Suara deru mesin pabrik terdengar bising. Para pekerja berseragam merah terlihat hilir mudik di kawasan kilang. Pagi itu, kami diberi penjelasan singkat mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada dalam kawasan kilang Pertamina RU VI Balongan, Indramayu.
Ekspedisi kali ini bertujuan untuk mendokumentasikan kegiatan safetyman, salah satu program pengabdian masyarakat dari Pertamina RU VI Balongan. Semua yang memasuki kilang wajib memakai perlengkapan alat pelindung diri (APD), yang terdiri atas pakaian pelindung, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan, pelindung tangan, pelindung kaki, pelindung jatuh perorangan, dan pelampung, sesuai dengan jenis aktivitasnya.
Di demo room, Sugiarto, salah satu staff HSE, memberikan penjelasan mengenai prosedur keamanan selama berada di dalam area kilang. Demo room adalah ruang perkenalan bagi orang-orang sebelum bekerja supaya lebih memahami apa yang akan dikerjakan nanti di lapangan.
Pembangunan demo room ini merupakan bentuk komitmen tinggi Pertamina RU VI Balongan terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja, mitra kerja, dan kontraktor yang bekerja di area kilang. Ruang peraga di sini, menurut Agung Darmawan, Section Head Safety, merupakan salah satu yang terbaik dan dijadikan percontohan bagi Pertamina di daerah luar Balongan.
Setelah diberi pengarahan di demo room, kami melanjutkan ke check point. Di sini, perlengkapan dokumentasi wajib diperiksa. Perlengkapan yang sudah diperiksa akan dicatat dan diberi stiker yang harus ditunjukkan saat melewati pos pemeriksaan sebelum memasuki kilang.
Pertamina RU VI Balongan merupakan kilang minyak termodern di Indonesia. Kilang ini beroperasi sejak 1994 dengan kegiatan utama pengolahan minyak-minyak mentah menjadi bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar khusus (BBK), non-BBM, dan petrokimia. Produk BBM dan BBK kemudian didistribusikan ke DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Sebagai kilang minyak termodern, tentu saja kompleksitasnya juga tinggi sehingga aspek keselamatan dan kesehatan kerja sangat diutamakan. “Berdasarkan peraturan Dinas Tenaga Kerja, kontraktor yang memiliki 50 pekerja di lapangan wajib menyediakan 1 safetyman yang bersertifikasi,” jelas Rustam Aji, Unit Manager Communication & CSR RU VI.
Safetyman merupakan salah satu bagian dari profesi Health Safety & Environmental yang merupakan ujung tombak untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman. Tugas-tugas safetyman di lapangan antara lain menginspeksi tempat kerja, safety intervention, inspeksi peralatan, dan alat pelindung diri yang digunakan, serta ikut partisipasi memadamkan api bila terjadi kebakaran.
Di kilang minyak terdapat bahan-bahan berbahaya, sehingga berpotensi terjadi kebakaran, ledakan, atau pencemaran lingkungan. Pertamina RU VI Balongan adalah industri yang melibatkan banyak pekerja dan berlokasi tidak jauh dari laut dan permukiman, apabila terjadi insiden, berpotensi mencederai pekerja di kilang dan membahayakan area lingkungan di sekitar kilang.
Penduduk Lokal
Di sekitar kilang Pertamina RU VI Balongan terdapat fenomena pekerja proyek yang menjadi tren di kalangan pemuda di sekitar Kecamatan Balongan. “Saya dulu kerjanya nongkrong di dekat pintu kilang. Kalau ada truk yang datang, saya kejar untuk dapat kerjaan kuli bongkar,” cerita Maman, salah seorang safetyman di Balongan.
Mereka tak punya keterampilan khusus untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Sebagai industri yang memiliki risiko yang tinggi, aspek keamanan dan keselamatan menjadi perhatian khusus bagi Pertamina RU VI Balongan.
Alhasil, dibukalah lowongan pekerjaan untuk tenaga pengawas keamanan dan keselamatan kerja (K3) bagi pemuda di Kecamatan Balongan. Pelatihan K3 juga diberikan oleh Pertamina RU VI, karena sebagian besar pemuda belum memiliki keterampilan dan keahlian khusus yang diperlukan untuk menjadi tenaga pengawas atau safetyman.
Pada 2011, Pertamina RU VI Balongan bekerja sama dengan Disnaker Kabupaten Indramayu sukses mengadakan pelatihan safetyman. Disnaker Kabupaten Indramayu mengeluarkan sertifikat pelatihan K3.
Saat itu, peserta pelatihan berasal dari empat desa penyangga di Kecamatan Balongan, yaitu Desa Sukaurip, Desa Majakerta, Desa Balongan, dan Desa Sukareja. Seleksi yang harus ditempuh sebelum mengikuti pelatihan safetyman adalah seleksi administrasi, psikotes, wawancara internal, dan tes kesehatan.
