Kedai Sayur, startup asal Tanah Air yang memberdayakan para pedagang sayur keliling dengan memanfaatkan teknologi, hari ini (27/05/19) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan tahap awal sebesar US$1,3 juta (Rp.18,7 miliar).
Kedai Sayur akan memanfaatkan pendanaan ini untuk merekrut lebih banyak lagi pedagang sayur keliling agar menjadi mitranya.
Pendanaan ini sendiri dipimpin oleh perusahaan modal ventura yang dikenal merupakan salah satu yang paling aktif di Indonesia, yakni East Ventures.
Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, mengungkapkan bahwa profesi pedagang sayur keliling sudah ada sejak lama di Indonesia.
Bahkan, faktanya saat ini pedagang sayur keliling masih mampu bersaing dan berdiri berdampingan dengan supermarket dan toko kelontong yang semakin hari kian berkembang pesat.
Menurut Willson, hal itu menunjukkan bahwa pedagang sayur keliling masih menjadi pilihan yang nyaman bagi pelanggan untuk mendapatkan hasil bumi demi memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Berdasarkan itulah, dirinya yakin dan mendukung Kedai Sayur untuk memajukan para pedagang sayur keliling lewat pemanfaatan teknologi.
“Kedai Sayur sejalan dengan dua hipotesis yang dimiliki East Ventures. Yang pertama, inklusi teknologi untuk pedagang yang kurang terlayani dengan akses teknologi. Kedua, meningkatkan rantai pasokan di Indonesia. Terlebih lagi, pedagang sayur keliling adalah kearifan lokal yang sudah ada sejak lama dan kami ingin melestarikan budaya itu dengan sentuhan teknologi,” papar Willson.
Baca Juga: Menyetop Propaganda Martir, Alasan Pembatasan Video di Media Sosial
Majukan Pedagang Sayur Keliling
Didirikan pada Oktober 2018 lalu, Kedai Sayur memiliki misi untuk membantu pedagang sayur keliling dalam menyediakan produk sayuran segar dan berkualitas dengan harga terbaik di pasarnya.
Startup ini didirikan oleh mantan Deputi Direktur untuk Proses Bisnis dan IT Triputra Group, Adrian Hernanto, bersama dengan Ahmad Supriyadi dan Rizki Novian.
Komoditas segar seperti sayuran, buah, daging, dan ikan, dikonsumsi setiap hari oleh orang-orang di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2017 saja, total konsumsi komoditas segar tersebut untuk di wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya diperkirakan telah mencapai hingga US$8,4 miliar.
Seperti diketahui, penjualan dan distribusi produk segar ini biasanya berlangsung kurang dari seminggu.
Dalam mendapatkan produk segar ini, sebagian besar orang masih mengandalkan jaringan distribusi tradisional yang disebut 'tukang sayur'.
Saat ini, ada dua jenis pedagang sayuran di Indonesia. Pertama, adalah model kios yang menyediakan produk segar untuk pelanggan yang datang, dan kedua adalah model seperti pedagang asongan yang di mana menggunakan gerobak keliling untuk menjual produk segar mereka dari pintu ke pintu.
Sementara sebagian besar pelanggan mengandalkan pedagang sayuran untuk mendapatkan produk segar harian mereka, para pedagang sayur justru harus berjuang keras dalam mendapatkan produk segar berkualitas tinggi namun terjangkau dari satu sumber lantaran sifatnya yang kompleks.
Baca Juga: Segera Meluncur di Tanah Air, Oppo Ajak Publik Coba Oppo Reno Series
Jika ditelisik, perjalanan produk segar sendiri dimulai dengan petani yang menyalurkan produk-produk segar yang mereka hasilkan ke beberapa agregator.
Agregator kemudian akan mendistribusikannya ke beberapa vendor di pasar pusat. Setiap tengah malam, para pedagang sayur keliling membeli persediaan mereka dari vendor ini sebelum menjualnya kembali kepada pelanggan di area perumahan misalnya.
Alhasil, proses panjang ini berdampak pada berlipatnya harga produk dan membuat margin keuntungan yang didapatkan oleh para pedagang sayur keliling ini menjadi rendah pula.
“Kedai Sayur mengatasi masalah itu dengan bekerja sama dengan beberapa petani dan mitra secara langsung untuk sumber dan distribusi produk. Pedagang sayur yang bergabung dengan Kedai Sayur sebagai mitra (disebut Mitra Sayur) dapat mengakses produk-produk segar ini dalam satu klik saja melalui aplikasi Kedai Sayur dan mengambilnya dari titik drop-off terdekat. Untuk pedagang grosir, mereka dapat mendaftarkan diri sebagai titik drop-off Kedai Sayur,” ujar Adrian Hernanto, CEO Kedai Sayur
Kedai Sayur juga menawarkan mitra mereka dengan kendaraan distribusi model baru yang disebut "Si Komo" (singkatan dari Kedai on Mobile) yang dapat membantu mereka menjangkau pelanggan dari rumah ke rumah dengan cara yang lebih efisien.
Kendaraan yang dirancang secara unik ini dapat diubah dan digunakan untuk layanan lain seperti mengantarkan paket atau menjual makanan, sehingga memungkinkan mereka memiliki penghasilan tambahan selain hanya menjual produk segar.
Bahkan, Kedai Sayur juga menyediakan program pembiayaan untuk mitra yang memiliki modal terbatas untuk membeli kendaraan.
Hingga saat ini, Kedai Sayur sudah memiliki lebih dari 2.000 pedagang sayur yang bergabung sebagai mitra mereka di wilayah Jabodetabek dan jumlahnya terus bertambah 60% per bulan.
80% dari mitra aktif menjual produk mereka dan nilai barang bruto perusahaan (GMV) tumbuh 5x dalam empat bulan terakhir.
Baca Juga: Sampingan: Permudah Milenial untuk Dapatkan Penghasilan Tambahan
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR