Find Us On Social Media :

Karyawan Google Protes Google Bikin Mesin Pencari untuk Tiongkok

By Adam Rizal, Senin, 20 Agustus 2018 | 17:00 WIB

Ilustrasi kantor Google

Keinginan Google yang akan membuat mesin pencari khusus untuk Tiongkok atau proyek Dragonfly mendapatkan penolakan keras dari karyawannya sendiri.

Bahkan, beberapa anggota kongres AS akan memanggil Google terkait rencanya tersebut.

Sebanyak 1.400 karyawan Google meneken surat protes terkait rencana Google yang ingin membuat mesin pencari khusus Tiongkok dengan teknologi sensor konten dan ramah pengguna.

Sebelumnya, Google memilih keluar dari pasar Tiongkok pada 2010 karena menolak untuk menyensor konten pencarian. Pada awal Agustus 2018, Google bersiap-siap kembali ke pasar Tiongkok dengan meluncurkan mesin pencari yang sesuai dengan undang-undang yang mengatur mengenai sensor di Tiongkok.

Para karyawan Google protes karena mesin pencari khusus Tiongkok itu tidak mengedepankan transparansi dan tidak seperti mesin pencari yang umum digunakan oleh warga di seluruh dunia.

Apalagi, karyawan Google marah karena mesin pencari khusus itu harus memenuhi aturan sensor ketat pemerintah Tiongkok.

"Kami butuh transparansi, komitmen yang jelas dan terbuka. Kami perlu tahu apa yang sedang dibangun," kata salah seorang karyawan dalam surat tersebut seperti dikutip The Verge.

Menurut dokumen yang dilihat The Intercept, mesin pencari Google itu akan mbuat daftar hitam hasil pencarian dan laman yang berisi tentang hak asasi manusia, demokrasi, agama, dan protes damai.

Idealisme harus terberbentur dengan tembok realitas ketika perusahaan-perusahaan Internet harus melakukan kompromi dengan kepentingan pemerintah yang menganut pendekatan bersifat menekan terhadap kegiatan online.

Irina Raicu (Direktur Program Etika Internet dari Universitas Santa Clara di Lembah Sillicon) mengatakan Google akan kesulitan menjelaskan keikutsertaan mereka dalam sensor internet di Tiongkok karena Google telah menggambarkan dirinya sebagai pendukung ketersediaan informasi secara bebas di dunia.

"Industri teknologi sebelumnya memiliki pandangan utopia terhadap dunia dan diri mereka sendiri. Mereka kini berhadapan dengan pandangan mereka sendiri terkait nilai-nilai yang mereka percaya," katanya.

Diprotes Kongres AS