Seleksi administrasi antara lain berusia 18-25 tahun, pendidikan minimal SMU, tinggi minimal 165 cm (pria) dan 150 cm (wanita), dan berdomisili di Kecamatan Balongan. Sejak 2011-2017, sudah sekitar 85 orang dari lima angkatan yang lolos seleksi untuk pelatihan safetyman, enam di antaranya wanita.
“Karena dirotasi setiap bulannya, saya jadi belajar banyak, pengetahuan bertambah juga,” tutur salah seorang safetyman yang kami temui ketika bekerja di lapangan. Karena area kilang Balongan sangat luas (240 hektare), kami pun diantar berkeliling dengan menggunakan mobil oleh Nyono, Senior Supervisor PSM Regulation & Standard. Ia adalah supervisor para safetyman di lapangan.
Sebelum memasuki unit, terdapat papan informasi mengenai alat pelindung diri apa yang perlu dipakai selama bekerja. Riyan, salah satu safetyman angkatan pertama memberi penjelasan. Ia sedang mengawasi jalannya kegiatan di lapangan.
Saat itu, ada seorang pekerja yang memeriksa mesin di ketinggian. Peraturannya adalah untuk pekerjaan di ketinggian minimal 180 cm, pekerja diwajibkan memakai pelindung jatuh perorangan atau body harness.
Saela, salah satu peserta pelatihan, merasa tertantang ketika program pelatihan dibuka. Baginya, pekerjaan sebagai safetywoman menarik dan penuh tantangan. Selain itu, keinginan untuk meningkatkan perekonomian keluarga juga menjadi alasan mereka untuk mengikuti pelatihan.
Bagi sebagian besar pemuda di Balongan, program pemberdayaan pemuda berbasis safetyman ini sangat membantu mereka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mengurangi tingkat pengangguran.
Tidak sekadar dipakai di badan, body harness juga harus terikat pada bagian alat berat atau tempat yang mampu menahan bobot pekerja. Bisa dibayangkan, dengan memakai coverall, lingkungan kerja yang panas, serta bau bahan kimia membuat keadaan kerja tidak nyaman.
Sering kali ketidaknyaman itu membuat pekerja malas memakai APD. Kesulitan intervensi pekerjaan di lapangan adalah salah satu hambatan yang paling sering dikeluhkan oleh safetyman. Seperti disebutkan di atas kondisi di lapangan yang panas terkadang membuat suasana hati menjadi panas juga.
“Dulu, banyak pekerja yang tidak suka diberi tahu. Mereka suka menggertak dan bertanya saya pulangnya ke mana. Cuma gertak saja, tidak sampai adu fisik,” kisah Nyono.
Aspek keamanan dan keselamatan sering masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang, karena dianggap menghabiskan waktu, tidak penting, atau menghabiskan biaya. Saela juga mengalami masalah yang sama.
Berbeda dengan rekannya yang lain, ia tidak mengalami kesulitan atau perlawanan dari pekerja di lapangan. Menurutnya, itu karena cara intervensi yang berbeda dengan rekan safetyman lain. Ia menjelaskan dengan sabar mengenai kegunaan APD. Pertamina RU VI Balongan juga memberi pelatihan intervensi supaya para safetyman tidak mengalami kesulitan di lapangan.
Riyan dan Ardi biasanya akan mengingatkan dengan baik fungsi APD yang tidak dipakai saat bekerja dan akibatnya bila terjadi kecelakaan. Bagi beberapa safetyman dan safetywoman yang saya temui di lapangan, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang mulia karena mencegah kecelakaan dan menanamkan aspek keamanan.
“Tidak hanya mengintervensi tapi juga menanamkan kepada pekerja agar mereka terbiasa untuk mengutamakan keamanan dan keselamatan,” tutur Ardi, safetyman angkatan kedua kepada saya.
Aspek keamanan dan keselamatan tidak hanya dibutuhkan di lingkungan kerja, tetapi juga di keluarga dan masyarakat. Saela mengajarkan kepada ibunya apabila terjadi kebocoran gas di rumah apa yang harus dilakukan. Ia menyiapkan handuk di dapur, dan bila terjadi kebocoran gas, handuk basah diletakkan di atas tabung gas. “Saya bilang ke Ibu jangan panik kalau gas bocor, ada handuk, tinggal dibasahi dengan air,” ceritanya soal penerapan aspek keamanan di rumahnya.
Disadari atau tidak, para safetyman binaan Pertamina RU VI Balongan kini telah menjadi agen perubahan budaya (agent of culture) perilaku aman, selamat, dan sehat di masyarakat.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR