Studi terbaru Amazon Web Services (AWS) menunjukkan potensi pendapatan yang dapat diraih sektor UMKM Indonesia dengan mengadopsi cloud adalah sebesar Rp79,6T per tahun pada 2030.
Laporan berjudul “Realising a Cloud-enabled Economy: How Cloud Drives Economic and Societal Impact Through Micro, Small, And Medium-Sized Businesses” tersebut juga mengungkapkan dampak penggunaan cloud lainnya, yaitu terciptanya 17,6 juta lapangan pekerjaan, terutama di sektor pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pertanian.
Namun ada sejumlah kendala utama yang dihadapi sektor UMKM dalam mengadopsi cloud, seperti keamanan siber, budaya organisasi, keterbatasan akses terhadap teknologi informasi (TI), infrastruktur baik software maupun hardware, hingga keterbatasan kecakapan digital.
“UMKM seringkali merupakan pahlawan-pahlawan inovasi yang jarang disorot, tetapi mereka sesungguhnya memainkan peran yang krusial dalam menjawab permasalahan-permasalahan di masyarakat, antara lain melalui peningkatan akses terhadap layanan digital di sektor-sektor kunci seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan,” tutur Gunish Chawla, Managing Director, Mid-Market Enterprise and SMB, ASEAN, AWS.
Oleh karena itu, menurut Gunish, AWS melihat pentingnya mengakselerasi adopsi cloud, khususnya di tingkat lanjut, seperti penerapan AI generatif dan machine learning, sehingga manfaat ekonomi dan kemasyarakatan dari cloud pun bisa direalisasikan dengan cepat.
“AWS bekerja sama dengan pemerintah, pendidik, dan industri untuk membantu UMKM lokal di Indonesia agar dapat bertumbuh, beroperasi secara efisien, serta menciptakan dampak positif bagi komunitas-komunitas di sekitarnya,” ia menambahkan.
Program untuk UMKM
AWS pun menawarkan program-program yang ditujukan bagi UMKM sesuai dengan tahap digitalisasi yang sedang mereka jalani.
Gunish menjelaskan, misalnya, program AWS Activate yang dapat dimanfaatkan oleh startup tahap awal untuk meningkatkan skala bisnisnya. Program ini menyediakan lebih dari $2 miliar dalam bentuk AWS credits untuk membantu startup mengelola efisiensi biaya, mendapatkan keahlian teknis, serta mengakses berbagai modul pelatihan maupun kegiatan mentor bisnis.
Selain itu ada program AWS Lift yang menyediakan cloud credits senilai hingga $83.500 selama 12 bulan, dan berbagai sumber daya serta dukungan dari para Mitra AWS untuk membantu UMKM bertransformsi digital untuk pertama kali.
Gunish Chawla juga menjelaskan bahwa di beberapa sektor utama, seperti pelayanan kesehatan, AWS memiliki program akselerator, seperti AWS Healthcare Accelerators for Health Equity and Workforce Development sebagai bentuk kelanjutan inisiatif kesetaraan kesehatan AWS Health Equity Initiative, serta AWS Generative AI Accelerator.
Selain itu, UMKM juga dapat mengakses lebih dari 100 ribu Mitra AWS yang tergabung dalam AWS Partner Network (APN) dan dapat membantu mereka menemukan tools maupun sumber daya yang sesuai kebutuhannya, serta mengembangkan solusi-solusi yang tepat bagi operasional bisnis dan pelanggannya.
AWS juga menyediakan sebuah katalog digital terkurasi AWS Marketplace untuk menemukan dan meluncurkan solusi-solusi software yang telah dikonfigurasikan sebelumnya. Mereka pun hanya perlu membayar sesuai dengan pemakaiannya.
eFishery Bantu Tingkatkan Kesuksesan Panen
Salah satu startup yang telah memanfaatkan cloud adalah eFishery, perusahaan agritech (teknologi agrikultur) asal Bandung yang menawarkan solusi pemberian pakan yang terintegrasi untuk kebutuhan peternakan ikan serta udang.
eFishery menggunakan solusi internet of things (IoT) dari AWS untuk meningkatkan skala produk eFishery Feeder yang dikembangkannya ke 280 kota di seluruh Indonesia dan juga Thailand serta India di pasar internasional. eFishery memberdayakan para petani untuk memperoleh keuntungan yang semakin besar dan mendapatkan penghidupan yang layak, sekaligus meminimalisasi biaya terkait teknologi.
