Penulis: Surung Sinamo, Country Manager, Indonesia, F5
Pemerintah Indonesia baru-baru ini telah membuat beberapa keputusan yang berani nan tegas.
Dari semua itu, salah satu keputusan yang paling ambisius adalah pemindahan ibu kota negara dari Jakarta – yang telah menjadi pusat pemerintahan resmi selama 42 tahun terakhir – ke Ibu Kota Nusantara alias IKN yang terletak di Kalimantan Timur.
Meskipun kita tentunya menyimpan kenangan-kenangan manis akan kota Jakarta, sejumlah isu seperti kemacetan, polusi, kepadatan penduduk, serta kesenjangan yang melebar, semakin memantapkan keputusan yang dibuat Presiden Joko Widodo.
IKN selalu digambarkan dengan begitu indahnya, terutama karena IKN akan dibangun dari nol menggunakan konsep kota pintar atau smart city.
Artinya, polusi akan sangat minim, semuanya serba menggunakan listrik bersih yang disalurkan oleh jaringan listrik yang pintar pula, serta tidak lagi bermacet-macetan selama berjam-jam. Udara segar, langit biru – membuat hidup akan terasa lebih nyaman di ibu kota baru ini.
Namun, di tengah memuncaknya euforia terhadap pemindahan tersebut, tetap ada aspek penting yang tidak boleh diabaikan, yakni keamanan siber atau cyber security.
Mengacu kepada parameter-parameter yang ditetapkan oleh United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) dan digunakan oleh Universitas Indonesia, sebuah smart city sejatinya terdiri dari setidaknya empat komponen.
Di antaranya yaitu: 1.) Memiliki teknologi berbasis sensor, seperti CCTV atau sensor kualitas udara, yang aktif 24/7, 2.) Memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk memfasilitasi komunikasi antar-perangkat dengan lancar, 3.) Mengintegrasikan layanan publik dengan memanfaatkan teknologi digital, dan 4.) Melibatkan masyarakat secara aktif dalam urusan sehari-hari.
Di balik nyamannya kehidupan di IKN, ternyata ada kerentanan yang mengintai. Kerentanan ini tidak lain adalah terkonsentrasinya begitu banyak data di satu tempat.
Jutaan, bahkan milyaran titik data akan dipantau, dikembalikan, dan diproses oleh sistem setiap harinya.
Sebagai contoh, sensor-sensor serta konektivitas IoT yang tersebar luas di seluruh kota, berpotensi menjadi sarana untuk mendapatkan data pribadi yang bersifat jauh lebih personal sekaligus bernilai tinggi.