Instagram ditinggal dua pendirinya, Kevin Systrom dan Mike Krieger, pada September lalu.
Mereka dikabarkan tak seiya sepaham dengan tim manajemen Facebook yang notabene adalah perusahaan induk Instagram.
Pasca dua bulan lepas dari Instagram, kini Kevin Systrom angkat bicara. Ia mengaku prihatin dengan perkembangan media sosial saat ini yang cenderung berdampak negatif.
Menurut dia, perlu ada kebijakan yang tegas dan mengikat atas operasional media sosial. Isu utama yang harus dipikirkan adalah cara memberantas hoaks dan konten berbau kekerasan.
Dalam hal ini, Kevin Systrom menyinggung soal kasus kebocoran data Facebook oleh Cambridge Analytica yang sempat heboh beberapa saat lalu.
“Anda mulai menyadari betapa pentingnya media sosial diatur di masa depan. Untuk skala sekarang, sudah waktunya mengambil langkah-langkah serius,” ia menuturkan seperti dikutip CNBC.
Kevin tak merinci lebih dalam apa solusi yang ia tawarkan. Pada prinsipnya, ia ingin pendiri jejaring sosial lebih prihatin dan mau berupaya membuat fitur-fitur dan aturan-aturan untuk menjaga layanan internet tetap positif.
Jika tak segera berbenah dan mencari solusi akan masalah hari ini, Kevin Systrom meramalkan nantinya bakal ada tren “deepfakes” (kepalsuan yang mendalam).
Saat ini istilah deepfakes banyak dipakai untuk konten porno, di mana video-video tak senonoh biasanya diedit dengan mematrikan wajah orang terkenal.
Lantas, bagaimana jika deepfakes nantinya menyebar ke lini politik, sosial, dan budaya?
Skenario tersebut yang ditakutkan Kevin Systrom. Bisa saja ada video berisi hoaks, tetapi dibalut sedemikian rupa sehingga sulit untuk tak dipercaya.
“Di era ketika Anda dapat mendistribusikan informasi ke dunia secara cepat, apa yang Anda pikir ketika seorang figur politik mengatakan sesuatu padahal sebenarnya tidak?,” ia bertanya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR