tim, Luthfi Aldianta.

Pada gelarannya di 2021, Teknofest membuka lebih dari 30 kategori, termasuk transportasi pintar, kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan, serta UAV. Kompetisi di kategori UAV dibagi lagi menjadi dua divisi: sayap tetap (fixed wing) dan sayap putar (rotary wing).

UAV sayap tetap mengacu pada pesawat tanpa awak dengan sayap yang tidak bergerak, seperti pada pesawat biasa. Sementara UAV sayap putar menggunakan bilah berputar yang biasanya digunakan untuk helikopter.

“Kami mengikuti divisi sayap tetap dan kompetisinya dibagi menjadi tiga tahap. Yang pertama adalah evaluasi desain konseptual dan yang kedua adalah ketika kami harus menyerahkan laporan desain rinci serta video penerbangan. Dua tahap pertama dilakukan di negara asal, dan kami mencatatkan hasil yang luar biasa. Berkat itu, kami melangkah ke tahap terakhir: minggu kompetisi pada 13-18 September 2021 di Bursa, Turki,” kata Luthfi.