Dari kedalaman 102 meter, memancarlah air yang dinanti-nanti dengan debit dua liter per detik.
sumur bor mulanya dikelola melalui Himpunan Pengguna air Minum (Hippam) Qurnia—kemudian pada tahun 2018 berubah menjadi sarana Penyedia air Minum dan sanitasi (sPaMs) Qurnia.
Karena baru menjangkau sepertiga rumah tangga, sisa dana hasil usaha Hippam Qurnia sebesar rp60-an juta, kemudian dipakai untuk menggali sumur kedua pada 2013. Penanggung jawab teknis sPaMs Desa Doudo, sutomo, mengatakan, pada 2014, Desa Doudo kembali mendapatkan satu sumur bor melalui program nasional Penyediaan air Minum dan sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dari pemerintah pusat sebesar Rp.200 juta.
Berkat sumur ketiga ini, jumlah pelanggan meningkat dari 193 saluran rumah tangga (sr) pada 2013 menjadi 349 sr pada 2018. Warga pun membayar cukup murah untuk berlangganan: iuran tetap Rp.5 ribu per bulan dan Rp.2.500 untuk tiap meter kubik air yang digunakan. Untuk memudahkan pelayanan, Desa Doudo kini menerapkan sistem online berbasis Android.
Warga tinggal mengunduh layanan online di ponselnya dan memasukkan nomor pelanggan untuk mengetahui tagihan air per bulan. Hingga tahun ini, 100 persen keluarga (409 KK) di Desa Doudo telah mengakses air bersih, baik yang berlangganan melalui sPaMs maupun menggali sumur sendiri.
Berbagai prestasi ditorehkan Desa Doudo berkat upayanya meningkatkan akses air bersih kepada warganya. Prestasi tersebut di antaranya: penghargaan Open Defecation Free dari Bupati Gresik pada 2014 atas prestasi warga Desa Doudo tidak buang air besar di sembarang tempat; penghargaan silver dari Kementerian Perencanaan Pembangunan dalam kategori air bersih dan sanitasi layak; dan Indonesia Green award dari La tofi school of Csr untuk kategori penyelamatan sumber daya air.
Untuk meningkatkan debit air bersih ke pelanggan, Desa Doudo tahun ini menambah satu sumur bor lagi. Sumur yang sedang dalam penggalian tersebut didapat dari Program Pamsimas II dengan anggaran Rp.200 juta.
Menjadi Edu Green Village
Tersedianya air membuat warga tergerak untuk menjaga lingkungan dan mempercantik kampung. Untuk mengembalikan deposit air tanah yang telah diambil lewat sumur bor, warga Doudo membuat ratusan biopori di halaman depan rumah mereka.
Mereka juga mengolah kembali limbah rumah tangga yang terbuang dari aktivitas mencuci, mandi, dan buang air besar. Limbah yang telah diproses dipergunakan untuk menyiram tanaman dan budidaya ikan.
Sejak 2015, warga mulai menanam aneka jenis tanaman dan sayuran di pekarangan rumah. Kondisi kampung yang pernah kering kini berubah hijau dan rindang. air pun menggerakkan warga Doudo—terutama perempuan.
Mereka mengolah berbagai hasil pertanian, kebun, dan sampah kering menjadi berbagai produk makanan, minuman, dan kerajinan. Geliat tersebut menjadikan Doudo kerap meraih penghargaan lingkungan.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR