Cantik! Kata ini mungkin layak disandingkan dengan Halmahera Selatan (Halsel), kabupaten yang terletak di Maluku Utara. Menyusuri ruas jalan di Desa Labuha, Pulau Bacan, mata dimanjakan panorama laut dan gugusan pulau-pulau yang membentang. Kabupaten yang juga punya sejarah panjang soal kekayaan rempah-rempah ini pun kini terus berbenah, mempersolek diri dengan berbagai terobosan dan inovasi.
Siang itu, sebuah kapal berukuran cukup besar terlihat bersandar di dermaga Habibi, dermaga kecil yang terletak di Desa Labuha, Kecamatan Bacan. Namun berbeda kebanyakan kapal, di bagian belakang atau buritan kapal terdapat sejumlah bangku dan meja. Di bagian lain, ada pula ruangan yang diisi berbagai perangkat elektronik. Jelas ini bukan kapal penangkap ikan.
Kapal itu rupanya "bank terapung" yang ditata sedemikian rupa, untuk melayani warga melakukan transaksi perbankan. Mulai dari mentransfer uang, hingga mengambil uang melalui ATM, dan layanan perbankan lainnya bisa dilakukan di sini.
Iksan, seorang Staf Dinas Kominfo Halsel memberitahu, di Indonesia layanan semacam ini hanya ada di 4 provinsi, salah satunya di Maluku Utara. "Jadi mereka keliling pulau-pulau yang ada di Halmahera Selatan ini, dan memberi layanan perbankan," ujarnya saat ditanya tentang kapal tersebut.
Selain tersohor karena produksi batu bacannya, Halmahera Selatan memang dikenal sebagai kabupaten yang punya banyak pulau. Di kabupaten ini, terdapat sekitar 371 pulau, yang dihuni 252.357 penduduk yang tersebar di 30 kecamatan dan 249 desa. Dengan kondisi ini, layanan bank terapung sangat membantu masyarakat.
Banyaknya kepulauan di kabupaten ini bukan hanya menyimpan potensi besar. Namun, di sisi lain, kondisi ini menyisakan sejumlah tantangan.
Ambisi Menjadi Smart City
Masalah keterbatasan yang dihadapi warga Halmahera Selatan atas akses layanan publik, seperti halnya akses perbankan juga disadari oleh Bupati Halmahera Selatan, Usman Sidik. Tak heran, sejak menjabat satu tahun terakhir, pembangunan dan perbaikan tata kelola layanan publik menjadi prioritas utamanya.
"Daerah yang mungkin paling tertinggal, kan salah satunya Maluku Utara, termasuk Halsel. Padahal ini daerah yang punya kekayaan luar biasa. Jadi, kita harus berani melakukan perubahan," kata Usman, saat ditemui di rumah dinasnya di Papaloang, Kecamatan Bacan Selatan.
Halmahera Selatan sendiri menjadi salah satu kabupaten yang terpilih mengikuti Gerakan Menuju Smart City 2022 yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Pada gerakan ini, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan mendapat bimbingan untuk menyusun rencana induk pembangunan berbasis smart city.
Rencana induk ini diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, sekaligus mendorong pengembangan potensi Halmahera Selatan.
Beberapa inovasi sebenarnya sudah dirintis Pemerintah Kabuapaten Halmahera Selatan sejak beberapa waktu lalu. Salah satunya adalah membangun e-Smart Labuha, sebuah layanan digital dan informasi dalam satu perangkat. Dengan e-Smart Labuha, warga dapat mengakses berbagai layanan secara online, mulai dari pengurusan dokumen kependudukan, perijinan usaha, pembuatan SIM, hingga mendapatkan laporan cuaca.
Dalam mengurus Kartu Keluarga (KK), contohnya. Warga tak perlu lagi datang ke kantor dukcapil. Mereka hanya perlu mengisi form, mengupload dokumen yang diminta dan tinggal menunggu. Jika disetujui, KK akan dikirimkan lewat email atau whatsapp dalam bentuk pdf dan bisa diprint secara mandiri.
Terobosan juga dilakukan di sejumlah sektor, seperti pariwisata dan pemberdayaan masyarakat. Aplikasi e-Smart Village, misalnya. Aplikasi ini menghubungkan seluruh desa dan kecamatan di Halmahera Selatan. Lewat layanan ini, nantinya setiap desa saling terkoneksi dan dapat mempromosikan serta memperkenalkan potensi wisata mereka, termasuk pasokan hasil bumi di tiap desa. Untuk membuka akses internet di seluruh wilayah Halsel, selama setahun terakhir, pemkab juga telah membangun BTS di sejumlah titik.
