Guna makin mendekatkan dengan pelanggannya di Indonesia, akhir Agustus 2023 lalu, Salesforce resmi mengumumkan ketersediaan Hyperforce untuk pasar Indonesia.
Sebagai infrastruktur public cloud yang dibangun di atas Amazon Web Services (AWS), Hyperforce adalah arsitektur infrastruktur yang memungkinkan produk dan aplikasi Salesforce dapat berjalan pada platform public cloud secara cepat dan aman.
Dengan peluncurkan ini, Indonesia jadi negara ke-14 dimana selanjutnya Salesforce menargetkan dua negara lagi di akhir tahun 2023.
Dalam melayani pelanggan di Indonesia, layanan Hyperforce akan selalu dijaga agar tetap konsisten di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dengan kata lain, seseorang yang mengakses layanan Hyperforce di Indonesia akan mendapatkan hal yang sama seperti seseorang yang mengakses di Amerika Serikat atau Singapura.
“Dari sisi teknis, tidak ada tantangan bagi Salesforce mengingat mereka telah bermitra dengan AWS dan model yang digunakan di semua negara konsisten, menawarkan keamanan dan konsistensi produk yang seragam,” ucap Gavin Barfield, Vice President & Chief Technology Officer for Solutions, Salesforce ASEAN.
Gavin mengakui bahwa pelanggan di Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain, menghadapi tantangan dalam proses digitalisasinya.
Dengan populasi yang didominasi generasi muda yang digital native, perusahaan di Indonesia tertarik untuk mengadopsi model layanan mandiri dan beralih dari sistem lama.
Ketertarikan ada pada aspek otomatisasi dan konsolidasi teknologi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Gavin Barfield, Vice President & Chief Technology Officer for Solutions, Salesforce ASEAN.
Pengalaman yang Dipersonalisasi
Terkait implementasi Hyperforce di Indonesia, Matthew Parin, Hyperforce Product Director, mencatat adanya persamaan dan diferensiasi dengan negara-negara lainnya. Populasi Indonesia yang besar, kemauan untuk mengadopsi teknologi baru, dan kecerdasan digital dianggap menjadi keunggulan tersendiri. Faktor-faktor inilah yang mungkin tidak banyak dimiliki di negara lainnya.
Selain itu, tingginya penggunaan internet dan keterlibatan media sosial di Indonesia, yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia terbuka untuk melakukan berbagai hal secara berbeda.
“Kami juga mengantisipasi semakin banyak generasi di masa mendatang yang akan lebih memilih interaksi secara digital ketimbang menggunakan metode tradisional, seperti formulir kertas atau panggilan telepon,” kata Gavin.
Matthew Parin, Hyperforce Product Director.
Terkait tantangan, Gavin menyinggung perlunya perusahaan menciptakan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi. Pemasaran massal yang umum dianggap sudah kurang relevan dan pemasaran yang dipersonalisasi dianggap lebih efektif ke depan karena lebih dapat memenuhi kebutuhan individu pada waktu yang tepat.
Perusahaan disarankan untuk terus mengeksplorasi atau mencari cara untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi. Hal ini hanya bisa dicapai dengan adanya pengelolaan/analisis data, proses otomatisasi, dan perangkat teknologi yang tepat.
Matthew mengatakan, pelanggan yang memilih solusi Salesforce juga mempertimbangkan strategi public cloud yang lebih luas dan bagaimana transformasi digital memengaruhi keputusan mereka.
Ia mencontohkan integrasi kuat antara Salesforce dan layanan cloud publik di Amazon Web Services (AWS) yang memungkinkan talenta digital dengan keahlian AWS dapat turut membangun aplikasi di kedua platform tersebut.