Perusahaan semikonduktor Intel menuding Qualcomm sengaja menjegal kompetitor menggunakan taktik litigasi paten.
Dengan kata lain, Intel menyebut Qualcomm mengancam pelanggan dan pesaingnya dengan gugatan paten.
Wakil presiden dan penasihat umum Intel, Steve Rodgers, mengatakan bahwa, meski telah didenda karena melanggar paten dari perusahaan lain, Qualcomm tetap menggunakan strategi gugatan paten yang agresif untuk melawan pesaingnya.
"Tujuan Qualcomm bukanlah membela hak kekayaan intelektualnya, tapi mendepak kompetitor dari pasar chip modem premium dan mempertahankan model bisnis yang merugikan konsumen," tulis Rodgers dalam sebuah blog resmi Intel.
Tidak diketahui apakah itu sekadar spekulasi Rodgers ataukah Intel benar-benar tahu motivasi Qualcomm yang sebenarnya.
Ia mengatakan bahwa hal tersebut akan menyebabkan minimnya inovasi dan tingginya harga chip untuk para konsumen.
Baik iklim kompetisi maupun konsumen akhir sama-sama dirugikan oleh taktik Qualcomm. Rodgers juga mengingatkan kembali beberapa denda yang pernah dijatuhkan ke Qualcomm.
Seperti Korea yang mendenda Qualcomm 850 juta dollar AS (sekitar Rp 12,4 triliun) dan Komisi Eropa yang mendenda 773 juta dollar AS (sekitar Rp 11,3 triliun).
Sementara itu, Rodgers menyebut bahwa Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) terus mengejar gugatan atas pelanggaran anti-monopoli Qualcomm.
Disebutkan bawha FTC akan membuka argumentasi hukum terhadap Qualcomm 4 Januari 2019 mendatang.
Sebagai pesaing Qualcomm di ranah industri chip, Intel berharap otoritas global membantu menjaga persaingan pasar, terutama menghadapi kompetisi 5G tahun depan. Disisi lain seperti dihimpun Tom's Hardware.
Intel sendiri bukanlah aktor asing dalam taktik ligitasi. Beberapa tahun lalu, banyak pula pihak menuduh hal yang sama ke Intel, sebagaimana tudingan Intel ke Qualcomm.
Komisi Eropa pernah menjatuhkan denda ke Intel sebesar 1,4 miliar AS terkait taktik anti-kompetisi Intel melawan AMD 10 tahun lalu.
Kasus tersebut konon belum usai, sebab Intel terus mengajukan banding. Intel juga pernah menggunakan ancaman paten ke pesaingnya.
Tahun lalu, Intel mempermasalahkan pengembangan emulasi x86 di Windows 10 yang dikembangkan Microsoft bersama Qualcomm untuk mendukung perangkat dengan chip ARM.
Kala itu, Intel memang tidak menyebut spesifik nama Microsoft atau Qualcomm dan hanya menyebut ada beberapa pihak yang mengembangkan emulasi x86 ISA tanpa ijin Intel.
Intel pun mengancam perusahaan manapun yang melanggar paten x86. Serangan Intel ke Qualcomm kali ini bisa jadi karena ketakutan Intel akibat dominasi pasar Qualcomm di industri semikonduktor mobile.
Namun tidak ada salahnya jika otoritas terkait ikut ikut andil menjaga stabilitas kompetisi pasaran chip.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR