Fotografer sekaligus Instagrammer asal New York, Carley Rudd, mengalami penipuan di Jakarta. Ia diminta datang ke Jakarta untuk sebuah proyek pemotretan, namun akhirnya kehilangan uang sebesar US$1400 (atau sekitar Rp.19,5 juta).
Kisah lengkap Carley Rudd bisa dibaca di blog-nya, namun modus operandi penipuan kurang lebih seperti ini. Suatu hari Carley mendapat email dari seorang wanita yang mengaku sebagai Wendi Murdoch, istri pengusaha media terkenal, Rupert Murdoch. Wendi mengaku mendapatkan kontak Carley dari majalah Conde Nast Traveler, dan ingin melakukan kerjasama terkait pameran foto di Olimpiade Beijing 2022.
Untuk itu, Wendi palsu meminta Carley melakukan pemotretan sejarah China di Jakarta, Semarang, Banjarmasin, dan Malaysia. Komunikasi antara Carley, Wendi, dan Aaron Gersh (yang mengaku asisten Wendi) terjadi via telepon dan sangat intensif. Carley menyebut, penipu ini memiliki pembawaan sangat menyakinkan, sehingga ia tidak pernah curiga bahwa ini sebuah penipuan.
“Bahkan di sebuah panggilan telepon, telepon saya sempat di-hold dan Wendi seperti berbicara ke pengasuh anak mengenai pelajaran untuk anaknya” ungkap Carley menggambarkan betapa menyakinkannya sosok Wendi palsu ini.
Carley dan suami pun akhirnya sepakat mengambil proyek tersebut. Keduanya membeli tiket ke Jakarta pada tanggal 5 Januari 2019 menggunakan uang sendiri (karena Wendi menjanjikan semua pengeluaran akan diganti).
Namun sehari sebelum berangkat, Aaron menelepon Carley dan meminta Carley juga menalangi biaya izin pemotretan. “Alasannya, mereka tidak bisa melakukan pembayaran izin tersebut dari luar negeri, dan berjanji akan segera mengganti biaya tersebut” tulis Carley. Karena sudah mepet dengan waktu keberangkatan, Carley menyetujui hal tersebut.
Carley sampai di Jakarta dijemput pukul 11 malam, dan dijemput seorang sopir yang kebetulan sempat difoto oleh Carley. Mengikuti instruksi Aaron, Carley memberikan uang kontan US$1400 kepada penjemput yang kemudian ditukarkan di sebuah money changer. Setelah itu, Carley menuju hotel (yang dalam dokumen perjanjian disebut Aston Priority Simatupang Hotel di seputaran Kebagusan Jakarta).
Kecurigaan mulai muncul karena sopir mengambil rute berputar-putar dan tidak sesuai Google Maps. Selain itu, sang sopir juga sempat meminta izin ke SPBU dengan alasan ban mobil kempes. Namun di SPBU tersebut, sang sopir terlihat menyerahkan uang ke seseorang yang menunggu di sana.
Keesokan harinya, Carley bersiap melakukan pemotretan. Rencana awalnya adalah Carley akan diantar oleh sopir ke daerah Kota Lama. Namun Aaron kemudian menelepon dan mengabarkan kalau mereka kesulitan mendapatkan sopir. Aaron kemudian meminta Carley dan suami ke Kota Lama menggunakan taksi. Meski agak enggan, Carley akhirnya setuju dan naik taksi untuk melakukan pemotretan.
Esok harinya, Wendi menelepon dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Namun setelah itu, Wendi meminta agar Carley dan suami berpisah untuk mengambil spot pemotretan berbeda. Saat itulah, Carley merasa ada yang tak beres. “Mengapa Wendy mau orang lain memotret untuknya ketika ia selama ini secara spesifik menunjuk saya?” tulis Carley. Carley pun menolak. Wendi kemudian meminta maaf sambil mengatakan asistennya akan segera menghubungi untuk membahas rencana pemotretan selanjutnya.
Namun kemudian, baik Wendi dan sang asisten tidak pernah menelepon. Ketika Carley mencoba menelepon balik, mereka hanya tersambung ke voicemail.
Saat itulah Carley menyadari dirinya menjadi korban penipuan. Setelah itu, ia langsung menjadwal ulang penerbangannya dan langsung kembali ke New York.
Tidak Sendiri
Kisah Carley ini juga dialami fotografer asal San Fransisco, Henry Humminglion dan Zory. Dengan modus yang mirip, Henry dan Zory diminta datang ke Jakarta, diminta menalangi uang izin foto, dan dijemput sopir. Dan berdasarkan foto, sopir penjemput (dan yang kemudian menerima uang) adalah orang yang sama. Bahkan Henry bertemu fotografer asal Jerman yang juga mengaku ditugaskan oleh Wendi Murdoch.
Jika dirunut lebih jauh, modus serupa ternyata sudah sering terjadi. Menurut catatan K2 Intelligence, biro penyelidik seputar penipuan dunia maya, mencatat setidaknya 100 korban yang telah melaporkan penipuan ini.
Sang penipu biasanya mencatut nama orang terkenal di sebuah industri, lalu dengan aksen dan gaya sangat menyakinkan, berhasil menipu korban untuk datang ke Indonesia. Korbannya pun bukan cuma fotografer, namun juga stuntman, penasehat militer, sampai penata rambut.
Jika memiliki informasi terkait penipuan ini, termasuk mengenal sosok penjemput, Anda bisa kontak kami di redaksi@infokomputer.com.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR