OpenShift AI untuk Percepat Inovasi AI
Keberadaan aplikasi di satu platform yang mendukung hybrid cloud juga akan lebih memudahkan perusahaan ketika mengadopsi AI, terutama dari sisi integrasi, koneksi, dan skalabilitas.
Menurut studi Red Hat, 60% enterprise berencana menggunakan hybrid cloud untuk menjalankan inisiatif AI. Sementara 90% AI adopter berencana menggunakan container.
“Jadi dari sisi arsitektur memang untuk menjalankan AI, mereka membutuhkan container dan dari sisi infrastruktur, memang enam puluh persen enterprise mengatakan mereka memilih jalan di hybrid cloud,” tegas Vony Tjiu.
Red Hat secara khusus juga baru-baru ini menyediakan OpenShift AI untuk memudahkan organisasi dan perusahaan membangun aplikasi AI. Di atas OpenShift AI, pengembang, operasional TI, serta data scientist dapat melakukan aktivitas mereka di satu platform yang sama sehingga diharapkan dapat mempercepat inovasi.
OpenShift AI juga dibekali model bahasa besar (LLM) terbuka milik IBM, Granite. Red Hat dan IBM membuka sumber LLM Granite melalui inisiatif InstructLab, yang memungkinkan pelanggan untuk menggunakan dan berkontribusi pada LLM tersebut. Melalui InstructLab, pelanggan dapat menggabungkan berbagai model, tidak terbatas pada LLM mainstream, seperti Granite atau Llama, meski pelanggan harus memeriksa lebih lanjut untuk memastikan kompatibilitas LLM yang akan digunakan.
Keamanan di Berbagai Lapisan
Untuk keamanan, Red Hat menerapkan pendekatan menyeluruh di berbagai lapisan platformnya, termasuk sistem operasi, kontainer, aplikasi, pipeline perangkat lunak, otomatisasi, dan layanan cloud. “Keamanan tentunya selalu jadi prioritas pada hybrid cloud itu sendiri karena kami percaya customer maupun pengguna mengharapkan aplikasi bisa running di semua platform, selalu tersedia, on demand dan aman,” ujar Vony.
Untuk pengamanan di layer strategis yang mencakup endpoint, jaringan, dan data, Red Hat menerapkan open security automation framework. Vony menjelaskan, framework ini menggabungkan beberapa security practice dengan menggunakan automated workflow.
“Dengan melakukan ini, organisasi akan mendapatkan visibilitas yang lebih baik terhadap semua fungsi security yang ada dan memungkinkan untuk identifikasi ancaman dan remediasi serangan dengan lebih cepat, karena sudah diautomasi,” jelas Vony.
Di sisi produk, menurut Vony, Red Hat memastikan penerapan security assessment di semua sistem dan tools yang dipakai oleh Red Hat. “Software supply chain security team pasti akan bekerjasama dengan tim produk untuk mengadopsi teknologi baru tanpa mengorbankan security,” imbuhnya.
Red Hat juga bekerja sama dengan para pemilik sistem hardware di mana software Red Hat digunakan dalam upaya memperkuat sistem dan tool.