Find Us On Social Media :

Hadapi Gejolak Ekonomi Pascapandemi, Perusahaan Perlu Formula Infrastruktur Digital yang Tangguh

By Yussy Maulia, Kamis, 1 September 2022 | 11:37 WIB

Masa depan ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami pasang-surut.

Indonesia merupakan negara yang menguasai 40 persen ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Situasi ini membuat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang terkuat di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Namun, seiring memasuki masa pascapandemi Covid-19, kenaikan tingkat inflasi membayang-bayangi pertumbuhan ekonomi nasional. Akibatnya, situasi ekonomi di Indonesia menjadi tak menentu dan sulit diprediksi dalam beberapa tahun ke depan.

Isu kenaikan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi tersebut dibahas oleh Business Development Advisor Indonesia Stock Exchange Poltak Hotradero dalam acara Innovate: Gaining Business Agility in Uncertain Times yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Poltak menjelaskan, tingkat inflasi di Indonesia pada 2021 cukup rendah, yakni 1,87 persen. Namun, seiring dengan pulihnya perekonomian masyarakat, inflasi meningkat secara signifikan menjadi 4,9 persen pada 2022.

Baca Juga: Ini Alasan Perusahaan Membutuhkan Data dan Analisis Real Time

“Ketika (situasi) pandemi sudah membaik, masyarakat mulai aktif (beraktivitas) lagi dan membelanjakan uang mereka. Sementara, penyedia (barang atau jasa) tidak bisa mengejar kebutuhan tersebut. Itu yang membuat harga (barang atau jasa) naik,” terang Poltak.

Sementara, dari sisi perusahaan, kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan biaya produksi atau kegiatan operasional semakin mahal. Hal itu disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas inflasi.

“Tantangan ini tentu mendorong kita, pelaku industri, untuk meningkatkan efisiensi kegiatan operasional perusahaan. Cara mengefisiensi (biaya kegiatan operasional) yang paling efektif saat ini adalah dengan go digital,” ujar Poltak.

Menanggapi pemaparan Poltak, Pemimpin Divisi Pengembangan Teknologi Informasi (TI) Bank Negara Indonesia (BNI) Setiawan Anis Widjojo mengungkapkan, digitalisasi telah membantu BNI dalam merespons perubahan perilaku masyarakat yang dinamis dengan cara yang efisien.

Baca Juga: Strategi Pemanfaatan Real Time Data Analytics untuk Tingkatkan Customer Experience

“Kehadiran teknologi digital telah mengubah mindset masyarakat dalam menggunakan (produk) perbankan, dari (sistem) konvensional menjadi digital yang lebih mudah dan modern,” kata Anis dalam kesempatan yang sama.

Berdasarkan data internal BNI, transaksi melalui aplikasi mobile banking BNI meningkat hingga 60 persen dari tahun ke tahun (year-on-year). Hal tersebut mendorong BNI untuk senantiasa melakukan pembaruan fitur dan peningkatan layanan pada aplikasi BNI Mobile Banking.