Chrisna Aditya, Co-Founder eFishery menjelaskan, budi daya perairan atau akuakultur merupakan segmen yang penting bagi penduduk pedesaan berpenghasilan rendah. “Pada 2022, Indonesia menghasilkan sekitar $6,2 miliar dari ekspor produk perikanan maupun kelautan, dan tengah menargetkan angka $7,6 miliar pada 2023. Namun, 1 dari 5 hasil panen ikan maupun udang ditemukan tidak laku di pasaran, dan salah satu alasan utamanya adalah akibat ukuran yang terlalu bervariasi,” ujarnya.
“Dengan teknologi cloud serta IoT termutakhir dari AWS, kami mampu meningkatkan skala solusi pemberian pakan kami kepada lebih dari 200 ribu peternak, sekaligus membantu mereka untuk memperkecil variasi tersebut akibat kelebihan ataupun kekurangan nutrisi. Ini seringkali terjadi di peternakan-peternakan yang lebih tradisional,” jelas Chrisna.
Menurutnya, solusi eFishery membantu peternak menghemat biaya pakan hingga 20%, meningkatkan hasil panen hingga 50% dalam hitungan ton, dan menambah tingkat kesuksesan panen secara keseluruhan.
“Ke depannya, kami ingin bekerja sama dengan AWS untuk mengintegrasikan algoritma AI dan machine learning yang semakin canggih ke dalam solusi kami untuk dapat mengidentifikasi, mempelajari, dan merespons pola perilaku ikan dengan lebih akurat lagi, sehingga meningkatkan hasil panen dan profitabilitas para peternak,” kata Chrisna.
vMedis Dorong Efisiensi Bisnis Layanan Kesehatan
Sementara itu, vMedis menggunakan database serta teknologi cloud AWS untuk mendukung lebih dari 2.600 apotek, klinik, maupun toko grosir obat-obatan untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi bisnis.
Ahmad Siddiq, CEO vMedis, mengatakan bahwa vMedis memampukan para pelanggannya menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Menurutnya, ada beberapa tantangan yang dihadapi sektor pelayanan kesehatan di Indonesia, di antaranya kekurangan tenaga medis dan kegiatan operasional yang tidak efisien, yang pada gilirannya dapat berdampak terhadap biaya pelayanan kesehatan.
“vMedis berkomitmen untuk menyederhanakan bisnis para pelaku usaha di Indonesia guna membangun sektor pelayanan kesehatan nasional yang berdaya tahan tinggi demi kepentingan seluruh rakyat,” ujar Ahmad Siddiq.
Menggandeng mitra AWS, seperti ICS Compute, vMedis memanfaatkan solusi AWS, seperti data dan teknologi analitik, untuk membangun arsitektur yang cepat, efisien, dan aman, serta mampu memberikan wawasan-wawasan bisnis dan laporan-laporan kritikal kepada para pelanggan vMedis secara otomatis.
“Berkat otomatisasi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat administratif, setiap klinik ataupun apotek dapat memangkas jam kerja hingga sekitar tiga jam, sehingga memampukan para apoteker, perawat, dokter, maupun para tenaga administrasi untuk lebih berfokus kepada perawaan pasien,” jelas Ahmad.
Sementara itu, fitur prediksi cerdas vMedis disebut Ahmad Siddiq, membantu klinik dan apotek untuk meningkatkan perputaran inventarisnya hingga lebih dari 30%, sekaligus mencegah kelebihan stok obat-obatan yang kemudian hanya akan dibuang ketika sudah kedaluwarsa.
“Dengan menghemat pengeluaran-pengeluaran operasional, vMedis memiliki aspirasi untuk menurunkan harga pengobatan bagi pasien dan pada akhirnya menyamaratakan akses terhadap pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat,” pungkasnya.
Baca juga: AWS: Manfaatkan Cloud, UMKM RI Diprediksi Raup Rp79,6T Per Tahun
Baca juga: Kolaborasi Cloudera, AWS Dorong Adopsi Enterprise Generative AI