Tidak hanya itu. Smart Village juga bisa menjadi wadah bagi nelayan dan petani untuk memasarkan hasil panen dan tangkapan ikan mereka. Menurut Supriadi, Staf Dinas Kominfo Halsel yang juga pengembang aplikasi ini, lewat Smart Village, Pemkab Halsel juga dapat mendata pasokan ikan dan hasil bumi di tiap desa dan membantu mereka mencari pembeli.
Layanan di Dinas Dukcapil Halsel yang telah menerapkan sistem layanan onlline
"Nantinya, mereka juga bisa menetapkan harga hasil bumi atau tangkapan ikan yang ingin mereka jual. Jadi bisa dapat harga tertinggi. Mereka juga bisa memantau harga berbagai produk secara realtime, jadi mereka tidak bisa ditipu," ujar Supriadi, seraya menunjukan sejumlah fitur dan alur penggunaan aplikasi tersebut melalui laptop-nya.
Ini tentu kabar gembira bagi para petani dan nelayan, yang selama ini mengalami keterbatasan pemasaran. Selama ini, umumnya mereka menjual hasil bumi dan tangkapan ikan secara konvensional, dengan menjual di pasar atau pengepul.
Ini diakui Ikrom, seorang nelayan yang sedang menurunkan hasil tangkapan di sebuah Tempat Penampungan Ikan Panamboang, Bacan Selatan. Pria berusia 60 tahun ini mengaku sudah ikut melaut sejak tamat SD. Sekali melaut, Ikrom mengaku dapat membawa sedikitnya 500 kilogram ikan, seperti tuna dan cakalang.
Ia menjual hasil tangkapannya kepada perusahaan dan warga. "Tapi harga dari perusahaan lebih murah," ujar Ikrom, yang melaut menggunakan kapal berukuran 37 GT. Meski tidak mengetahui adanya layanan Smart Village yang dikembangkan Pemkab Halsel, ia menyambut baik adanya rencana tersebut.
Di luar yang disebutkan di atas, Pemkab Halsel saat ini juga tengah mengembangkan sejumlah aplikasi berbasis konsep Smart City lainnya. Ada Halsel Lapor Online (Halo). Dengan mengakses aplikasi ini, ke depannya, warga dapat melaporkan berbagai persoalan, mulai dari laporan kebakaran hingga permintaan ambulans untuk warga yang sakit.
Ada juga Saruma Kita. Aplikasi ini mirip e-commerce, tapi bersifat lokal. Aplikasi berisi berbagai fitur atau kanal, di mana warga dan pelaku UMKM dapat mempromosikan dan menjual berbagai produk dan hasil bumi. Ada pula fitur untuk mengajukan perizinan UMKM.
Usman mengatakan, berbagai inovasi berkonsep Smart City ini diharapkan tidak hanya dapat mengkoneksikan antar desa, tapi juga meningkatkan kesejahteraan dan roda perekonomian warga.
Untuk mendukung percepatan Smart City, selain pemanfaatan teknologi digital, Pemkab Halsel juga perlahan mulai membenahi sarana infrastruktur. Di Desa Tuwokona, Kecamatan Bacan Selatan, Pemkab Halsel telah membangun Pasar Modern baru, dan pusat perbelanjaan Saruma Town Square, yang proses pembangunannya telah rampung.
Di sektor wisata, Pemkab Halsel saat ini juga tengah mengebut pembangunan kawasaan wisata Pulau Nusa Ra. Selain fasilitas penginapan dan area perkemahan, di spot wisata yang dikelilingi laut dan pemandangan eksotis ini, wisatawan juga dapat menikmati beragam wisata air seperti banana boat dan diving.
Kawasan wisata baru yang juga dalam proses pengerjaan adalah Zero Point, taman kota yang berdiri tepat di sisi laut, di Desa Labuha. Didesain apik dan modern, pembangunan taman kota ini dijadwalkan selesai pada akhir tahun ini dan diharapkan menjadi salah satu ikon baru Kabupaten Halsel.
“Bila konsep Smart City berjalan, kita percaya dampaknya pada masyarakat sangat luar biasa. Masyarakat pasti merasakan dampaknya dalam segala bidang. Bukan hanya mempermudah warga, tapi juga pemerintah. Saya punya mimpi besar, Smart City di Halsel bisa terlaksana pada tahun 2023,” ungkap Usman.
Seperti umumnya wilayah pesisir, Halmahera Selatan, yang 70 persen luas wilayahnya berupa lautan, dihuni penduduk yang sebagian menggantungkan hidup sebagai petani dan nelayan. Semoga, sentuhan dan mimpi pengembangan Smart City yang digulirkan pemerintah setempat, ikut membawa perubahan dan angin segar bagi kehidupan warga di masa depan.