Usaha Kecil dan Menengah atau UKM adalah pilar terpenting dalam perekonomian di dunia, termasuk di Indonesia. Namun demikian, saat ini UKM telah menjadi target utama yang rentan akan serangan siber.
Menurut Wall Street Journal, perusahaan dengan pendapatan tahunan kurang dari US$10 juta (sekitar 147 juta rupiah) cenderung kurang siap menghadapi serangan siber. Fireeye juga melaporkan bahwa 77% dari semua kejahatan dunia maya menargetkan usaha kecil, dan hanya 42% pemilik usaha yang peduli dengan keamanan siber.
Hal ini menunjukkan, sebagian besar UKM tidak memiliki kesiapan untuk bertahan dari ancaman serangan siber yang semakin meningkat.
Tantangan Perlindungan Data di UKM
Menurut WSJ, kebanyakan UKM tidak tahu kapan mereka menjadi korban serangan siber karena alasan mendasar: pelaku UKM tidak memiliki alat untuk mengidentifikasi terjadinya serangan. Serangan baru disadari ketika sudah menjalar, seperti masuknya ransomware yang mengenkripsi file di seluruh jaringan.
Tantangan lainnya adalah data yang tersebar di berbagai lokasi penyimpanan serta redundansi data. Apalagi saat ini, ketika banyak perusahaan mengadopsi kebijakan kerja jarak jauh (remote work). Meskipun model kerja ini dapat meningkatkan produktivitas, data kantor semakin tersebar di seluruh server, mesin virtual, komputer pribadi, dan bahkan aplikasi cloud/SaaS seperti Google Workspace dan Microsoft 365.
Untuk mengamankan data yang tersebar tersebut, pelaku UKM seharusnya memiliki sistem backup data untuk semua perangkat dan platform tersebut. Akan tetapi, prakteknya memang tidak mudah.
Salah satu tantangan adalah memastikan kompatibilitas. Jangan sampai sistem backup hanya kompatibel dengan perangkat tertentu, yang memunculkan masalah baru berupa biaya lisensi yang mahal dan harus membeli hardware dan software terpisah.
Cara Melindungi Data
Berdasarkan tantangan tersebut, perusahaan UKM membutuhkan solusi alternatif untuk melindungi data mereka. Solusi ini harus dapat memusatkan perlindungan data di seluruh platform, mendukung pencadangan multi-versi, serta memiliki sistem pemulihan yang fleksibel.
Ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai hal tersebut.
Sistem backup harus cerdas agar mengurangi kompleksitas tim admin
1. Manajemen Terpusat
Sistem manajemen data terpusat perlu mendukung tugas pencadangan komprehensif dari satu portal. Admin IT harus dapat menerapkan dan memantau tugas pencadangan dengan notifikasi instan dan laporan terperinci.
Solusi pencadangan yang tepat juga harus menyediakan manajemen intuitif untuk seluruh endpoint, termasuk server, mesin virtual, serta aplikasi SaaS. Selain itu, solusi backup tersebut harus memiliki opsi pemulihan yang cepat dan mudah.
2. Teknologi Pencadangan Cerdas
Solusi pencadangan data yang baik harus menyediakan pencadangan efisien untuk semua perangkat tanpa memenuhi ruang penyimpanan. Pilih solusi pencadangan yang memiliki teknologi backup inkremental, yaitu ketika hanya file tambahan atau yang berubah saja yang akan dicadangkan setelah pencadangan terakhir. Selain itu, pilih juga solusi yang memiliki teknologi deduplikasi data untuk menghilangkan blok data yang identik.
Solusi yang ideal harus dapat memberikan kedua opsi ini serta dapat diskalakan dengan fleksibel untuk kebutuhan pertumbuhan bisnis tanpa perlu mengganti infrastruktur IT yang ada.
3. Memenuhi Anggaran & Persyaratan Keamanan
Melindungi data bisnis membutuhkan biaya tinggi, seperti biaya konstruksi infrastruktur, analisis keamanan, pemantauan jaringan, pemeliharaan rutin, firmware, pembaruan software, dan biaya lisensi berulang. Memiliki solusi yang dapat mengintegrasikan hardware dan software dapat menghemat biaya pencadangan.
Beberapa penyedia solusi penyimpanan menawarkan aplikasi pencadangan bawaan yang dapat melindungi data secara komprehensif, termasuk tugas backup untuk lingkungan fisik dan virtual, serta menyimpan salinan ke luar lokasi seperti ke cloud. Dengan konsolidasi penerapan dan dukungan teknis dari satu vendor, admin IT dapat menerapkan strategi pencadangan dan pemulihan yang komprehensif tanpa perlu membayar biaya lisensi atau pemeliharaan tambahan.
Itulah tiga hal yang perlu diperhatikan pelaku UKM dalam mengamankan datanya. Jika semua itu dapat dilakukan, pelaku UKM pun semakin tenang dan aman dalam menjalani bisnis di era digital.
Ingin mengetahui lebih banyak tentang strategi pengamanan data untuk pelaku UKM? Ikuti webinar Synology pada Selasa, 21 Juni 2022 pukul 14.00-15.00. Daftarkan diri Anda di sini.