Para operator gudang (warehouse) di seluruh dunia akan meningkatkan investasinya pada teknologi yang dapat mendukung kinerja stafnya dan teknologi automasi, di tengah tekanan modernisasi yang dipicu oleh pandemi.
Lebih dari 9 dari 10 operator di semua wilayah, termasuk Asia Pasifik, memperlihatkan indikasi akan meningkatkan penggunaan wearable, mobile printer dan rugged tablet dalam beberapa tahun mendatang, dengan software mobile dimensioning yang mengotomatisasi pengukuran parsel dan karton.
Selain itu, 27% operator gudang di dunia dan di Asia Pasifik saat ini sudah menggunakan beberapa jenis autonomous mobile robots (AMR). Dan dalam kurun waktu lima tahun, jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah hingga 92% di Asia Pasifik dan 90% di seluruh dunia.
Itulah temuan penting yang terungkap dalam laporan terbaru dari Zebra Technologies yang bertajuk "Warehousing Vision Study" dan diselenggarakan sepanjang Januari dan Februari 2022. Survei ini melibatkan 1.500 pengambil keputusan dan staf pergudangan dari seluruh dunia, termasuk Australia Australia, China, India, Jepang, dan Singpura yang mewakili pasar Asia Pasifik.
“Warehousing Vision Study akan membantu industri pergudangan di Indonesia memahami dengan lebih baik tren dan tantangan yang sedang membentuk operasional pergudangan global. Melalui ini, mereka juga akan bisa menentukan strategi digitalisasi yang paling cocok untuk kebutuhan gudang-gudang mereka dalam memenuhi permintaan yang meningkat tahun 2022,” ujar Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies.
Siap Investasi untuk Teknologi Baru
“Disrupsi akibat peristiwa yang terjadi di dunia baru-baru ini menekankan pentingnya supply chain yang fleksibel dan memiliki resiliensi,” ucap Aik Jin Tan, APAC Vertical Solutions Lead for Manufacturing, Machine Vision/Fixed Industrial Scanning, Zebra Technologies.
“Yang menggembirakan, operator gudang di Asia Pasifik sudah mengambil langkah proaktif, di mana penelitian kami menunjukkan bahwa 84% dari mereka kini merasa lebih nyaman mengintegrasikan teknologi baru untuk menunjang operasional dan infrastruktur mereka,” lanjut Aik Jin Tan.
Hampir 9 dari 10 operator gudang di dunia setuju bahwa mereka harus mengimplementasikan teknologi baru untuk memiliki daya saing di ekonomi berdasarkan permintaan ini, dengan 80% mengonfirmasi bahwa pandemi mendorong mereka untuk berkembang dan melakukan modernisasi dengan lebih cepat.
Tekanan yang sama juga dirasakan oleh para operator gudang di kawasan Asia Pasifik. Sekitar tiga perempat dari pembuat keputusan di Asia Pasifik mengatakan, pandemi sudah mendorong mereka untuk membuat perubahan.
Penelitian ini juga menemukan, staf gudang merasa lebih nyaman dengan teknologi canggih yang diadopsi perusahaan meski perusahaan tidak menaikkan upah. Kurang dari separuh (45%) staf mengatakan bahwa perusahaan menaikkan upah atau menawarkan bonus di tengah pembatasan tenaga kerja. Namun 82% merasakan dampak positif dari situasi tersebut.
Tren ini juga dijumpai di Asia Pasifik. Sembilan dari 10 staf gudang merasakan dampak positif walaupun hanya 34% yang menyebutkan kalau perusahaan mereka menaikkan upah.