Find Us On Social Media :

Red Hat: Modernisasi Aplikasi Sebagai Langkah Awal Adopsi & Inovasi AI

By Liana Threestayanti, Jumat, 15 November 2024 | 14:48 WIB

Seiring digitalisasi di berbagai lini kehidupan, modernisasi aplikasi tak bisa ditawar lagi. Modernisasi aplikasi akan menjadi batu loncatan yang penting bagi terwujudnya inovasi dengan AI.

Menurut prediksi Gartner, pada tahun 2025, lebih dari 50% anggaran TI akan dialokasikan untuk platform cloud. Artinya, sebagian besar beban kerja (workload) dan aplikasi baru akan dijalankan di atas platform cloud, terutama platform cloud-native. 

Masih dari Gartner, lebih dari 85% organisasi menyatakan akan mengadopsi prinsip cloud-first pada tahun 2025 dan organisasi tidak akan dapat sepenuhnya melaksanakan strategi digitalnya tanpa arsitektur dan teknologi cloud-native.

Sementara studi yang dilakukan MIT Sloan menemukan bahwa 83% eksekutif meyakini artificial intelligence (AI) sebagai prioritas strategis bagi bisnis saat ini. 

Perpindahan besar-besaran menuju platform cloud dan adopsi AI sebagai prioritas strategis menunjukkan betapa pentingnya modernisasi aplikasi dalam mendorong pertumbuhan bisnis di era digital.

Dukungan Arsitektur dan Infrastruktur Modern

Dalam konteks modernisasi aplikasi, Vony Tjiu, Country Manager, Red Hat Indonesia menyoroti pentingnya dukungan arsitektur dan infrastruktur yang modern, misalnya transformasi dari arsitektur monolitik ke microservice untuk mempercepat pengembangan aplikasi.

“Nah, customer saat ini biasanya butuh ada service baru, ada fitur baru dengan cepat. Nah, hal itu hanya akan bisa dicapai dengan microservice tadi misalnya,” ujar Vony. Ia memberikan contoh salah satu bank terkemuka, pengguna solusi Red Hat, dapat merilis fitur baru di aplikasinya yang digunakan oleh belasan juta nasabah dalam waktu kurang dari satu jam.

Sementara dari sisi metode pengembangan saat ini terjadi peralihan dari metode waterfall ke Continuous Integration & Continuous Delivery (CI/CD) untuk siklus pengembangan yang lebih kontinu. Selain itu, menurut Vony, metode pengembangan ini juga menjaga aplikasi tetap aman, baik di lingkungan on-premises maupun di lingkungan hybrid multi-cloud. 

Vony menambahkan, yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan aplikasi modern adalah penggunaan hybrid multi-cloud, terutama untuk fleksibilitas infrastruktur. Hybrid multi-cloud memungkinkan perusahaan menyesuaikan skala sumber daya sesuai kebutuhan, sehingga lebih efisien secara biaya.

“Terkadang ada hari-hari tertentu yang membutuhkan peningkatan kapasitas secara tiba-tiba, misalnya promo tanggal istimewa. Oleh karena itu, pelanggan membutuhkan infrastruktur hybrid yang konsisten, yang memungkinkan mereka untuk memperluas kapasitas ke cloud saat diperlukan. Dengan demikian, mereka tidak perlu menyediakan sumber daya dalam jumlah besar sejak awal, yang tentunya lebih efisien dari segi biaya,” jelasnya.

Tantangan Aplikasi Legacy