Di dunia berteknologi tinggi saat ini, konsumen menuntut pengalaman digital yang lebih canggih. Menurut McKinsey, konsumen yang melek teknologi di Asia-Pasifik memiliki kebutuhan digital yang kompleks, konsumen merasa lebih mudah untuk melakukan riset, lalu konsumen membeli dan membayarnya secara daring (online).
Aplikasi super pada platform multilayanan seperti WeChat, Gojek, dan Grab menguasai pasar Asia Pasifik, dan diperkirakan akan tumbuh lebih dari 20%; maka dari itu, dengan adanya aplikasi super meningkatkan konsumsi dan kebutuhan akan fitur yang lebih kompetitif.
Stuart Fisher (Regional Vice President Couchbase untuk Asia Pasifik dan Jepang) mengatakan ledakan teknologi baik untuk bisnis tetapi dampaknya adalah peningkatan beban data dan pemrosesan data situs web dan aplikasi secara eksponensial.
"Karena pengalaman digital bergantung pada pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data, maka memiliki arsitektur database yang tepat sangatlah penting," katanya.
Namun muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana perusahaan dapat mempertahankan interaksi database tetap efisien untuk memenuhi kebutuhan data yang terus berkembang dari aplikasi?
Aplikasi masa depan
Dengan pengalaman pelanggan dan perdagangan melalui banyak metode yang kini menjadi pusat perhatian, maka menurut EY perusahaan harus proaktif memenuhi harapan pelanggan di ruang digital. Meskipun penting untuk terus memperbarui fungsi aplikasi Anda secara rutin, namun beban pengembang dan peladen (server) untuk dapat terus bersaing dan memenuhi harapan di masa kini menjadi semakin berat dan rumit.
Stuart mengatakan tantangan utama yang menahan pengembang adalah ketergantungan mereka yang terus menerus pada warisan database tradisional. Karena itu, keseimbangan antara kelincahan dan integritas struktural penting bagi pengembang.
"Banyak aplikasi saat ini bekerja dengan buruk dengan database SQL, dan dianggap oleh banyak perusahaan sebagai jenis teknologi lama yang membatasi kemajuan pengembangan dan membatasi kemampuan aplikasi," ucapnya.
Survei Couchbase menemukan 61% perusahaan masih menggunakan database lama dan menyatakan hal tersebut menghambat kemampuan mereka untuk melakukan transformasi digital.
Situasi ini telah mendorong banyak pengembang menjauh dari database yang saling terhubung menuju jalur pengembangan tanpa server berbasis cloud. Dampaknya, seperti disebutkan dalam laporan, para pengembang yang melakukan langkah tersebut menikmati waktu yang lebih cepat untuk memasarkan dengan biaya operasional yang lebih rendah karena tantangan infrastruktur yang lebih sedikit.
Stuart mengatakan lingkungan yang baru ini akan membutuhkan praktik cloud-native seperti halnya integrasi berkelanjutan dan suplai dari pengembang yang mampu beradaptasi.