Find Us On Social Media :

Red Hat: Modernisasi Aplikasi Sebagai Langkah Awal Adopsi & Inovasi AI

By Liana Threestayanti, Jumat, 15 November 2024 | 14:48 WIB

Salah satu tantangan yang kerap dijumpai dalam upaya modernisasi aplikasi adalah keberadaan sistem dan aplikasi legacy. Terkait hal itu, menurut Vony, ada tiga pendekatan utama yang bisa diambil oleh perusahaan, yaitu melakukan re-hosting, refactoring, dan rebuilding aplikasi. 

Re-hosting dilakukan dengan memindahkan aplikasi yang masih diperlukan ke platform baru, seperti menjalankannya sebagai virtual machine (VM) di atas container tanpa perubahan signifikan. Sementara refactoring melibatkan pembongkaran aplikasi dari arsitektur monolitik ke microservices untuk mempercepat pengembangan dan pembaruan. Namun jika aplikasi sudah terlalu usang dan tidak bisa dimodifikasi, maka rebuild menjadi opsi terakhir, di mana aplikasi harus dibangun ulang dari awal.

Menjawab tantangan ini, Red Hat membekali platform Red Hat OpenShift dengan fitur yang memungkinkan aplikasi berbasis virtual machine (VM) dan container berjalan secara berdampingan dalam satu platform. 

“Pada kenyataannya kita semua tahu, pasti ada kombinasi antara virtual machine untuk aplikasi legacy dan container untuk aplikasi modern. Bahkan di bank-bank besar pun pasti ada kombinasi antara aplikasi legacy dan juga aplikasi modern, dua-duanya harus bisa jalan bareng. Dan terkadang, antara aplikasi yang tradisional dan aplikasi yang modern itu masih perlu ngobrol sehingga perlu terintegrasi,” jelas Vony Tjiu. 

Dalam arsitektur tradisional, biasanya lapisan container diletakkan di atas lapisan virtualisasi. “Namun, dengan fitur virtualisasi baru dari Red Hat OpenShift, urutannya dibalik. Server dulu, platform container, baru VM-nya di atas. Konsepnya adalah VM akan dilihat sebagai container juga, jadi semuanya berjalan di atas platform container," Vony memaparkan cara kerja fitur virtualisasi OpenShift. 

Dengan pendekatan ini, manajemen operasional IT menjadi lebih mudah, karena semuanya dapat dilihat dan dikelola melalui satu dashboard di OpenShift. Lebih lanjut, keberadaan aplikasi legacy dan modern di satu platform ini disebut Vony akan memudahkan dari sisi pengembangan, operasional, dan standardisasi dari aplikasi-aplikasi itu sendiri.

Selain itu, platform Kubernetes ini juga memungkinkan aplikasi berjalan di berbagai lingkungan, seperti on-premises, public cloud, dan hybrid cloud. Vony menjelaskan, OpenShift dapat berjalan di platform cloud yang berbeda, seperti AWS (Red Hat OpenShift on AWS/ROSA), Azure (Azure Red Hat OpenShift/ARO), dan Red Hat OpenShift Dedicated di Google Cloud, tanpa perlu membangun ulang aplikasi. 

Menurut Vony, fleksibilitas ini memungkinkan pelanggan untuk memperluas aplikasi yang sudah berjalan di data center ke berbagai cloud, menjadikannya solusi yang efisien. “OpenShift juga mendukung aplikasi yang berjalan di edge, seperti pada perangkat IoT, misalnya seperti di sektor mining,” ujarnya.

Sebagai informasi, OpenShift merupakan salah satu bagian dari pendekatan open hybrid cloud dari Red Hat yang berupa infrastruktur dan platform teknologi untuk memungkinkan perusahaan menjalankan dan mengelola aplikasi, termasuk aplikasi AI, di berbagai lingkungan, baik di on-premises, private cloud, maupun public cloud. 

Tantangan Change Management dan Modernisasi

Dalam proses modernisasi aplikasi, Vony Tjiu juga menggarisbawahi tantangan utama yang sering dihadapi oleh perusahaan, yaitu change management. "Tantangan terbesar untuk mengadopsi modern application development itu tentunya adalah change management. Dari arsitekturnya, infrastrukturnya, sampai cara kita bekerja, semuanya berubah. Bahkan dari cara mengoperasikan virtualisasi dengan container saja sudah sangat berbeda," jelasnya.

Ia menekankan bahwa keberhasilan adopsi aplikasi modern sangat bergantung pada tiga aspek: people, process, dan teknologi. "Kita harus memastikan bahwa tim IT benar-benar memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjalankan proses pengembangan aplikasi modern tersebut. Dari Red Hat, kami menyediakan training dan sertifikasi untuk membantu meningkatkan kapabilitas tim IT," tambahnya.